Laman

Monday, November 11, 2019

Ulangan 24: 19-22 Supaya Tuhan memberkati engkau


Bacaan Firman Tuhan: Ulangan 24: 19-22
Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda -- supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu. Apabila engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya, janganlah engkau memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda. Apabila engkau mengumpulkan hasil kebun anggurmu, janganlah engkau mengadakan pemetikan sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda. Haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanahMesir; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini."

Dalam Hukum penuaian yang diterapkan pada umat Israel salah satunya adalah dengan keperdulian kepada orang asing, anak yatim piatu dan janda. Dengan cara membiarkan sebahagian berkas yang tertinggal, yang terjatuh dan yang tersisa dari hasil panen untuk dipungut dan dikumpulkan oleh orang yang membutuhkan. Seperti contohnya Rut yang memungut bulir-bulir jelai di belakang para penyabit di tanah milik Boas (Rut 2:3).

Hukum penuaian ini adalah perintah Tuhan untuk memelihara orang-orang miskin dan juga menggugah keperdulian dan kemurahan hati umat Israel untuk dapat saling berbagi untuk sesamanya. Pemilik lahan tidak akan merugi jika dia menyisahkan yang tertinggal atau yang terjatuh itu dibiarkan justru Tuhan berfirman akan memberkatinya dalam segala pekerjaannya (Ayat 19). Karena kemurahan hati si pemilik lahan itu kepada orang asing, yatim piatu dan juga janda dapat juga memuliakan Tuhan atas pemeriharaanNya melalui pemilik lahan itu.   

Walaupun konsep penuaian seperti ini tidak dapat lagi kita temukan, namun nilai dari hukum ini tetaplah menjadi sesuatu yang harus berlanjut dalam kehidupan kita. bagaimana kemurahan hati menjadi bahagian dari kehidupan kita. berikut ini adaah beberapa hal yang bisa kita petik dari hukum penuaian ini:

1.      Bersyukur atas berkat Tuhan
Apapun yang ada dalam hidup kita patutlah kita bersyukur kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang memberi segala sesuatu yang baik untuk dapat kita tuai. Tuhan yang menyediakan kebutuhan hidup untuk kita tuai. Namun, dari apa yang kita tuai itu, Tuhan mengajar kita untuk bersyukur tidak hanya dalam bentuk persembahan dan pujian kepada Tuhan namun juga adalah Tuhan mau mengajar kita supaya memiliki karakter umat yang dikehendakinya, yaitu menjadi orang yang bermurah hati. Sebagaimana Tuhan Yesus berkata “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6: 36).

2.      Tuaian yang menjadi berkat
Segala sesuatu yang kita dapat dan kita miliki belum tentu menjadi berkat bagi kehidupan kita. “Apa gunanya mutiara yang indah bagi seekor babi?” Tidak ada! Justru akan mendatangkan kematian bagi babi itu sendiri. Apa artinya tuaian yang banyak jika karakter yang memilikinya tidak baik? Tidak akan berguna selain hanya akan membawa sesuatu yang tidak baik bagi dirinya sendiri.

Berkat Tuhan bukan masalah banyak atau sedikitnya, tetapi tergatung pada orangnya. Apapun yang ada pada kita dapat menjadi berkat dan berguna bagi kita jika kita memiliki karakter yang dikehendaki oleh Tuhan.

Sikap murah hati itu bukan karena kita berkecukupan, namun kita tergerak bermurah hati karena kita mengenal Tuhan sebagai sumber kehidupan kita.

3.      Keserakahan
Dari nas ini kita belajar bahwa sebanyak apapun panen yang kita dapatkan, akan selalu ada yang tertinggal, terjatuh dan tersisa. Jika paksakan diri untuk menggambil itu, maka itu namanya adalah keserakahan yang justru akan menyusahkan diri kita.

Karena keserakan kita sudah menyusahkan diri hanya untuk sesuatu yang sebenarnya tidak lagi begitu berguna untuk kita, sementara dengan sikap murah hati membiarkannya, kita sudah berbuat banyak bagi orang yang membutuhkannya.

Dengan menyisihkan uang Rp.500, Rp.1000 atau Rp.2000 yang sebenarnya tidak begitu berarti bagi orang yang membuhkannya. Dirumah kita masing-masing uang sebesar itu bisa berserakan, namun diluar rumah kita ada banyak orang yang membutuhkan itu.

Jika kita biasa berbelanja ke pasar tradisional, terkadang kita mau menawar harga mati-matian hanya karena selisih Rp.500, padahal ke restoran atau membeli sesuatu di mall kita bisa dengan mudahnya mengeluarkan uang untuk sesuatu yang mahal kepada pemilik yang sudah kaya raya. Kita tidak akan menjadi berkekurangan jika kita memiliki sikap murah hati untuk dapat berbagi kepada orang yang berkekurangan, justru Tuhan akan semakin memberkati kita, sebab kita menjadi orang kepercayaan Tuhan untuk menitipkan berkatNya

No comments:

Post a Comment