Laman

Friday, October 16, 2020

Ayub 42: 7-17 Ayub Dipulihkan Dari Penderitaannya

 Bacaan Firman Tuhan: Ayub 42:7-17

Mengikuti kisah penderitaan Ayub maka kita akan dibawa untuk melihat emosi dan pemikiran-pemikiran yang seakan-akan hendak mencoba menjawab dan memecahkan suatu misteri tentang penderitaan yang terjadi pada Ayub. Harta benda miliknya seketika lenyap, anak-anaknya meninggal dan ditambah lagi dia harus menanggung penderitaan oleh penyakit yang merongrong tubuhnya.

Sahabat-sahabat Ayub datang untuk memberi penghiburan dan memberi tanggapan atas apa yang terjadi pada Ayub.  Mengapa penderitaan ini terjadi pada Ayub? Sahabat-sahabat Ayub mencoba untuk menghibur dan menerangkan tentang keadilan Tuhan yang mereka ketahui dengan menerangkan bahwa Tuhan itu adil, ketika seseorang berbuat baik, maka kebaikan Tuhan pun akan terjadi dalam hidup seseorang, dan sebaliknya jika seseorang itu hidup dalam kejahatan maka penderitaan pun akan menghampirinya, artinya penderitaan Ayub adalah karena dosanya.

Namun Ayub tidak menemukan sesuatu yang jahat dilakukannya sehingga membangkitkan murka Tuhan. Ayub tidak dapat menerima pikiran sahabat-sahabatnya itu yang menganggap bahwa penderitaannya adalah karena dosanya. Justru sebaliknya Ayub berpendapat mengapa orang yang tidak bersalah itu mendapatkan penderitaan, bukankah ini artinya bahwa Tuhan itu tidak adil?

Melalui kisah penderitaan Ayub, Tuhan menunjukkan bahwa jalan dan pekerjaan Tuhan memang tidak terselami manusia. jalan-jalan Tuhan tidaklah semudah ucapan iblis yang menganggap bahwa Ayub itu menjadi orang yang benar hanyalah karena diberkati. Bukan juga seperti pikiran sahabat-sahabat Ayub yang berkata bahwa keadilan Tuhan nyata ketika kita baik maka Tuhan akan mendatangkan kebaikan dan sebaliknya jika kita jahat maka penderitaan akan datang. Tuhan juga tidaklah semudah pikiran Ayub yang hampir saja menganggap bahwa Tuhan itu tidak adil.   

Bagaimanapun kehebatan manusia untuk berusaha menjawab berbagai persoalan yang terjadi dalam hidup ini, kita manusia akan selalu mempunyai keterbatasan, tidak semua hal dapat kita jawab hanya mengandalkan nalar dan logika berpikir kita. Kita harus tunduk dan merendahkan diri di hadapan kemahakuasaan Tuhan, jalan-jalan Tuhan tidaklah tidaklah semudah cara berpikir kita, dan Tuhan juga tidaklah serumit yang kita pikirkan.

Namun Tuhan mau supaya kita mengambil langkah yang tepat sebagaimana yang dilakukan oleh Ayub. Sekalipun penderitaan itu sudah begitu beratnya, namun Ayub selalu mencari dan berdoa kepada Tuhan dan didalam penderitaannya itu selalu terselip doa-doa yang tiada hentinya. Walaupun Ayub tidak menemukan jawaban tentang semua penderitaan yang terjadi padanya, tetapi Ayub akhirnya menerima semua jawaban dari doa-doanya kepada Tuhan. Kita diingatkan ketika masalah dan pergumulan berat datang, jangan sampai kita terjebak di “lingkaran setan” yang tidak ada ujungnya, penyesalan, bertanya-tanya mengapa ini terjadi bukanlah solusi, justri ini akan memperburuk keadaan kita. Namun kita mau belajar dari kisah Ayub untuk mencari Tuhan: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7)

Penderitaan Ayub diakhiri dengan happy ending, Tuhan memulihkan keadaan Ayub dan memberikan dua kali lipat dari apa yang telah hilang dahulu. Tuhan membenarkan Ayub bukanlah karena kebenaran pikirannya tentang Tuhan, tetapi adalah kerendahan hatinya datang kepada Tuhan, memohon pengampunan Tuhan karena dia begitu tergesa-gesa untuk menilai Tuhan. Sementara sahabat-sahabat Ayub berada dalam murka Tuhan karena mereka memiliki pemikiran yang salah tentang Tuhan dan yang semakin mempersulit keadaan Ayub dengan pemikiran mereka yang salah itu.

Ada dua hal yang hendak kita perhatikan di akhir kisah Ayub ini:

      1.     Tuhan menyebut Ayub dengan sebutan “hamba-Ku”  

Tuhan menyebut Ayub dengan “hamba-Ku” memperlihatkan bagaimana kesetiaan Ayub kepada Tuhan, sekalipun dia dalam penderitaan. Walaupun Ayub tidak tahu apa percakapan Tuhan dengan si iblis tentang dirinya, tetapi Ayub dapat memenangkan ujian dalam penderitaannya, Ayub juga telah berhasil mengalahkan si iblis melalui kesetiaannya kepada Tuhan dalam penderitaannya.

Tuhan menghargai kesetiaan Ayub dalam pergumulannya, yaitu dengan menyikapi penderitaannya sebagai pergumulan di dalam iman dan dia memenangkannya. Ayub menang atas penderitaannya bukan karena dapat menemukan jawaban mengapa penderitaan itu terjadi pada Ayub, tetapi justru Ayub memenangkan penderitaannya adalah karena dia mau datang dan merendahkan diri dihadapan Tuhan. Mempertanyakan penyebab penderitaannya bukanlah solusi yang tepat, tetapi dia menang adalah karena mengambil sikap yang benar yaitu merendahkan diri kepada Tuhan di dalam doa.

Sikap yang diambil Ayub ini mengajarkan kita suatu teladan yang berharga, seperti apapun penderitaan itu tetaplah setia kepada Tuhan, tidak terpancing bertindak di luar kemahakuasaan Tuhan. Dan melalui penyebutan “hamba-Ku” kepada Ayub ini mengingatkan kita dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21).

      2.     Tuhan memulihkan keadaan Ayub setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya

Jika mengikuti kisah Ayub ini, kita mendapati perkataan Ayub yang mengatakan “penghibur sialan kamu semua” (Ayub 16:2) kepada sahabat-sahabatnya. Niat sahabat-sahabatnya mungkin baik untuk menguatkan Ayub, namun penghiburan yang mereka lakukan justru adalah penghakiman. Ayub yang sudah menderita harus ditambah lagi pahitnya kata-kata penghakiman dari sahabatnya itu. Dan kita ketahui bahwa Ayub semakin merasakan sakitnya penderitaan itu justru adalah setelah dikunjungi oleh sahabat-sahabatnya. Niat ketiga sahabat Ayub mungkin baik yaitu untuk menghibur, namun cara mereka memberikan penghiburan telah membuat Ayub semakin susah dalam penderitaannya.

Maka Tuhan murka kepada sahabat-sahabat Ayub dan Tuhan hanya akan meluputkan mereka dari murkaNya jika mereka membawa persembahan dan doa melalui Ayub. Ujian akhir dari Ayub sesungguhnya ada disini, bagaimana Ayub benar-benar layak disebut sebagai hamba Tuhan yang mampu untuk memaafkan dan berdoa bagi orang lain atau kepada sahabat-sahabatnya. Dan Ayub dapat melalui ujian akhir ini sehingga Tuhan memulihkannya.


Disini kita mau bejalar bagaimana indahnya persekutuan dalam Tuhan. Diperlihatkan kepada kita bahwa dibalik murka Tuhan, tersedia pengampunan dan pengampunan Tuhan itu akan kita nikmati ketika kita mau untuk saling mengampuni dan saling mendoakan. Sahabat Ayub mau merendahkan diri mengakui kesalahannya dan Ayub mau untuk mengampuni dan berdoa bagi sahabatnya.

Tuhan memulihkan dan bahkan menggandakan apa yang sempat hilang dari Ayub, iman Ayub menjadi kuat dan teruji, memulihkan hubungannya dengan sahabatnya, memulihkan relasi dengan kerabatnya, mengembalikan harta dan kebahagiaan dan keluarganya. Kita dapat melihat iman Ayub yang begitu kuat, iman yang tidak tergoyahkan sekalipun segala sesuatu hilang darinya, tetapi Ayub tetap memiliki hati sebagai hamba yang selalu mau taat kepada Tuhan. Tuhan Yesus berkata “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).

No comments:

Post a Comment