Minggu Palmarum,
Filipi 2: 5-11; Bacaan: Yohanes 12:1-8,12-13
Kuasa Allah
dalam kerendahan
Sebelum kita
memasuki masa-masa penderitaan dan kematian Tuhan Yesus, kita di ajak untuk
lebih memahami kembali bagaimana kasih Allah dalam kehidupan manusia. Sehingga
kita juga dapat melihat diri kita kembali sebagai pengikut Kristus yang hanya
sekedar pengagum perbuatan besar Allah ataukah kita meniru kasih Allah yang
besar itu? Dengan demikian peringatan akan kasih Allah melalui kayu salib bukan
hanya sebuah kisah yang mengharukan tetapi kisah yang membangkitkan semangat
kita untuk melakukan Allah.
“Mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba” merupakan ungkapan yang sangat menonjol dalam
nas ini, mari kita memandang kalimat ini sebagai suatu pengajaran etis terhadap
dampak pengajaran
sesuai dengan konteks dalam nas ini. Hal ini dapat kita
hubungkan dengan ucapan Tuhan Yesus yang mengatakan “Karena Anak Manusia juga datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Markus 10: 45).
Didalam pelayanan Tuhan Yesus, kita dapat membaca bahwa Tuhan Yesus benar-benar
merendahkan diriNya dan bukan untuk mencari ketenaran. Dia tidak menunjukkan
bahwa Dia mempunyai kuasa untuk diperlihatkan supaya semua orang percaya
kepadaNya. Tetapi Tuhan Yesus ingin memperlihatkan bagaimana kasih Allah yang
sesungguhnya kepada manusia sampai pada kematianNya di kayu salib. Sehingga
manusia percaya bukan karena mujizat tetapi karena kasih Allah. Kalaupun Yesus
menggunakan kuasaNya itu adalah karena “belas kasihan” dan bukan untuk mengubah
roti untuk dimakanNya sendiri. Dalam kehidupan Paulus, kita juga dapat baca
bahwa meniru perbuatan Tuhan Yesus dalam pelayanannya “Tetapi atas diriku sendiri aku
tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku” (2 Korintus
12:5); “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa
Kristus turun menaungi aku” ( 2 Korintus 12:9)
Yesus merendahkan
diriNya dari status yang tinggi dan mengorbankan diriNya adalah karena ketaatanNya
kepada Allah Bapa. Secara tegas Yesus juga mengatakan “Setiap orang yang mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”
(Matius 16:24). Yesus hadir ditengah-tengah kehidupan kita adalah dengan
kerendahan dan kesetiaan untuk melakukan pelayanan dan disitulah kuasa dan
kemuliaan Allah yang besar bekerja.
Itulah konsep
dari Pemerintahan Allah,
dengan tegas Yesus mengungkapkannya kepada pemerintahan dunia ini “kerajaanKu
bukan dari dunia ini..” (Yoh. 18:36). Apakah kita telah ambil bagian dalam kerajaan Allah ataukah kita masih
hidup dalam konsep pemerintahan dunia ini?
Apakah konsep pemerintahan
Allah telah bekerja dalam kehidupan kita? Masih banyak orang-orang yang katanya
percaya kepada Kristus namun dalam hidupnya selalu hanya memperjuangkan konsep
pemerintahan duniawi yang hanya mementingkan dan menonjolkan diri sendiri,
mempertahankan ego secara jasmani. Apakah kita di dunia ini dipandang sebagai
orang yang diperhitungkan sehingga kita tidak layak lagi bergabung dengan
orang-orang yang direndahkan dunia ini? Hidup dalam permerintahan Allah adalah
hidup dalam ketaatan pada perintah Allah sehingga kuasa Kristus nyata dala
hidup kita. Bagaimana kita meniru Kristus yang hidup untuk melakukan kehendak
BapaNya. Biarlah kasih Allah yang selalu hadir ditengah-tengah kehidupan kita,
berbahagialah kita menjadi bahagian dari pemerintahan Allah yang telah hadir
dalam dunia ini dan yang akan disempurnakanNya pada saat kedatanganNya yang
terakhir. “Aku di dalam BapaKu dan kamu
di dalam Aku dan Aku di dalam Kamu” (Yohanes 14:20).
Dalam Kerajaan
Allah tidak ada yang namanya pengelompokan manusia apakah itu kelompok yang
rendah atau yang tinggi, namun semuanya satu di dalam Tuhan. Tidak ada dalam
konsep Kerajaan Allah untuk mempertahankan status dan gengsi sehingga
menimbulkan perpecahan, lebih baik bermusuhan yang penting saya mempertahankan
kebenaran sendiri. Marilah kita saling menerima seperti anak kecil (Mat. 18:3)
dalam kerajaan Allah, kita semua sama kecilnya di dalam Tuhan. Sehingga kita
tidak ada status tinggi dan rendah dihadapan Allah, sebab kita semua sama
adalah anak-anak Allah.
Minggu Palmarum,
Filipi 2: 5-11; Bacaan: Yohanes 12:1-8,12-13
Kuasa Allah
dalam kerendahan
Sebelum kita
memasuki masa-masa penderitaan dan kematian Tuhan Yesus, kita di ajak untuk
lebih memahami kembali bagaimana kasih Allah dalam kehidupan manusia. Sehingga
kita juga dapat melihat diri kita kembali sebagai pengikut Kristus yang hanya
sekedar pengagum perbuatan besar Allah ataukah kita meniru kasih Allah yang
besar itu? Dengan demikian peringatan akan kasih Allah melalui kayu salib bukan
hanya sebuah kisah yang mengharukan tetapi kisah yang membangkitkan semangat
kita untuk melakukan Allah.
“Mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba” merupakan ungkapan yang sangat menonjol dalam
nas ini, mari kita memandang kalimat ini sebagai suatu pengajaran etis terhadap
dampak pengajaran
sesuai dengan konteks dalam nas ini. Hal ini dapat kita
hubungkan dengan ucapan Tuhan Yesus yang mengatakan “Karena Anak Manusia juga datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Markus 10: 45).
Didalam pelayanan Tuhan Yesus, kita dapat membaca bahwa Tuhan Yesus benar-benar
merendahkan diriNya dan bukan untuk mencari ketenaran. Dia tidak menunjukkan
bahwa Dia mempunyai kuasa untuk diperlihatkan supaya semua orang percaya
kepadaNya. Tetapi Tuhan Yesus ingin memperlihatkan bagaimana kasih Allah yang
sesungguhnya kepada manusia sampai pada kematianNya di kayu salib. Sehingga
manusia percaya bukan karena mujizat tetapi karena kasih Allah. Kalaupun Yesus
menggunakan kuasaNya itu adalah karena “belas kasihan” dan bukan untuk mengubah
roti untuk dimakanNya sendiri. Dalam kehidupan Paulus, kita juga dapat baca
bahwa meniru perbuatan Tuhan Yesus dalam pelayanannya “Tetapi atas diriku sendiri aku
tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku” (2 Korintus
12:5); “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa
Kristus turun menaungi aku” ( 2 Korintus 12:9)
Yesus merendahkan
diriNya dari status yang tinggi dan mengorbankan diriNya adalah karena ketaatanNya
kepada Allah Bapa. Secara tegas Yesus juga mengatakan “Setiap orang yang mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”
(Matius 16:24). Yesus hadir ditengah-tengah kehidupan kita adalah dengan
kerendahan dan kesetiaan untuk melakukan pelayanan dan disitulah kuasa dan
kemuliaan Allah yang besar bekerja.
Itulah konsep
dari Pemerintahan Allah,
dengan tegas Yesus mengungkapkannya kepada pemerintahan dunia ini “kerajaanKu
bukan dari dunia ini..” (Yoh. 18:36). Apakah kita telah ambil bagian dalam kerajaan Allah ataukah kita masih
hidup dalam konsep pemerintahan dunia ini?
Apakah konsep pemerintahan
Allah telah bekerja dalam kehidupan kita? Masih banyak orang-orang yang katanya
percaya kepada Kristus namun dalam hidupnya selalu hanya memperjuangkan konsep
pemerintahan duniawi yang hanya mementingkan dan menonjolkan diri sendiri,
mempertahankan ego secara jasmani. Apakah kita di dunia ini dipandang sebagai
orang yang diperhitungkan sehingga kita tidak layak lagi bergabung dengan
orang-orang yang direndahkan dunia ini? Hidup dalam permerintahan Allah adalah
hidup dalam ketaatan pada perintah Allah sehingga kuasa Kristus nyata dala
hidup kita. Bagaimana kita meniru Kristus yang hidup untuk melakukan kehendak
BapaNya. Biarlah kasih Allah yang selalu hadir ditengah-tengah kehidupan kita,
berbahagialah kita menjadi bahagian dari pemerintahan Allah yang telah hadir
dalam dunia ini dan yang akan disempurnakanNya pada saat kedatanganNya yang
terakhir. “Aku di dalam BapaKu dan kamu
di dalam Aku dan Aku di dalam Kamu” (Yohanes 14:20).
Dalam Kerajaan
Allah tidak ada yang namanya pengelompokan manusia apakah itu kelompok yang
rendah atau yang tinggi, namun semuanya satu di dalam Tuhan. Tidak ada dalam
konsep Kerajaan Allah untuk mempertahankan status dan gengsi sehingga
menimbulkan perpecahan, lebih baik bermusuhan yang penting saya mempertahankan
kebenaran sendiri. Marilah kita saling menerima seperti anak kecil (Mat. 18:3)
dalam kerajaan Allah, kita semua sama kecilnya di dalam Tuhan. Sehingga kita
tidak ada status tinggi dan rendah dihadapan Allah, sebab kita semua sama
adalah anak-anak Allah.
No comments :
Post a Comment