Bacaan
Firman Tuhan: Matius 10: 40-42
Barangsiapa menyambut
kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang
mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima
upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan
menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun
kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya."
Dari
bacaan nas firman Tuhan bagi kita saat ini, saya teringat dengan apa yang
tertulis di Yesaya 52:7 yang mengatakan “Betapa indahnya kelihatan dari puncak
bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan
memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada
Sion: “Allahmu itu Raja”.
Apa
yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dalam nas renungan kita ini mengungkapkan
betapa bahagianya setiap orang yang menyambut utusan Tuhan yang menyampaikan
firmanNya. Ada upah yang diterima setiap orang yang menyambut dan memperhatikan
kebutuhan pembawa kabar dari Tuhan. Sebagaimana Tuhan Yesus mengatakan di
Matius 5:6 “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka
akan dipuaskan”. Ada nikmat yang besar yang ‘tak dapat disamakan dengan
apapun ketika berita yang berasal dari Tuhan disampaikan pada kita.
Pernahkah
anda merasakan bahwa para pengkhotbah datang adalah untuk membawa berita dari
Tuhan? Atau kita hanya melihat bahwa khotbah itu hanyalah kata-kata dari pribadi
sang pengkhotbah. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menegaskan kepada murid-muridNya “Barangsiapa
menyambut kamu, ia menyambut Aku”.
Hal
ini menjadi sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Ada
jemaat yang mengeluh karena panjangnya khotbah, pendeknya khotbah, membosankan,
ada tatapan ‘kosong’ ketika mendengar, tidak menyimak khotbah, berbicara dengan
orang sebelahnya bahkan asyik dengan smartphone-nya.
Tidak
semua mau menyambut utusan Tuhan, tetapi berbahagialah orang yang menyambut
firman yang dibawa oleh utusan Tuhan dan yang memberikan dirinya menjadi
pendukung pemberitaan firman Tuhan.
Menyambut
yang dimaksud dalam nas ini memiliki makna yang lebih dalam, tidak sekedar
hanya menyambut dalam makna mempersilahkan, tetapi ada respon “lapar dan haus”
menyambut firmanNya. Kita menanti-nantikan kabar baik dan berita keselamatan
yang akan Tuhan sampaikan. Karena demikianlah kenyataannya, hanya orang yang
lapar dan haus saja yang akan menikmati makanan tanpa memperdulikan menu
sajiannya. Jika firman Tuhan itu di ibaratkan makanaan yang disajikan pada
kita, patut kita renungkan, sudah berapa banyak kita membuat makanan itu
terbuang dengan sia-sia.
Betapa
berharganya bagi kehidupan kita kabar baik dari Tuhan yang menjadi sumber utama
kehidupan kita. Tetapi sebaliknya kita juga harus berjaga-jaga, karena ternyata
berita-berita yang menyesatkan kehidupan kita. Sebagaimana Yeremia melawan nabi
Hanaya dengan nubuat yang menyesatkan (Yeremia 28: 5-9). Dengan tegas bahwa
hati dan pintu rumah kita harus tertutup pada kabar-kabar yang menyesatkan. Pengajaran
sesat yang berlainan dengan dogma kepercayaan yang telah kita pegang. Sebagaimana
kita diingatkan dalam surat 2 Yohanes 10-11 untuk tidak menerima ataupun memberi
salam di luar dari ajaran yang telah kita terima.
Marilah
kita menyambut apa yang membawa damai, kasih dan membangun kesatuan. Tetapi sebaliknya
tolaklah segala penyesatan yang menuntun kita pada perpecahan, pertikaian dan
rencana-rencana kejahatan. Jangan jadi terbalik, kabar baik Tuhan kita tolak,
tetapi kabar yang menyesatkan kita terima.
Hal
kedua yang juga hendak disampaikan bahwa kita tidak hanya sekedar percaya,
namun lebih dari itu bahwa kita memiliki panggilan yang begitu berharga, yaitu “Saksi
Kristus”. Tuhan memakai hidup kita ini menjadi penyataan Diri Allah. Bahwa kita
juga adalah utusan Allah penyampai kabar baik, kebaikan. Sekalipun orang lain
menganggap kita rendah, kecil dan terpinggirkan namun di hadapan Allah kita
begitu berharga sebab kita menyaksikan Tuhan dalam diri kita.
No comments:
Post a Comment