Renungan Minggu X
Setelah Trinitatis
“Menjadi Berkat Di
Dalam Tuhan” – Kejadian 39: 1-5
Yusuf
adalah anak Yakub yang lebih dikasihi diantara anak-anaknya yang lain, dan
Yusuf dibuatkan jubah yang maha indah oleh ayahnya. Namun hal ini membuat saudara-saudaranya
membencinya. Bahkan kebencian ini semakin besar ketika Yusuf menceritakan
mimpinya bahwa dalam mimpi itu Yusuf akan menjadi pusat penghormatan
saudara-saudaranya, ibu bahkan ayahnya. Kebencian kepada Yusuf semakin memuncak
hingga akhirnya saudara-saudaranya merencanakan pembunuhan, namun berbagai
pertimbangan akhirnya Yusuf dijual ke saudagar-saudagar Midian yang sedang
melintas menuju Mesir, yang kemudian dijual kembali kepada Potifar, seorang
pegawaiistana Firaun. Yusuf yang dulunya adalah anak kesayangan yang dibalut
jubah yang maha indah dan yang bermimpi menjadi seorang yang dihormati,
sekarang telah menjadi seorang budak yang diperjualbelikan, yang hidupnya
bergantung kepada tuannya.
Dalam
nas ini diperlihatkan bagaimana Yusuf di rumah Potifar, walaupun dia adalah
seorang budak belian, tetapi Yusuf memperlihatkan bagaimana kualitasnya sebagai
seorang yang diberkati oleh Tuhan. Yusuf bekerja dengan baik sehingga apa yang
dikerjakannya berhasil dan dia mendapat kepercayaan tuannya untuk menjagai
segala harta milik potifar, sehingga harta milik Potifar pun diberkati oleh
Tuhan. Maka dari nas ini beberapa hal yang bisa kita pelajari:
1.
Dalam
kisah hidup Yusuf, kita diajak untuk menggumuli penyertaan Tuhan. Jika Tuhan
menyertai hidup kita bukan artinya kita tidak lagi hidup tanpa masalah dan
pergumulan dalam hidup, justru sebaliknya kita hendak diajar bahwa apapun yang
terjadi dalam kehidupan ini tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih
Allah sebab Tuhan senantiasa menyertai kita. (Roma 8:39). Sekalipun Yusuf
menjadi budak di negeri orang, dibuang jauh dari kasih bapanya, tetapi Tuhan
setia menyertainya. Dengan penyertaan Tuhan, Yusuf selalu berhasil dari segala
yang dikerjakannya. Penyertaan Tuhan dalam kehidupan bukan untuk menjamin kita
bebas dari berbagai macam masalah, tetapi menjamin kita dapat dan mampu
melaluinya.
2. Sebagaimana topik minggu kita yang menyuarakan “Menjadi berkat di dalam Tuhan”, dari Yusuf kita belajar bahwa situasi dan keadaan yang kita hadapi tidak bisa menjadi penghalang ataupun alasan untuk kita tidak bisa menjadi berkat. Walaupun Yusuf seorang budak yang sangat rendah, namun dia memperlihatkan kesungguhan melakukan segala pekerjaan dengan baik, sehingga apa yang dikerjakannya berhasil. Yusuf menjadi berkat bagi Potifar, maka demikianlah kita juga dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam keluarga, pekerjaan, gereja dan masyarakat kita dapat menjadi berkat dengan memperlihatkan kualitas diri sebagai anak-anak Tuhan yang menghidupi kasih, kejujuran, kerja keras, semangat bekerja, dan dapat dipercaya. Seperti firman Tuhan yang tertulis di Kolose 3:23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
1 comment :
Terima kasih untuk penjelasannya, Tuhan memberkati.
Post a Comment