Bacaan Firman Tuhan:
Amsal 19: 20-29
Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau
menjadi bijak di masa depan. Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana. Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong. Takut akan Allah mendatangkan hidup, maka orang bermalam dengan puas, tanpaditimpa malapetaka. Si pemalas mencelup tangannya ke dalam pinggan, tetapi tidak juga mengembalikannya ke mulut. Jikalau si pencemooh kaupukul, barulah orang yang tak berpengalaman menjadi bijak, jikalau orang
yang berpengertian ditegur, ia menjadi insaf. Anak yang menganiaya ayahnya atau mengusir ibunya, memburukkan dan memalukan diri. Hai anakku, jangan lagi mendengarkandidikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi
pengetahuan. Saksi yang tidak berguna mencemoohkanhukum dan mulut orang fasik menelan dusta. Hukuman bagi si pencemooh tersedia dan pukulan bagi punggung orang bebal.
Sekalipun
kita memiliki banyak harapan, cita-cita dan berbagai rencana yang terbaik di
masa depan, tetapi semuanya itu bisa jauh dari kenyataan, sebab kita manusia terbatas
untuk dapat melihat ke masa depan. Namun demikian, bukan artinya kita pasrah
menerima kenyataan di masa depan apa adanya.
Sebagaimana
dalam kitab Amsal ini berkata “Banyaklah rancangan di
hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana”.
Bagi kita manusia, masa depan adalah misteri yang tidak bisa kita pastikan akan
seperti apa, namun bagi Tuhan masa depan adalah kebaikan dan juga masa yang
penuh dengan rancangan yang indah dari Tuhan.
Ada
beragam cara setiap orang ketika menatap ke masa depan, ada yang penuh dengan kekhawatiran oleh karena
dia melihat kenyataan hidupnya saat itu, ada pesimis yang merasa mustahil berharap jauh dari kenyataan hidupnya
sekarang, ada yang tidak perduli
akan masa depan yang penting hari ini dia bisa bersenang-senang, ada yang berhayal tingkat tinggi, harapannya
jauh ke depan namun penuh dengan kemalasan, ada juga yang bercita-cita tinggi dibarengi dengan kerja keras dengan berprinsip “bersakit-sakit
dahulu, bersenang-senang kemudian”. Atau mungkin masih ada lagi yang
kita ketahui ragam cara seseorang melihat masa depan.
Namun,
firman Tuhan hendak mengajar kita saat ini supaya kita menjadi orang yang
bijaksana di dalam nasehat dan pengajaran Tuhan.
1.
Orang
bijak mengetahui bahwa Tuhan adalah kunci kehidupan itu adalah takut akan Tuhan (ayat 22-23). Orang
yang bijaksana akan menjalani kehidupannya saat ini dan memandang masa depan
dengan iman maka dia “bermalam dengan
puas” dan apa yang akan terjadi dimasa akan jauh dari “malapetaka”. Tuhan adalah pemilik kehidupan, orang bijak akan
selalu merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk memohon pengajaran dan bimbingan
Tuhan dalam hidupnya.
2.
Orang
bijak akan bersungguh-sungguh hidup dalam janji penyertaan Tuhan (ayat 24). Janji berkat
Tuhan di masa depan haruslah disabut dengan aktif bukan dengan
bermalas-malasan. Sebagaimana tertulis di 2 Tesalonika 3: 10 “jika seorang tidak maubekerja,
janganlah ia makan.” Itulah sebabnya Tuhan
Yesus berfirman kepada kita “Mintalah....carilah....ketoklah...”
(Matius 7:7).
3.
Orang
bijak akan selalu belajar menjadi lebih baik (ayat 25). Orang bijak tidak akan
meninggikan diri akan apa yang telah diterimanya hari ini, namun dia akan
selalu belajar menjalani segala sesuatu dengan rendah hati. Orang bijak akan
selalu belajar dari kekurangannya bukan justru melihat apa yang bisa
disombongkan dari dirinya.
4.
Orang
bijak tidak akan mengorbankan masa lalu untuk meraih masa depan (ayat 26). Istilah
“keren”-nya “lupa kacang akan kulitnya”. Hambatan untuk kita maju terkadang
bukanlah rintangan yang datang dari luar tetapi justru dari diri kita sendiri. Ada
orang yang durhaka kepada masa lalu yang telah menopang dan mengangkatnya bisa
sampai ke atas. Ada orang yang tidak menyadari bahwa kesuksesannya adalah
karena dukungan orang-orang yang disekitarnya bukan semata-mata hanya karena
kemampuannya. Ada kerja keras, doa dan kasih sayang orang disekitarnya yang
mengangkatnya untuk maju.
5.
Orang
bijak akan selalu berhati-hati memperhatikan setiap langkahnya (ayat 27-29). Orang
bijak akan selalu mencintai didikan. Tidak akan semberono dalam melangkah. Orang
bijak bukanlah orang yang sudah merasa diri pintar dan tahu segalanya, namun
dia akan selalu berhati-hati dengan selalu merendahkan diri menerima
pengajaran.
No comments:
Post a Comment