Laman

Monday, May 15, 2017

Kisah Para Rasul 17: 22-31 | Doa dan Berhala



Bacaan Firman Tuhan: Kisah Para Rasul 17: 22-31
Supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga. Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.

Kota Atena bisa dikatakan kota yang penuh dengan ambisi, gengsi dan penikmat hidup tingkat tinggi. Kita mengenal Atena sebagai kota yang memunculkan banyak pahlawan, beberapa yang kita kenal seperti Herkules dan Achilles. Ada juga para filsuf-filsuf dan seniman. Kota Atena dipenuhi dengan bangunan-bangunan yang megah dan indah dari karya arsitek yang tinggi. Untuk menikmati hidup yang penuh dengan ambisi dan gengsi itu, Paulus melihat ada banyak berhala-berhala yang mereka sembah, dan pada mezbah persembahan mereka ada tertulis “kepada Allah yang tidak di kenal”.

Hal ini semua membuat hati Paulus sangat sedih (ay.16), maka dia mulai berbicara dengan bertukar pikiran dengan orang-orang yang dijumpainya di pasar (Agora) setiap hari. Karena Atena dipenuhi banyak ahli-ahli pikir, sehingga mereka sangat tertarik akan sesuatu hal-hal yang baru. Maka kehadiran Paulus di Atena dianggap mereka sebagai pembawa ajaran baru dari dewa yang lain. Maka Paulus di bawa ke Aeropagus untuk menjelaskan tentang ajaran yang belum mereka ketahui sebelumnya. 

Kita saat ini tidak sedang mau berbicara tentang pekabaran Injil, namun kali ini kita akan memahami lebih dalam makna yang di ungkapkan oleh Paulus pada sidang di Aeropagus ini dalam konteks kekristenan kita.

Yang hendak di ungkapkan Paulus pada mereka bahwa Allah yang tidak dikenal itu adalah Yesus Kristus. Dialah Tuhan yang menjadikan segala sesuatunya, Allah yang memberikan kehidupan. Kita dekat kepadaNya bukan dengan dengan mendirikan patung-patung berhala dan meminta kepadaNya dengan memberikan sesajen. 

Sebenarnya Tuhan itu sagat dekat dengan kita, tidak perlu dengan berhala dan pemberian korban sajian maka Dia dekat dengan kita, karena sesungguhnya kita hidup dan bergerak dalam Dia. Hidup kita dari Dia, Kehidupan kita dari Dia dan tempat kita hidup juga dari Dia dan yang akan menghakimi dunia ini adalah Dia. Namun, ada penghalang yang memisahkan kita dari Dia yaitu pengenalan. Maka kita harus keluar dari zaman kebodohan yaitu dengan mengenal hikmat yang benar itu yaitu Yesus Kristus. 

Yesus Kristus adalah kekuatan dan kemuliaan kita, tujuan hakiki hidup kita, dari Dia kita akan menemukan nikmat hidup yang sebenarnya.

Walaupun saat ini ‘mungkin’ kita tidak lagi hidup dalam zaman penyembahan berhala, kita sudah hidup pada iman percaya pada Yesus Kristus, namun bisa saja kita seperti orang-orang Atena ini menyembah Allah yang tidak di kenal. Sebenarnya kita dekat dengan Dia, tetapi kita jauh. 

Terkadang kita menempatkan Tuhan itu seperti ‘berhala’ dalam kehidupan kita. Bagaimana tidak, terkadang kita datang untuk berdoa kepada Tuhan hanya ketika kita sedang menghadapi masa-masa sulit, ataupun kita hanya memanfaatkan Tuhan untuk menggapai ambisi hidup kita.

Apakah demikian penyembahan, doa dan kedekatan kita kepadaNya?  Ketika kita memahami doa itu pada imbal hasil doa yang memiliki sebab dan akibat, maka kita sedang menjauhkan diri dari pengenalan yang benar tentang Tuhan.

Maka saat ini kita mau diingatkan akan bahaya yang sangat serius. Ibarat kita menapaki jalan yang kedua sisinya ada dua jurang yang sangat dalam. Kita bisa jatuh diantara dua jurang yang sangat dalam itu. Seperti yang tertulis dalam Yakobus 4:2-3:

 Jurang sebelah kiri, yaitu tidak berdoa. Hidup yang memisahkan dirinya dari Tuhan yang memberi kehidupan yang berkuasa atas segala sesuatu. “kamu tidak memperoleh apa-apa karena kamu tidak berdoa” 

Jurang sebelah kanan, yaitu berdoa dengan egois. Yaitu doa yang hanya ingin memuaskan nafsu kemanusiaannya. “Kamu berdoa, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa sebab kamu meminta untuk memuaskan hawa nafsumu”

Kehidupan dalam doa bukanlah soal meminta dan mendapat tetapi “kehendak Tuhan jadi dalam kehidupan kita” (Markus 14: 36). Hidup yang berdoa berarti membuka diri terhadap Allah yang tidak terbatas, yang berserah sepenuhnya pada rancangan Tuhan bukan rancangan kita.

Pada saat kita berdoa, maka kita akan menarik Allah masuk dalam kehidupan kita dan Dia akan bekerja sesuai dengan rancangan terbaikNya. Yakinlah, bahwa Allah akan melakukan hal yang lebih besar melebihi harapan dari doa-doa kita.
Kita tidak akan pernah tahu bagaimana cara kerja Tuhan dalam merealisasikan doa kita, bagaimana kapan dan seperti apa, namun kita akan selalu mengetahui bahwa kita hidup dan bergerak bersama dengan Tuhan yang berkuasa dalam kehidupan ini. Kita berasal dari Dia dan hanya bersama Dia kita dapat menemukan tujuan akhir kehidupan ini.

No comments:

Post a Comment