Bacaan Firman Tuhan: Ibrani 11: 7-12
Karena
iman, maka Nuh -- dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan -- dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang
yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
Melalui
nas ini kita akan pelajari hal-hal mendasar perihal iman kita kepada Tuhan,
antara lain:
1. Memperkenankan Allah bekerja
Dengan iman kepada Tuhan,
kita memberikan hidup kita menjadi ‘ruang
kerja’ bagi Tuhan melakukan rencanaNya yang terbaik bagi kita.
Ini adalah langkah awal,
mempersilahkan, membuka pintu ketika Tuhan mengetuk pintu kehidupan kita. Abraham,
Sara dan Nuh melakukan itu. Mereka mempersilahkan Tuhan bekerja melalui hidup
mereka untuk menggenapi rencana Tuhan yang besar. Melalui Nuh, Allah menyatakan
kuasaNya atas kejahatan manusia, melalui Abraham dan Sara Tuhan menjadikan
suatu umat yang akan setia kepadaNya.
Ketika kita membuka diri
bagi Tuhan melalui iman kepadaNya, maka kita tidak akan pernah berkecil hati
seperti apapun kekurangan dan kelemahan kita, sebab bukan lagi pikiran dan
kekuatan kita yang menjadi andalan hidup kita, tetapi ada Tuhan di dalam diri
kita yang sedang bekerja untuk mewujudkan rencana yang terbaik dalam hidup
kita.
2. Iman tanpa perbuatan adalah mati
Setelah kita membuka pintu
kehidupan kita bagi Tuhan untuk dimasukiNya, maka iman akan mendorong kita
melakukan firmanNya. Tuhan sudah duduk di ‘ruang
kerjaNya’ yang siap untuk memberi kita petunjuk untuk kita laksanakan.
Tanda bahwa kita
mempercayakan hidup pada Tuhan bahwa iman itu harus ada aksi, tindakan dan
perbuatan atas apa yang akan Tuhan rancangkan. Tuhan tidak mengharapkan kita
menjadi orang pemalas yang tidak melakukan yang telah diperintahkanNya untuk
kebaikan kita.
Jangan kita berkata
percaya kepada Tuhan bahwa tiada yang mustahil bagi Tuhan, namun kita tidak
melakukan apa yang diperintahkanNya. Orang yang seperti inilah yang Tuhan Yesus
katakan di Matius 7: 26 “Tetapi setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang
mendirikan rumahnya di atas pasir”.
Demikianlah juga kita
lihat dari Abraham dan Nuh, mereka tidak hanya mendengar apa yang diperintahkan
Tuhan, tetapi mereka melakukannya:
“Nuh...taat
mempersiapkan bahtera”
“Abraham...taat
untuk berangkat”
3. Tahan Uji
Dalam melakukan apa yang
diperintahkan Tuhan, harus ada kegigihan dan kerja keras. Menjalani kehidupan
ini ada banyak tantangan dan kesulitan yang akan kita temui, namun demikian hal
ini bukanlah alasan untuk kita mengeluh, menyerah dan bersungut-sungut. Jutru iman
akan menuntun kita untuk gigih dan semangat dalam menjalani hidup. Sebab iman
akan melahirkan pengharapan, semangat, sukacita, kedamaian dan pantang
menyerah. Sebab yang menyuruh kita, yang memberangkatkan kita adalah Tuhan.
Lihatlah Nuh yang harus
menderita 120 tahun di ejek dan dikucilkan orang sejamannya. Tetapi Nuh
memiliki sikap seperti namanya “ketenangan”,
sedikit demi sedikit dia melakukan perintah Tuhan dengan ketenangan apapun
tangangan yang dihadapinya.
Demikian halnya dengan
Abraham yang setia kepada Tuhan menjalani kehidupan sampai tua. Dia sabar
menanti anak yang dijanjikan Tuhan sampai masa tuanya. Hal ini tidak
menghentikan langkahnya untuk menuruti perintah Tuhan.
4. Memahami tujuan dari iman
Jika sampai saat ini anda
setia melakukan perintah Tuhan dengan berbagai rintangan dan tantangan yang ada,
itu adalah pencapaian yang sangat baik. Namun, ada hal lain yang seharusnya
kita juga pahami, yaitu tujuan ketaatan kita melakukan perintah Tuhan itu apa? Apakah
kita sudah dapat memahami dengan sungguh-sungguh tujuan iman kita kepada Tuhan?
Sampai pada tahap ini
mungkin ada orang Kristen yang akhirnya menyerah, gagal, menarik diri dan
meninggalkan Tuhan. Mengapa? Sebab dia tidak mengetahui tujuan imannya yang
sesungguhnya. Anda akan kecewa beriman kepada Tuhan ketika kita memahami bahwa
beriman itu akan mendapatkan apa saja yang anda inginkan di dunia ini. Itulah sebabnya
Tuhan Yesus berkata “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4). Menghidupi perintah Tuhan bukan
hanya mempercayakan hidup di dunia ini saja, namunhal yang terpenting bahwa
kita memperoleh kehidupan yang kekal dari Tuhan.
Itu sebabnya di ayat 9-10
dijelaskan, bahwa walaupun sesungguhnya Abraham sudah tinggal di tanah yang
dijanjikan Tuhan itu, namun mereka hanyalah seperti orang asing yang berkemah
di tanah yang dijanjikan Tuhan bagi mereka. Terlebih lagi jika kita membaca akhir
dari kesaksian iman dari tokoh-tokoh yang diperlihatkan pada kita dikatakan “Dan
mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman
mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. Sebab
Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita” (Ibrani 11: 39-40)
Mengakhiri
pelajaran kita melalui nas ini, marilah kita menghayati lagu dari NKB No. 188:
1
Tiap langkahku
diatur oleh Tuhan
dan tangan kasihNya memimpinku.
Di tengah badai dunia menakutkan,
hatiku tetap tenang teduh.
dan tangan kasihNya memimpinku.
Di tengah badai dunia menakutkan,
hatiku tetap tenang teduh.
Reff
Tiap langkahku
‘ku tahu yang Tuhan pimpin
ke tempat tinggi ‘ku dihantarnNya,
hingga sekali nanti aku tiba
di rumah Bapa sorga yang baka
ke tempat tinggi ‘ku dihantarnNya,
hingga sekali nanti aku tiba
di rumah Bapa sorga yang baka
No comments:
Post a Comment