Bacaan Firman Tuhan: Ibrani 4: 14-16
Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung,
yang telah melintasi semua
langit, yaitu Yesus, Anak Allah,
baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakankelemahan-kelemahan kita,
sebaliknya sama dengan kita, Ia
telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita denganpenuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
Seandainya
Ayub sejak dari awal penderitaannya mengetahui percakapan Tuhan dengan si
Iblis, mungkin Ayub mungkin tidak akan susah menggumuli tentang keadilan Tuhan,
dia menyusahkan dirinya mencari tahu mengapa penderitaan yang berat itu terjadi
padanya dan juga tidak memusingkan ucapan yang menghakimi dari
sahabat-sahabatnya.
Pada
akhir kisah penderitaan Ayub nyatalah bahwa akhirnya dia menyesal yang salah
dalam memahami Tuhan dan sudah menyusahkan dirinya sendiri karena sudah
menggumuli dan memikirkan sesuatu yang tidak perlu. Karena akhirnya Ayub sadar,
seberat apapun penderitaannya itu tidak lepas dari pengetahuan dan kontrol Tuhan.
Ketika
pergumulan hidup itu terjadi, tak jarang kita mendengar dan mungkin kita juga mempertanyakan
peran dan kehadiran Tuhan dalam
masalah itu. “dimana keadilan Tuhan?”; “apakah
penderitaan ini juga rencana Tuhan?”; “apakah Tuhan itu jauh dari hidupku
sehingga hal ini terjadi padaku?”; “Apakah Tuhan tidak mendengar doaku?”; “mengapa
Tuhan membiarkan penderitaan sepahit ini terjadi?”
Melalui
pergumulan hidup Ayub kita sesungguhnya mendapatkan pencerahan dalam menghadapi
setiap persoalan hidup yang kita hadapi. Bahwa tidak ada yang harus kita
risaukan dan takutkan, sebab selama pergumulan terjadi dalam ruang lingkup
hubungan yang baik dengan Tuhan, kita percaya Tuhan tidak pernah merancangkan
yang buruk kepada yang mengasihiNya, persoalan hidup itu tetap dibawah kontrol Tuhan.
Jadi,
jangan kita “sok tahu” tentang jalan
dan perbuatan Tuhan? Siapa kita ini dapat menilai dan mengetahui jalan-jalan
Tuhan? Tuhan bertanya kepada Ayub “Di manakah engkau,
ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah,
kalau engkau mempunyai pengertian!”
(Ayub 38: 4).
Sehebat
apa kita sehingga kita bisa tahu rencana dan pekerjaan Tuhan yang tidak
terselami manusia. Jangan kita dengan mudahnya menilai Tuhan itu, tidak adil,
tidak mendengar, tidak melihat. Dalam Yesaya 55: 8-9 dikatakan “Sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu , dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya
jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”
Ada
waktu dimana Tuhan mencipta, menuntun umatNya, Menghukum, memberi pengharapan,
datang ke dunia, kembali ke sorga dan juga datang kembali untuk menghakimi. Maka
kita juga harus yakin dan percaya ada waktu Tuhan berbuat, berbicara, diam,
menegur, menghibur namun yang pasti hidup orang percaya akan selalu dalam kontrol
Tuhan (Mazmur 33: 18), Dia tahu yang terbaik bagi kehidupan kita.
Demikianlah
kita diteguhkan melalui nas firman Tuhan bagi kita saat ini, kita bersyukur
memiliki Tuhan yang benar, yang penuh kuasa dan kasih karunia yang dapat kita
andalkan, percaya. Yesus adalah Imam
Besar Agung. Artinya, Dia adalah Allah yang sungguh sempurna melalui
penyataan kuasaNya yang penuh kasih dan Dia juga yang menyatakan diriNya
menjadi manusia yang sempurna.
Yesus adalah hikmat sorgawi menjadi
satu-satunya jalan kita dapat menuju kehidupan sorgawi dan Yesus juga adalah
hikmat bagi kita di dunia. Janji penyertaan dan pertolonganNya
bukan omong kosong. Tidak ada penderitaan yang lebih pahit pernah dialami
manusia seperti yang dialamiNya. Sebelum kita mengalami suatu persoalan hidup,
Dia sudah terlebih dahulu merasakan yang kita rasakan (ay. 15). Jika kita katakan
sakitnya penderitaan yang kita alami, betapa lemahnya kita menghadapi persoalan
itu, Tuhan Yesus sangat jelas dapat merasakan apa yang kita rasakan.
Namun
bagaimanapun persoalan yang sedang kita hadapi itu, firman Tuhan hendak
meneguhkan kita, Tuhan sudah terlebih dahulu menempuh jalan yang kita lalui
itu, maka Tuhan dapat memberikan pertolongan yang terbaik bagi kita dan kita
akan mendapat pertolongan pada waktunya (ay. 16).
Apapun
yang terjadi, selama itu terjadi dalam ruang lingkup hubungan kita yang baik
dengan Tuhan, segala sesuatu yang terjadi berada pada kontrol Tuhan, Dia tahu
batas dari kesusahan kita, dan kapan waktu yang tepat mengakhiri kesusahan itu,
maka tujuan perjalanan kita adalah kebaikan dan bukan keburukan, sebagaimana
kesaksian iman Daud “Sekalipunaku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya,
sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang
menghibur aku.” (Mazmur 23: 4). Sekalipun kita menempuh jalan yang
kelam, namun Tuhan selalu ada beserta kita dan menuntun kita di dalam kekelaman
itu.
Jika
Tuhan dapat merancang dan menjadikan alam semesta dengan begitu mengagumkan
apalagi tentang persoalan yang terjadi dalam kehidupan kita. Setelah Tuhan
menciptakan segala Sesutu, Dia bersabda “Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya
itu sungguh amat baik” (Kejadian 1: 31). Demikian juga kita percaya
bahwa selama kita menyerahkan diri pada rancangan Tuhan, maka tujuan kehidupan
kita adalah rancangan Tuhan yang baik dan indah pada waktunya.
Kasih
dan kehadiran Tuhan itu jangan kita lihat manakala hanya ketika kita meminta
maka Tuhan memberi, apa yang kita doakan maka Tuhan langsung kabulkan, namun
kita harus memahami dan mengenal Tuhan itu dalam ruang lingkup yang luas, bahwa
kehadiran Tuhan itu adalah penuntun, pengarah yang membawa kita kepada
kehidupan yang penuh dengan sukacita dan damai sejahtera.
No comments:
Post a Comment