Laman

Saturday, June 15, 2019

Kejadian 22: 1-12 Ujian Iman


Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 22: 1-12
Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."  Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelanakeledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."  Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?"  Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.  Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.  Tetapi berserulah MalaikatTUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."  Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangankauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkananakmu yang tunggal kepada-Ku."

Jika sebelumnya kita telah mengikuti cerita panjang tentang perjalanan Abraham tentang kesetiaannya pada janji Tuhan. Namun disini kita yang mengikuti kisah Abraham diperhadapkan pada siatuasi yang amat berat. Mengikuti cerita ini ketika Tuhan perintahkan untuk membuat persembahan korban bakaran yaitu “anakmu yang tunggal, yang dikasihinya yaitu Ishak”. Tidak ada penolakan ataupun kesedihan yang begitu berat terlihat dari Abraham, hal ini akan menambah ‘konflik’ tersendiri bagi kita yang mengikuti kisah Abraham ini:
- Bagaimana kasih seorang bapak kepada anaknya dengan tega membunuhnya menjadi korban bakaran?
-  Apakah tidak ada konflik dalam diri Abraham ketika dia harus merelakan anak yang telah lama dinantinya?
-  Apakah Allah sedang menentang diriNya sendiri? Dia melarang pembunuhan, namun Dia memerintahkan Abraham menyerahkan anaknya menjadi korban bakaran?
-     Apakah Tuhan sekejam itu terhadap orang yang sudah setia kepada perintahNya?

Konflik batin yang mungkin tidak sebesar ini juga bisa muncul dalam pengalaman iman kita kepada Tuhan. Ketika situasi berat yang kita hadapi dalam kehidupan ini mungkin bisa timbul berbagai pertanyaan dalam diri kita, “mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi dalam diriku?”; “apakah Tuhan tidak tahu atau melihat derita yang aku hadapi?”; “apakah doa permohonanku tidak didengarkan Tuhan”; “mengapa Tuhan membiarkan kejadian yang begitu mengerikan itu terjadi?”

Ketika kita berhadapan pada kenyataan yang begitu berat, apa yang menjadi jawaban iman kita kepada Tuhan? Apakah kita akan tolak, meninggalkan atau menyesali iman kita selama ini kepada Tuhan? 

Disini kita mau belajar, bahwa perjalanan iman kita panjang. Kita tidak bisa mempersalahkan Tuhan pada satu titik yang membuat kita jatuh sekalipun jatuh begitu dalam ke dalam lembah kekelaman. Kita percaya bahwa Tuhan itu baik sepanjang masa, sekalipun kita jatuh bukan artinya Tuhan menjadi tidak baik, namun kita percaya bahwa Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28).

Disini kita sudah mulai memahami mengapa Abraham tidak memperlihatkan penolakan ataupun kesedihannya yang mendalam atas perintah Tuhan untuk mengorbankan anaknya. Bahwa Abraham sudah mulai dapat memahami dan mengenal Tuhan dalam perjalanan kehidupannya. Sekalipun secara alami dari dalam daging itu adalah situasi yang sulit, namun tidak akan menyurutkan langkah kita untuk tetap percaya dan taat sebab kita tahu yang memberangkatkan dan menyuruh kita adalah Tuhan yang baik.

Situasi yang berat yang terjadi pada Abraham ini menyuguhkan kita pada pembalikan kenyataan, bahwa bukan Tuhan yang jahat, tetapi manusialah yang karena kejahatannya oleh dosa-dosa sehingga Tuhan Yesus menjadi korban yang sempurna untuk keampunan dosa-dosa kita.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal” (Yoh. 3:16). Bahwa kita tahu, bahwa dengan iman kita kepada Tuhan akan membawa kita pada kasih Allah yang besar. Pada awalnya kita mungkin akan bertanya-tanya tentang perintah Tuhan pada Abraham yang sulit kita terima melalui pikiran kemanusiaan kita, namun pada akhirnya kita akan tunduk dan semakin mengimani Tuhan setalah kita mengetahui bahwa ternyata Tuhan sendirilah yang telah menyerahkan diriNya untuk mati di kayu salib hanya untuk kebaikan hidup kita. Tuhan berfirman “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2:10).



No comments:

Post a Comment