Laman

Tuesday, September 27, 2016

2 Timotius 1: 1-8 | Beriman yang Murni, Tulus, Ikhlas dan Berkarya



Bacaan Firman Tuhan: 2 Timotius 1: 1-8
Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.

Dalam nas yang kita pelajari kali ini memperlihatkan pada kita bagaimana dekatnya hubungan Paulus dengan Timotius. Walaupun mereka tidak dari satu keluarga, namun Paulus memanggil Timotius dengan “anakku yang kekasih” (ay.2). Hubungan yang diperlihatkan lebih dari hubungan sedarah, tetapi hubungan antara bapak dan anak di dalam iman. Persaudaraan di dalam iman, itulah yang diperlihatkan. Dalam Filipi 2:20 Paulus menyebut Timotius “sehati sepikir” dengannya.

Paulus mengirim suratnya kepada Timotius untuk memberi semangat, nasihat, pengajaran supaya ia mengembangkan pelayanan dengan baik, sebab Paulus ingin mempersiapkan Timotius sebagai penggantinya dalam memberitakan Injil. Ditengah tantangan yang dihadapi oleh orang Kristen saat itu, Paulus berharap bahwa Timotius dapat melanjutkan pelayanan pekabaran Injil dengan baik. Untuk dapat melakukan tugas berat itu, Paulus mengingatkan bahwa kemampuannya melakukan itu tidak dengan mengandalkan kekuatan dan pikiran, tetapi hanya karena iman. 

Itulah sebabnya Paulus mengingatkan tentang dirinya, bahwa ia sejak dari kecil telah dibentuk dan di bina di dalam iman yang benar, maka ia pun harus mengembangkan iman yang diterimanya itu. Kekuatannya terletak di dalam imannya, semangat dan kekuatan pelayanan terletak pada imannya. 

Melalui surat Paulus ini, kita mendapatkan pengajaran yang berharga untuk memahami dan mengembangkan iman di dalam kehidupan kita saat ini.

I.                  Pewarisan Iman (ayat 5)
Paulus mengungkapkan kekuatan iman yang memampukannya untuk memberitakan Injil, demikian juga ia mau mewariskan rahasia itu kepada Timotius. Memberitakan Injil hanya mengandalkan iman. Demikianlah Paulus mempersiapkan Timotius sebagai penerusnya, memberitakan kekuatan dan kuasa Tuhan tidak akan meninggalkan setiap orang yang berpegang pada iman.
Demikian halnya juga dengan neneknya Lois dan ibunya Eunike yang membesarkannya dengan iman yang murni. Kesungguhan dari mereka mempersiapkan masa depan Timotius untuk memiliki iman kepada Tuhan.
Ini adalah bentuk pewarisan iman. Kita dapat merenungkannya, bagaimana Paulus, Lois dan Eunike benar-benar mempersiapkan generasi muda, dengan kesugguhan mewariskan iman kepada Timotius.

Demikianlah kesungguhan kita dalam mempersiapkan anak-anak kita/generasi muda. Membesarkan mereka di dalam pertumbuhan iman yang benar dan baik, sehingga mereka tidak hanya mampu untuk bertahan tetapi juga mampu untuk menyerang. Artinya tidak lagi hanya sebatas mereka dapat bertahan dalam berbagai tantangan jaman, tetapi mereka justru mampu untuk menyatakan kebenaran Tuhan dalam kehidupannya, menjadi pemberita Injil melalui sikap dan pengaruh yang positif di sekitarnya.

II.               Iman yang Tulus, Ikhlas dan Murni (ayat 3+5)
Hal inilah yang disyukuri oleh Paulus, ternyata ada kesamaan dirinya dengan Timotius. Jika Paulus mengatakan ia melayani dengan “Hati nurani yang murni” maka Timotius dikatakan memiliki iman yang “tulus ikhlas”. 

Demikian jugalah halnya dengan kita supaya hidup dalam iman yang murni, tulus dan ikhlas. Artinya iman yang hidup dan tumbuh dalam diri kita bukanlah karena orang lain, bukan juga karena keinginan diri sendiri atau juga karena ingin mendapat sesuatu hal yang duniawi. Tetapi kita beriman dan menyaksikan iman di tengah kehidupan ini murni adalah karena kita mengenal Tuhan, kita tahu bahwa kita berasal dari Tuhan dan kita juga dengan tulus dan ikhlas hidup dan berkarya untuk Tuhan.

III.           Mengobarkan Karunia Allah (ayat 6)
Setiap orang yang percaya kepada Kristus Yesus menerima karunia dari Tuhan, yaitu Roh Kudus (bnd. 1 Korintus 12:7). Karunia Roh yang diberikan kepada setiap orang bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi adalah untuk penyataan kerajaan Allah.

Maka setiap orang percaya terpanggil untuk ikut serta dalam pekerjaan Tuhan, ikut serta dalam penyataan kerajaan Allah di dunia ini.

Maka iman itu tidaklah pasif, tetapi aktif. Iman yang ada dalam diri kita akan bekerja, berbuat sesuai dengan Karunia (charisma) yang diberikan kepada setiap orang. Maka jika kita memiliki iman, maka iman itu bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga berguna bagi orang lain. Apa yang bisa kita perbuat untuk Tuhan dan GerejaNya?

No comments:

Post a Comment