Bacaan Firman Tuhan: Yeremia 23: 1-6
Yeremia melaksanakan tugasnya di
Kerajaan Israel Selatan (Yehuda) dari masa Raja Yosia sampai masa akhir
kehancuran Yerusalem dan juga Bait Suci (626-586 SM). Sering dikatakan bahwa
Yeremia adalah nabi peratap karena perjuangannya “berbicara kepada orang yang
tuli”. Nubuatan yang disampaikannya mendapatkan penolakan dan kebencian dari
para Imam, Raja bahkan sebahagian besar orang Yehuda.
Dalam nas ini dijelaskan bagaimana
nubutan yang disampaikan oleh Yeremia tentang murka Tuhan kepada para pemimpin
sebagai gembala di Israel tidak lagi menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya
sebagai gembala yang baik, justru sebaliknya justru menyesatkan orang Israel.
Namun, dalam kemarahan Tuhan atas
sikap pemimpin Israel tersebut, nubuatan Tuhan datang untuk menyatakan bahwa
akan datang masanya kedatangan Raja Kebenaran dan keadilan yang disebut sebagai
“Tuhan
keadilan kita”. Yang akan mengumpulkan kawanan domba yang tercerai
berai. Yang menjadi gembala adalah Tuhan sendiri, yang akan membuat domba-domba
tersebut berkembang biak, tidak lagi ketakutan, terkejut bahkan hilang
seorangpun dari antara mereka.
Nama yang diberikan “Tuhan keadilan
kita” mengungkapkan bagaimana keadilan yang dimaksud bukanlah berdasarkan
keadilan dunia, ataupun keadilan yang dibuat oleh manusia, namun berdasarkan
keadilan Tuhan. Itulah keadilan yang dinyatakan oleh Allah dalam dunia ini.
Sebagai tanda nyata bahwa keadilan
Tuhan yang dijanjikan itu, adalah melalui Yesus Kristus. Dalam kematian dan
kebangkitanNya telah nyata keadilan Tuhan ditengah-tengah dunia diantara
manusia, bahwa Dialah gembala yang baik. Tuhan Yesus mengatakan: “Akulah
gembala yang baik, Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombaNya”
(Yoh. 10:11). Sehingga sekarang kita dapat mengetahui bahwa ada satu Gembala
yang baik dalam hidup kita sampai saat ini.
Gembala yang itulah yang menyatakan
keadilan dan kebenaran dalam kehidupan kita. Keadilan dan kebenaranNya bukanlah
seperti pemimpin Yehuda yang membawa kepada kehancuran. Tetapi keadilan Tuhan
adalah kasihNya yang besar supaya kita tidak jatuh ke dalam kehancuran, tetapi
menuju keselamatan. Dan Tuhan akan mengumpulkan orang-orang yang mau
diselamatkan dibawah perlindungan kebenaran dan keadilanNya.
Dari fakta sejarah pelayanan
Yeremia, memperlihatkan kepada kita situasi yang terjadi di Yehuda yakni
terjadinya kemerosotan rohani, peribadahan yang hanya formalitas belaka tanpa
adanya pembaharuan sikap, hanya ingin mengejar kenikmatan duniawi. Segala usaha
dilakukan untuk mencapai keinginan duniawi, sehingga umat Israel semakin lama
semakin jatuh ke dosa yang besar. Dapat dikatakan bahwa sikap yang seperti ini
sudah masuk kesemua lini kehidupan rakyat, kerajaan dan juga para imam. Sehingga
melihat kondisi seperti ini, Tuhan murka kepada pemimpin Israel yang tidak lagi
mampu memimpin umat untuk hidup dalam kebenaran Tuhan, justru semua lapisan
masyarakat berlomba-lomba menuju kepada kehancuran.
Dalam setiap konteks kehidupan,
selalu kita akan diperhadapkan dalam pengambilan keputusan, mulai dari konteks
kehidupan yang sederhana sampai yang terasa memberatkan. Dalam kehidupan kita
ada kebenaran dan keadilan yang dirancang oleh dunia yang tercemar oleh kuasa
dosa, dan ada kebenaran dan keadilan yang berasal dari Tuhan. Namun dalam hal
pengambilan keputusan dalam bertindak terkadang kita bisa salah dalam
memutuskan ketika kita menimbang berdasarkan kebenaran dan keadilan berdasarkan
pikiran dan perasaan kita saja. Terkadang kita akan bertindak hanya berdasarkan
keinginan hati tanpa memikirkan apakah hal itu berkenan kepada Tuhan atau
tidak. Maka semakin lama kita akan memiliki sikap yang diperlihatkan umat
Israel, yang penting dapat yang diinginkan tanpa perduli apakah hal itu benar
atau salah dihadapan Tuhan.
Hanya ada satu kebenaran dan
keadilan yang sejati yakni Yesus Kristus. Yang menjadi penuntun dan petunjuk
kehidupan kita hanyalah firman Tuhan. Apapun konteks kehidupan yang sedang kita
lalui, dasar kebenaran dan kekuatan kita hanyalah Tuhan sendiri.
Siapa yang menjadi gembala ataupun
pemimpin dalam hidup kita akan menentukan keputusan akan sikap dan tindakan
yang akan kita tempuh. Jika Tuhan Yesus mengatakan “Akulah gembala yang baik”,
maukah kita digembalakan oleh Tuhan? Maukah kita sepenuhnya baik pikiran, hati
dan tindakan kita digembalakan oleh Tuhan? Yang memberikan diri digembalakan
oleh Tuhan akan bertindak sesuai dengan keinginan Tuhan dan bukan keinginan
hatinya. Semakin kita terbiasa memutuskan sikap berdasarkan kebenaran keadilan
duniawi maka semakin lama kita akan menganggap firman Tuhan sebagai angin lalu.
Firman Tuhan bagi kita saat ini hendak mengingatkan kita siapa sesungguhnya
yang menjadi gembala atas kehidupan kita, jika kita mengatakan Tuhan, maka
FirmanNyalah yang menjadi dasar perbuatan kita. Amin
No comments:
Post a Comment