Laman

Thursday, September 13, 2018

Rut 2: 8-16 | Hidup bersama Kasih Allah kepada sesama



Bacaan Firman Tuhan: Rut 2: 8-16
Boas menjawab: "Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal. TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung." Kemudian berkatalah Rut: "Memang aku mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan telah menghiburkan aku dan telah menenangkan hati hambamu ini, walaupun aku tidak sama seperti salah seorang hamba-hambamu perempuan." Ketika sudah waktu makan, berkatalah Boas kepadanya: "Datanglah ke mari, makanlah roti ini dan celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini." Lalu duduklah ia di sisi penyabit-penyabit itu, dan Boas mengunjukkan bertih gandum kepadanya; makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.

Bulir-bulir Jelai yang tercecer di ladang adalah hak dari orang miskin, janda dan pendatang (Ulangan 24: 19-21; Imamat 19: 9-10). Hal ini dilakukan oleh Rut setelah meminta ijin dari Naomi untuk memungut bulir-bulir jelai di ladang milik orang yang sedang panen. Dituliskan dalam nas ini “kebetulan” Rut mengutip bulir-bulir jelai ditanah Boas (ay. 3) yang merupakan kerabat dekat Naomi dari pihak suaminya.

Pertemuan Rut dan Boas ini menjadi titik balik dari kisah sebelumnya yang diwarnai dengan kesedihan karena penderitaan yang berat dan berangsur-angsur mulai naik menuju pada kebahagiaan. Dalam nas ini kita melihat perjumpaan Rut yang setia mengikut mertuanya Naomi (janda yang rela mengikut mertuanya kembali ke Yehuda – 1: 16) dengan Boas yang bermurah hati.

Pengakuan iman dan dan kesetiaan Rut sungguh nyata dari perbuatannya yang berinisiatif melakukan sesuatu untuk kelangsungan hidupnya dan juga mertuanya. Diladang, Rut memperlihatkan kegigihannya memungut bulir-bulir jelai (2:7). Hal ini menarik perhatian Boas untuk mencari tahu tentang Rut, kemurahan hati Boas semakin besar, setelah mengetahui bahwa Rut adalah perempuan yang bersama Naomi pulang dari Moab (2:6).

Dari kisah ini, kita dapat melihat bahwa seberat apapun penderitaan yang kita hadapi, kasih setia Tuhan akan senantiasa memelihara hidup orang yang beriman. Dibalik kisah perjumpaan Rut dan Boas, Tuhan tetap bekerja menuntun hidup orang beriman.
Seberat apapun penderitaan yang kita hadapi, bukan artinya kita tidak dapat berbuat baik. Demikian dengan Rut, yang tetap dapat melakukan yang terbaik bagi mertuanya. Hal ini tentu semakin membuka hati Boas untuk menyatakan kemurahan hatinya.

Kemurahatian Boas kepada Rut diperlihatkannya bukanlah sebagai perbuatan yang harus dipuji, sebab Boas merasa yakin bahwa Tuhan yang menuntun hidup Rut. Di ayat 12 dikatakan “TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung.”

Hati Boas yang terbuka untuk bermurah hati semata-mata hanyalah karena memahami kasih setia Tuhan kepada Rut. Boas melihat jauh kedepan bahwa kebaikannya kepada Rut tidak hanya karena keuletan dan juga karena kerabat dekat, tetapi yang jauh lebih besar bahwa Tuhan memakai dirinya menjadi saluran kasih setia Tuhan. Hal ini mengingatkan kita dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36) dan juga nasehat Paulus di Filipi 2: 5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”. Menghidupi kasih kepada sesama tidak memandang siapa yang mau dikasihi, tetapi kita mau memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat pada Yesus, yaitu kasihNya kepada semua ciptaanNya.

Hal seperti ini terkadang membuat banyak orang untuk membatasi diri untuk membantu sesamanya. Terkadang kebaikan yang kita tunjukkan hanyalah karena balas budi dan juga karena dia adalah keluarga dekat. Namun ketika ada orang yang bukan dekat dengan kita, bahkan mungkin pernah menyakiti kita, apakah ada pada kita kasih untuk member pertolongan?

Solidaritas kita kepada sesama bukan melihat siapa yang hendak kita tolong, namun yang harus yakini bahwa Tuhan ingin memakai kita sebagai saluran kasih setia Tuhan kepada manusia. Kita teringat akan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus di Matius 25: 35+40 “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” ; “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”



No comments:

Post a Comment