Laman

Thursday, July 9, 2015

Amos 7:7-15 | Pergilah! Nyatakanlah Kebenaran dan Keadilan



Bacaan Firman Tuhan: Amos 7: 7-15

"TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel"

“Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut?” – segera Tuhan akan bertindak dan menyatakan keputusanNya untuk menjatuhkan hukuman kepada umat Israel melalui nabi Amos. Dua kali penglihatan hukuman Tuhan atas Israel yang dinyatakan kepada Amos yaitu melalui “Belalang” dan “Api”, dan Amos merespon hukuman yang akan datang itu agar kiranya Tuhan mengampuni Israel. Tetapi penglihatan ketiga, ketika Tuhan memperlihatkan “tali sipat”, sepertinya Amos tidak lagi memperlihatkan respon untuk memohon pengampunan atas Israel.

“Singa telah mengaum” Sesungguhnya Tuhan akan bertindak menyatakan penghukumanNya. Berita penghukuman itu sendiri datang ketika Kerajaan Israel (Israel Utara) sedang dalam puncak kejayaan, perkembangan yang pesat dibawah pemerintahan Yerobeam II. Namun ternyata dibalik itu semua jauh lebih pesat perkembangan dosa atas umat Israel, mulai dari praktek keagamaan sampai dengan kehidupan sosial, Tuhan tidak lagi dapat mentolerir dosa atas umatNya.

Setelah Tuhan memperlihatkan tali sipat kepada Amos, seakan dia terdiam dan tidak dapat lagi berbuat banyak untuk memohon pengampunan Tuhan, bahwa memang sesungguhnya hukuman itu pasti harus datang dan terjadi. Tali sipat adalah tali yang berbantul timah, yang dipakai oleh tukang bangunan untuk mengukur kelurusan tembok. Alat pengukur kelurusan tembok ini dipakai menjadi symbol menguji perilaku umat Israel. Tali sipat yang dipakai Tuhan untuk mengukur adalah kebenaran dan keadilanNya (Yesaya 28: 17). Ketika Tuhan memakai tali sipat itu, didapati tembok tersebut sudah tidak lagi rata, dan segera akan dirobohkan. Hasilnya, penghukuman akan datang yang tidak dapat dibendung lagi.

Amos pergi untuk memenuhi panggilannya untuk bernubuat atas umat Israel, namun Amos harus berhadapan dengan Amazia sebagai “imam Negara” atau imam yang bertugas di Betel. Sebagai pemimpin yang bertanggungjawab di Betel, mengambil inisiatif dengan mengadukannya kepada raja Yerobeam dengan pesan “Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya”. Tentu kalimat seperti ini dapat memicu respon raja dengan cepat sebab sudah mengarah pada ancaman stabilitas Negara. Maka dapat dikatakan bahwa kedatangan Amos dapat mengganggu ketentraman dan kedamaian Negara.
Bagaimana mungkin Amazia dapat melakukan tindakan seperti itu terhadap Amos, apakah Amazia tidak menganggap Amos sebagai temannya dalam menyatakan Firman Tuhan? Ternyata agama telah menjadi bagian dari Negara, bahwa agama telah menampung segala kepentingan Negara. Amazia mengatakan “Sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan” telah menyatakan diri sebagai nabi kerajaan. Maka tidak segan-segan lagi dia mengadukan Amos kepada Raja sebab dirasa telah mengganggu stabilitas dan keamanan Negara.

Namun sebelum datang respon dari raja, Amazia langsung bertindak mendahului dengan mengusir Amos dari Betel, “Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana!”. Jika memahami ucapan Amazia ini, maka kita pasti akan bertanya tentang pikiran Amazia, apakah hubungannya ‘mencari makan’ dengan menyampaikan nubuat Tuhan?. Sebab Amos datang untuk menyatakan nubuat atas umat Israel, sementara Amazia beranggapan bahwa Amos datang untuk mencari makan. Disini dapatlah kita melihat bahwa ternyata perbedaan besar antara Amos dan Amazia, bahwa Amos datang berbicara atas nama Tuhan, sementara Amazia berbicara atas nama kerajaan. Tentu Amazia tidak menginginkan stabilitas dan keagamaan terganggu, sebab tempat suci di Betel didirikan oleh Negara, maka tentunya biaya-biaya ditanggung oleh Negara. Sehingga tidak heran jika Amazia beranggapan bahwa agama adalah masalah mencari makan.

Jika kita mau jujur, apakah yang terlihat jika Tuhan membentangkan tali sipat-Nya (kebenaran dan keadilanNya) di hidup kita? Tuhan telah menetapkan dan menyatakan kepada kita suatu “tali kebenaran” supaya dengan itu, hidup kita tetap terbangun dengan lurus sesuai dengan keadilan dan kebenaran Tuhan. Sikap dan perilaku kita tidak akan dapat ditutupi oleh kepalsuan ibadah yang kita jalankan. Tuhan memiliki ukuran tentang kebenaran hidup kita, sehingga tidak mungkin kita berlindung di peribadahan yang tidak berdasarkan kebenaran dan keadilanNya. 

Melalui iman kepada Yesus Kristus, kehidupan manusia kembali dibangun atas dasar kebenaran dan keadilan Tuhan. Supaya kita dibangun atas dasar anugerah Tuhan yang mengangkat kita dari kuasa dosa menjadi anak-anak Tuhan yang kudus, dan kita juga diberikan hikmat dan pengertian akan kebenaran Tuhan. Sehingga kita boleh hidup bukan sebagai orang-orang yang akan dihukum, tetapi menjadi orang-orang yang diselamatkan oleh Tuhan. Kehidupan kita bukan untuk membangkitkan murka Tuhan, namun menjadi puji-pujian dan kemuliaan nama Tuhan.

Kita dapat melihat Amos dan Amazia. Dalam prakteknya Amos bertindak atas nama Tuhan , sementara Amazia yang adalah imam di Betel namun tampil dengan sikap yang mencirikan kehidupan yang dikuasai oleh keduniawian. Kehidupan umat percaya di dunia adalah sebagai wakil Tuhan untuk menyatakan kebenaranNya bukan sebagai wakil dunia yang justru membangkitkan murka Tuhan. Kita diingatkan untuk mau taat mendengar dan melakukan FirmanNya. Supaya kita dibentuk dan ditempa menjadi anak-anak Tuhan yang kudus dan tidak bercacat, yang boleh dipakai Tuhan menjadi puji-pujian dan kemuliaan namaNya yang kudus.

No comments:

Post a Comment