Bacaan Firman
Tuhan: Keluaran 32: 7-14
Lalu Musa mencoba melunakkan hati
TUHAN, Allahnya, dengan berkata: "Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit
terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan
yang besar dan dengan tangan yang kuat? Mengapakah orang Mesir akan berkata:
Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan
membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari
murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak
Kaudatangkan kepada umat-Mu. Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel,
hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu
sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak
bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan
kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya." Dan
menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.
Semakin
kita mendalami nas ini, akan semakin mendekatkan kita memahami doa dalam
kehidupan kita. Dari kisah ini kita akan memahami doa dari berbagai sisi yang
berbeda. Setidaknya ada tiga hal yang dapat kita renungkan melalui nas ini.
1. Ketekunan
Ketidaksabaran, hal ini
dapat langsung kita temui dari nas ini. Selama 40 hari Musa mengunjungi Allah
di gunung Sinai untuk menerima perjanjian kasih setia Tuhan yang akan
mendekatkan manusia dengan Tuhan. Namun ketidaksabaran umat menanti telah
membuat Tuhan murka. Ketidaksabaran mereka telah mengarahkan hidup mereka
membuat allah yang dijadikan atas dasar keinginan dan rencana mereka sendiri.
Dalam hal berdoa,
ketekunan memiliki peran yang sangat besar. Ketekunan akan mengasah kesungguhan
kita bergantung hanya pada kehendak dan rencana Tuhan. Sebagaimana Yakobus
menuliskan “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang”
(Yak. 1:4).
Permohonan doa kepada
Tuhan bukanlah sebuah bacaan-bacaan mantra yang setelah di ucapkan maka akan
terjadi sesuatu yang kita inginkan. Namun, bagaimana kita memahami bahwa doa
itu adalah menyerahan diri secara total kepada kuasa Tuhan. Kita tidak tahu
kapan persisnya doa kita dijawab dan seperti apa jawaban dari doa kita kepada
Tuhan. Tetapi satu yang pasti bahwa doa kita didengar dan dikabulkan oleh Tuhan,
seperti apa jawabanNya bukan menjadi perhatian kita, hanya satu yang pasti
bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi orang yang percaya kepadaNya. Dalam
proses ketekunan kita di dalam doa, maka di dalam proses itu juga Tuhan bekerja
memberikan yang terbaik bagi kita atas doa yang kita mohonkan.
Ada orang yang tidak tekun di dalam
doa, ketidaksabarannya atas doa permohonannya kepada Tuhan, akhirnya dia
melupakan doanya kepada Tuhan dan beralih kepada kuasa-kuasa duniawi. Mencari
cara-cara yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Padahal jika kita mau
merenungkan kembali apa yang telah Tuhan perbuat atas kehidupan kita, segala
berkat yang telah kita terima dari Tuhan, maka sesulit apapun yang sedang kita
hadapi, pastinya kita akan tenang menanti pertolongan Tuhan tepat pada
waktunya. Seperti yang terjadi pada umat Israel, seandainya mereka merenungkan
apa yang telah Tuhan perbuat atas hidup mereka, dengan mujizat yang luar biasa
membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan menuntun mereka di padang gurun,
tentunya seperti apapun lamanya mereka menanti Musa turun dari gunung Sinai
mereka akan sabar. Itulah sebabnya Paulus menuliskan “Bersukacitalah dalam
pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah
dalam doa!” (Roma 12: 12).
2. Doa yang penuh dengan keyakinan
Apa yang terjadi pada umat
Israel dan juga murka Tuhan atas perbuatan umat Israel di sikapi oleh Musa
sebagai pemimpin, Musa mencoba melunakkan hati Tuhan. Apa yang bisa kita
pelajari dari sikap Musa ini? Sungguh, Musa memiliki iman yang teguh kepada
Tuhan, di dalam kekacauan umat Israel akan ada harapan untuk memulihkan.
Sesulit apapun kondisi
yang sedang kita hadapi, doa memiliki kuasa yang hebat. Sebagaimana Musa
memiliki keyakinan akan rencana besar Tuhan atas umatNya. Demikianlah kita juga
akan yakin kepada doa yang kita panjankan pada Tuhan, bahwa setiap doa yang
kita panjankan pada Tuhan akan dikabulkan Tuhan tepat pada waktunya, sebab kita
yakin bahwa Tuhan mengetahui apa yang terjadi, dan kita juga yakin akan kuasa
Tuhan dalam hidup kita dan kita yakin bahwa ketika kita telah memohon kepada Tuhan,
maka tidak akan dibiarkanNya kita begitu
saja, sebab Tuhan memiliki rencana yang indah melalui hidup kita.
Itulah sebabnya Yakobus
menuliskan “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang,
sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan
kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan
menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang
dalam hidupnya.” (Yakobus 1: 6-8).
Sebab itu, apapun
pergumulan kita, jadilah orang yang hidup di dalam doa. Rendahkanlah diri di
hadapan Tuhan dan yakinlah atas doa yang kita mohonkan. “Aku percaya Tuhan akan berbuat yang terbaik bagiku, sebab Tuhan
mempunyai rencana besar yang diletakkanNya dalam diriku”.
3. Tuhan maha pengasih
Murka Tuhan atas umatNya
ternyata dapat reda atas kebesaran kasihNya. Kita memiliki Tuhan yang sangat
mengasihi kita. Tuhan tidak dapat menyangkal diriNya adalah kasih. Bahkan karena
begitu besarnya kasihNya pada kita, Dia memberikan diriNya mati di kayu salib.
Seberat apapun persoalan
dan pergumulan yang kita hadapi, panjatkanlah doa kepada Tuhan di atas kasihNya
yang besar. Melalui nas ini kita diperlihatkan bagaimana hati Tuhan kepada
umatNya. Jika di dalam dosa saja Tuhan mau memperlihatkan kasihNya bagi kita,
apalagi kita datang merendahkan diri memohon tangan pengasihanNya.
Tuhan memberikan dan menyediakan ruang,
kesempatan untuk berkomunikasi, memohon kasih dan kuasaNya yang besar melalui
doa kepadaNya. Sehingga adalah sesuatu yang fatal dan patut dipertanyakan
kepercayaannya kepada Tuhan, ketika ada orang Kristen yang tidak hidup dalam
doa.
No comments:
Post a Comment