Laman

Wednesday, September 30, 2020

Kejadian 2: 18-25 Setara Di Hadapan Tuhan

 

Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 2: 18-25

Mungkin dari kita semua sudah tahu kisah fiksi tentang Tarzan? Sejak dari kecil dia dibesarkan oleh kera sampai dewasa. Tarzan hidup dalam pemeliharaan kera dan hidup dalam lingkungan para binatang. Kisah kehidupan Tarzan sampai pada puncaknya, ketika ia berjumpa dengan seorang wanita. Singkat cerita, tarzan tertarik dengan wanita tersebut dan mengejar sampai ke kota.

Jika kita potong ceritanya sampai disini, apa yang ada dalam benak kita tentang kisah hidup Tarzan? Walaupun dia sudah terbiasa bahkan dibesarkan oleh kera dan hidup bersama binatang, tetap saja instingnya sebagai manusia tidak dapat hilang. Dengan nalurinya ia dapat mengenal siapa sesamanya, bahwa ia memang berbeda dengan segala binatang yang ada disekitarnya.

Dalam kisah penciptaan di Kejadian 2, kita dapat melihat bahwa sama seperti Adam yang diciptkan dari tanah, maka Tuhan pun membentuk segala binatang dari tanah dan diberikan pada Adam untuk menamai dan melihat mana yang sepadan dengannya. Maka Tuhan melihat Adam menamai segala binatang tetapi Adam tidak menjumpai satu pun yang dapat menjadi penolong yang sepadan dengannya.

Tuhan melihat bahwa tidak akan ada penolong yang sepadan dengan adam jika masih tetap dibentuk dari tanah. Maka TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Tuhan ingin agar manusia pertama itu ada penolong yang sepadan baginya. Maka Tuhan membuat hawa dari bahagian tubuh adam, yakni salah satu dari tulang rusuknya ketika Tuhan membuat adam tidur nyenyak.

Ketika Tuhan membawa hawa kepada adam, maka Adam menamakannya perempuan dan ia sangat setuju bahwa perempuan itu akan menjadi penolong yang sepadan dengannya. Perempuan yang diambil dari tulang dan dagingnya, bahwa laki-laki akan bersatu dengan istrinya menjadi satu daging.

Dari sini kita dapat melihat bagaimana Allah aktif memperhatikan, menolong dan memberi apa yang dibutuhkan manusia. Namun pertolongan Tuhan kepada manusia tidak diberikan begitu saja, tetapi Tuhan memberikan manusia kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan pengetahuan yang telah Tuhan berikan kepada manusia itu. Walaupun manusia diberi kesempatan untuk berusaha untuk menemukan yang terbaik bagi dirinya, tetapi Tuhan tetap melihat dan memperhatikan usaha manusia itu, dan pada akhirnya dapat kita lihat bahwa seperti apapun kemampuan dan pengetahuan manusia dalam mengusahakan yang terbaik baginya dalam dunia ini dengan memberi nama kepada segala mahluk hidup, tetapi usaha manusia itu tidak akan pernah bisa membuat manusia itu menemukan yang terbaik bagi hidupnya tanpa campur tangan Tuhan. Kebaikan hidup manusia adalah hidup bersama Tuhan, memiliki komunikasi yang baik dengan Allah penciptanya.

Maka jelaslah bahwa sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang sepadan menjadi penolong manusia. Kesempurnaan manusia menjalani kehidupannya hanya pada Allah. Sebab Tuhan juga memberi kesempatan kepada Adam mencari penolong yang sepadan dengannya dari apa yang telah diciptakan oleh Tuhan, tetapi tiada yang ditemuinya.

Ketika manusia itu tidak menemukan penolong yang sepadan baginya dari segala binatang yang diciptakan Tuhan. Maka Tuhan menjadikan hawa dari tulang rusuk adam,dari sinilah kita dapat menemukan jawaban bagaimana Tuhan memberikan penolong yang sepadan kepada manusia yaitu dengan mengambil dari manusia itu sendiri  seorang perempuan, haruslah kita menyadari bahwa kita manusia adalah sama, berasal dari tubuh manusia yang pertama. Dari penciptaan manusia yang pertama Adam dan Hawa kita dapat melihat bahwa sesama kita manusia adalah bahagian dari diri kita juga. Itulah sebabnya Tuhan berfirman kepada kita “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22: 29).

Dari sini kita mau disadarkan betapa mulianya kita manusia dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Tuhan menjadikan kita manusia menurut gambar dan rupa Allah. Dan Tuhan juga berfirman bahwa tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, manusia itu membutuhkan yang sepadan yaitu sesamanya manusia.

Perenungan apa yang bisa kita angkat dari kisah ini? Jika biasanya nas ini sering dihubungkan tentang pernikahan. Namun tentunya ada banyak hal lagi catatan yang bisa kita gali dari sini. Nas ini juga akan menggugah hati nurani kita memandang sesama kita manusia sebagai sesama ciptaan Tuhan yang sungguh amat mulia. Kita sadari atau tidak, keegoisan, tinggi hati, ingin tampil lebih dari orang lain, kita telah membuat orang lain lebih rendah dari kita, padahal kita semua sama di hadapan Tuhan.

Kita juga melihat bagaimana manusia yang tidak lagi mengasihi sesamanya manusia seperti dirinya sendiri. Kita lihat bagaimana Adam sendiri tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia dari semua ciptaan Tuhan yang lainnya, namun anehnya di dunia kita saat ini justru sebaliknya, ada orang yang lebih menghargai benda, uang dari sesamanya manusia. Ada orangtua yang tega melakukan kekerasan pada anaknya sendiri hanya karena tidak sengaja menjatuhkan handphone, atau karena seorang anak mencoret-coret mobil, kekerasan dalam rumah tangga, perilaku orang yang main hakim sendiri sampai tega memukuli dan membakar, kita juga dapat melihat bagaimana pembunuhan dan mutilasi, menggugurkan kandungan, membuang bayi, terorisme, intoleran, persekusi.

Bahkan dikemajuan media sosial online saat ini, semakin membuka peluang yang besar bagi setiap orang tidak dapat mengontrol diri dalam memberi pendapat, berkomentar. Ada yang membuat media sosial menjadi tempat pelarian untuk melampiaskan kemarahan, ketidak setujuan ataupun ketidaksenagannya, seakan media sosial itu menjadi zona bebas mau berbuat dan berbicara apa saja, maka dalam bermedia sosial tentu kita juga harus bijak, jangan sampai hati nurani kepada sesama kita manusia tergerus oleh kata yang sia-sia.

Tuhan Yesus dalam pelayananNya di dunia ini telah memperlihatkan kepada kita, bagaimana Dia memberikan kita pengajaran tentang penghargaan kepada sesama kita manusia. Apa yang Dia lakukan kepada anak-anak, perempuan, orang berdosa, orang sakit, orang cacat, orang miskin. Jika mereka ini statusnya direndahkan, namun Tuhan Yesus mau mengajarkan bahwa tidak ada alasan untuk merendahkan mereka.

Maka, Kejadian 2: 18-25 ini mau mengingatkan kita tentang jati diri kita sebagai manusia yang ciptaan Tuhan yang mulia, supaya jangan pernah kita merendahkan siapapun juga. Kita punya pasangan hidup, teman kerja, tetangga, masyarakat yang ada di sekitar kita, orang-orang yang kita jumpai di tengah jalan, semua orang adalah karya Allah, hikmat Allah dalam kehidupan ini yang harus kita syukuri keberadaannya. Jangan jadikan sesama kita manusia menjadi musuh, ancaman, pelampiasan kemarahan dan keegoisan, tetapi sesama kita adalah berkat untuk kebaikan bersama.

No comments:

Post a Comment