Bacaan
Firman Tuhan: Mikha 7: 18-20
Siapakah Allah seperti
Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa
milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya,
melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita,
menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam
tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu
kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek
moyang kami sejak zaman purbakala!
Melalui nabi Mikha ini,
kita akan menemukan lebih jauh pengenalan kita tentang pribadi TUHAN. Jika kita menyimak apa yang tertulis dalam
kitab Mikha ini, maka kita akan diarahkan untuk melihat tiga urutan kejadian yang membawa kita pada pribadi Tuhan.
Pertama, dilihatnya
ke belakang bagaimana dahulu penyertaan Tuhan kepada nenek moyang bangsa Israel.
Hidup yang berkelimpahan kasih dan penyertaan Tuhan. Mengiring umat Israel
menjadi bangsa yang termasyur.
Kedua,
dilihatnya apa yang sedang terjadi ketika itu pada umat Israel yang telah
dipenuhi oleh perbuatan dosa. Mikha melihat bahwa hukuman Tuhanlah yang akan
terjadi pada umat Israel. Mereka sengsara, menderita, miskin dan hidup dalam
ketakutan semuanya adalah karena dosa. Namun ternyata Tuhan mendekati umatNya
supaya bertobat.
Ketiga,
dilihatnya jauh ke depan apa yang akan Tuhan perbuat bagi dunia ini. Betlehem Efrata
yang kecil itu akan bangkit seorang yang akan memerintah Israel. Bukan murka
yang didahulukan Tuhan, tetapi kasih karuniaNya “yang melemparkan segala dosa
kita ke dalam tubir-tubir laut” (ay. 19).
Sehingga ketiga hal yang diperlihatkannya ini, ternyata
kasih Allah sungguh luar biasa. Bahwa kasih setia Tuhan itu kekal dari dahulu,
sekarang hingga masa yang akan datang. Sehingga jelaslah apa yang dituliskan
dalam kitab Mikha ini “Siapakah Allah seperti Engkau?”
Walaupun umatNya selalu menjauh, tetapi Tuhan tetap mendekatkan diriNya untuk
memberikan pertolongan.
Sehingga dapatlah kita
memahami, sesungguhnya bukan Tuhan yang tidak mau untuk menolong, tetapi
manusia itulah yang menjauh dari kasih Tuhan. Kasih Tuhan yang kita kenal itu
tidak tanggung-tanggung, perjuangan Allah begitu besar bagi manusia.
Banyak orang yang
bertanya-tanya tentang kuasa Tuhan dalam penderitaan yang dihadapinya, sama
seperti pertanyaan Nikodemus kepada Tuhan Yesus “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?”. Jawaban Yesus ini akan
selalu menjadi kekuatan kita “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini”.
Ini adalah ungkapan
perasaan Tuhan Yesus yang terdalam. Dia tidak dapat menyangkal kasihNya yang
begitu dalam kepada kita. Dia memberikan diriNya diludahi, ditampar, sampai
mati disalibkan hanya untuk melindungi kita. Maka jika kita merenungkan
pengorbanan Tuhan yang begitu besarnya pada kita, patutkah kita masih meragukan kasihNya pada kita? apakah kita masih
akan bertanya-tanya tentang berkat Tuhan dalam kehidupan kita?
Tidak layak kita
mempertanyakan apa perbuatan Tuhan dalam kehidupan kita, tapi tanyakanlah diri
kita sendiri, entah kita yang sudah menjauh dari Tuhan. Maka nabi Mikha ingin
menyuarakan semangat ke-optimisan kepada kita dalam menjalani kehidupan ini. Tentang
bagaimana Tuhan berbuat atas kehidupan kita ini ‘tak usah pertanyakan jika kita
mau hidup dalam kebenaran Tuhan.
Yakinlah, jika kita hidup
dalam kebenaran Tuhan: apa yang tidak bisa kita perbuat, lakukan, kerjakan dan
dapatkan? Tetapi, sebaliknya: jika kita menjauh dari Tuhan, kita diingatkan “Engkau
makan tetapi tidak akan menjadi kenyang”; “engkau menyingkir tetapi tidak akan
selamat”; “engkau menabur, tetapi tidak akan menuai” (Mikha 6: 14-15).
Sehingga dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari, tetaplah ingat bagaimana kasih setia Tuhan yang besar
kepada orang yang hidup dalam kebenaranNya. Jangan ragukan kasih setia Tuhan,
dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa (Mazmur 60:
14). Selamat merasakan kasih Tuhan….
No comments:
Post a Comment