Laman

Tuesday, September 1, 2020

Kejadian 37: 23-30 Yusuf Dijual Oleh Saudara-saudaranya

 

Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 37: 23-30

Dari keduabelas anak laki-laki Yakub bernama Yusuf yang berusia 17 tahun. Dia dimanja oleh ayahnya dan secara terang-terangan menunjukkan bahwa ayahnya lebih menyayangi Yusuf dari saudaranya yang lain. Hal ini menimbulkan kecemburuan dan iri hati dari saudaranya yang lain sampai pada puncaknya kecemburuan itu meningkat menjadi rencana pembunuhan. dalam menjalankan rencana mereka itu, semula Yusuf dimasukkan ke dalam sumur yang tidak berair, namun kemudian Yehuda mengusulkan agar mereka tidak membunuh Yusuf karena tidak ada untungnya bagi mereka dan dia juga adalah darah daging mereka sendiri, tetapi jauh lebih baik mereka mendapatkan untung karena bertepatan ketika itu kafilah orang Ismael sedang melintas menuju Mesir dan menjualnya seharga dua puluh syikal perak. Beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kisah ini: 

     1.     Jangan kita membiarkan iri hati dan kecemburuan bertumbuh dan mengakar dalam diri kita, sebab tidak ada buah yang baik kita dapatkan dari iri hati. Justru iri hati akan menjadi celah bagi si iblis merusak kehidupan kita dan juga kehidupan sesama kita. Apabila iri hati telah menguasai hidup kita maka iri hati akan mematikan belas kasihan kita dan menghilangkan pri kemanusiaan kita. Ayub 5:2 dikatakan “Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati.” Bahwa orang iri hati disamakan dengan orang bodoh dan orang bebal yang akan membunuh dirinya sendiri karena kebodohan dan kebebalannya.

Setelah Yusuf dimasukkan ke dalam sumur, kita dapat melihat kemudian apa yang dilakukan oleh saudara-saudaranya itu, mereka duduk makan. Sama sekali tidak ada perasaan bersalah ataupun belas kasihan yang tergugah untuk membayangkan nasib saudaranya sendiri akan mati di dalam sumur. Inilah buah dari iri yang yang selama ini sudah bertumbuh dan berakar dalam diri mereka. Selama ini mereka merawat iri hati dan kecemburuan mereka dan saatnya mereka memetik buah dari iri hatinya yaitu hilangnya hati nurani untuk mengasihi sesamanya bahkan darah daging mereka sendiri.  Jika kita sudah memberikan diri dikuasai iblis, maka tak’ perduli siapapun dia, entah itu orangtua, saudara atau siapapun akan menjadi mangsa kejahatan hati kita.

Sesuai dengan tema minggu kita juga “manusia bukan untuk diperjualbelikan”. Yusuf akhirnya tidak jadi mati di bunuh di sumur itu, tetapi menjualnya ke kafilah yang sedang menuju Mesir. Dengan menjual Yusuf menjadi budak tentu perbuatan ini sama saja memperlihatkan kejahatan hati saudara-saudaranya yang menyamakan saudaranya sendiri sama seperti benda yang diperjualbelikan. Peri kemanusiaan saudaranya itu telah lenyap yang tidak lagi menganggap Yusuf sebagai manusia tetapi benda yang dengan mudah untuk diperjualbelikan demi keuntungan dua puluh syikal perak.

Sampai saat ini praktek memperdagangkan manusia masih marak terjadi. Terlebih memperdagangkan anak di bawah umur dan juga perempuan. Demi keuntungan besar perdagangan manusia terjadi, tidak lagi memperdulikan peri kemanusiaan demi keuntungan. Akibatnya banyak orang-orang yang diperdagangkan itu dipaksa bekerja dibawah tekanan dan kekerasan tanpa perlindungan keselamatan dan juga jaminan hidup. Manusia diperjualbelikan untuk menjadi mesin pencetak uang oleh orang-orang yang telah mati peri kemanusiaannya.

Baiklah kita untuk selalu mengingat selalu apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada kita “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39), bahkan Tuhan sendiri memberikan diriNya mati di kayu salib karena kasihNya kepada kita manusia. maka jangan pernah kita menggunakan alasan apapun untuk membenci bahkan sampai menghancurkan dan menghabisi hidup sesama kita manusia

     2.     Dari kisah Yusuf ini, kita juga mau belajar, bahwa kita tidak bisa menyelami betapa dalamnya rencana Tuhan dalam kehidupan kita. Sekalipun suatu keadaan kelihatnya sudah mustahil bagi manusia, namun tidak ada yang dapat menghambat rencana Tuhan. Jika Tuhan telah berencana untuk mewujudkan rencananya melalui Yusuf, maka ada banyak jalan yang dapat dilakukan oleh Tuhan. Seperti dalam nas ini, bahwa kita percaya para kafilah yang melintas saat itu bukanlah hal yang kebetulan, namun ini adalah rencana Tuhan untuk menyelamatkan Yusuf. Ini jugalah yang disaksikan oleh Yusuf dikemudian hari setelah Yusuf menjadi orang besar di Mesir dan dia berjumpa kembali dengan saudara-saudaranya dia bersaksi dan mengatakan “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kejadian 50:20). Yusuf tidak membalas dendam atas perbuatan buruk dari saudara-saudaranya itu, tetapi justru menerima semua apa yang terjadi dalam imannya kepada Tuhan, bahwa dibalik semua kejadian Tuhan berdaulat menyatakan rancanganNya yang terbaik bagi umat yang dikasihiNya.

Seperti ini jugalah kita dalam menghadapi setiap apapun yang terjadi dalam hidup kita. Seberat apapun situasi yang sedang kita hadapi, jangan kita merasa kecil hati, berputus asa atau bahkan mempersalahkan Tuhan atas apa yang terjadi dalam diri kita. Pikiran kita bisa terbatas untuk memahami maksud dan rencana Tuhan, sebab Tuhan juga dapat memakai penderitaan menjadi jalan bagi kebahagiaan hidup kita. Maka tetaplah bersyukur kepada Tuhan apapun yang sedang kita hadapi, sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Amin

No comments:

Post a Comment