Bacaan
Firman Tuhan: 1 Timotius 6: 6-19
“Peringatkanlah
kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan
berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah
yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah
agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan
membagi”
Dalam nas ini, kita mendapat
beberapa pengajaran yang mengarahkan kita utuk dapat memahami tentang
penyesatan yang membuat manusia itu jauh dari kehidupan yang sebenarnya. Apakah
kita sedang berjalan dalam kebenaran atau kita sedang menjalani kehidupan yang
semu. Beberapa hal yang menjadi penekanan dalam nas ini antara lain:
Ibadah yang benar
Timotius perlu untuk memberikan
pengajaran dan nasehat tentang kebenaran mengenai ibadah dan harta, supaya
jemaat tidak disesatkan oleh ajaran yang tidak benar. Sebagaimana yang
dikatakan dalam ayat 5 supaya yang
mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. Hidup beriman bukan supaya
kita mendapatkan imbalan, justru sebaliknya kita beriman sebab Allah sudah
terlebih dahulu menyatakan kasihNya bagi kita. Maka adalah kesesatan jika kita
diperhadapkan akan pengajaran bahwa dengan memberi ini dan itu atau berbuat
begini dan begitu maka Tuhan akan melipatgandakan seratus kali lipat dari yang
kita beri atau perbuat.
Maka kebenaran yang diajarkan
pada kita bahwa ibadah akan membawa kita untuk melihat apa yang diperbuat oleh
Tuhan bukan apa yang kita perbuat. Ibadah akan membawa kita melihat
kebesaran kuasa Tuhan tentang kehidupan yaitu “rasa cukup”(ay. 6) yang tidak
lain adalah “bersyukur”.
Rasa syukur akan membawa kita
pada kekayaan Tuhan yang besar, yang dapat melihat tanpa selubung apa yang ada
pada Tuhan dalam diri kita. Bukan artinya kita hendak mengatakan bahwa kita
tidak kurang suatu apapun, tetapi kita mau mengatakan bahwa segala sesuatunya
yang menjadi kebutuhan hidup kita pasti Tuhan cukupkan. Maka beribadahlah dan
berimanlah secara murni dan benar bahwa Tuhan sudah terlebih dahulu berbuat
yang terbaik bagi kehidupan kita.
Cinta Uang
Dikatakan pada ayat 10 “akar
segala kejahatan adalah cinta uang”. Cinta uang akan membawa orang
menuju nafsu yang mencelakakan. Kita dinasehatkan untuk berhati-hati untuk
berhubungan dengan uang, sebab daya tariknya yang sangat memikat dapat membawa
kita pada kebinasaan. Sebab uang sangat berhubungan langsung dengan keseharian
hidup kita. Uang merupakan sebagai representasi kebutuhan hidup, perlu makanan
dan minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, sekolah dan sebagainya. Maka
dari itu kita sekolah, bekerja dan berusaha untuk mendapatkan kebutuhan selama
kita kita hidup.
Namun kita akan tersesat menuju
kebinasaan ketika kita melupakan Tuhan sebagai pemilik dan pencipta segala
sesuatunya. Ketika kita berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan berharap
bahwa uang akan dapat menyelesaikan
masalah, ketika kita berharap bahwa
uang dapat membuat kita senang, ketika kita berharap bahwa uang dapat menyelamatkan kita, maka kita
sudah melupakan Tuhan sebagai sumber segala sesuatu (ay. 17). Kita sedang
menuju kebinasaan ketika kita beranggapan bahwa tanpa Tuhan kita dapat selamat
dan senang. Sungguh celaka ketika kita merasa aman dan tentram akan harta duniawi.
Uang ataupun harta duniawi
tidak lebih dari pemenuhan kebutuhan hidup dan bukan menjadi tujuan hidup. Uang
harus dipahami sebagai berkat yang bersumber dari Tuhan untuk memenuhi kebutuhan
hidup bukan menjadi tujuan hidup manusia.
Harta duniawi hanya akan kita
pakai dalam jangka waktu tertentu, apakah nanti atau esok kita tidak tahu
apakah uang itu ada bersama dengan kita, sebab kita datang ke dunia ini pun
tidak membawa sesuatu apapun, demikian juga ketika kita saatnya kita mati (ayat
7). Itulah sebabnya Yesus mengatakan “Walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya,
hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya” (Lukas 12: 15).
Maka sumber kehidupan dan sukacita kita dalam hidup ini adalah Tuhan, tiada
yang lebih berharga dari iman kepada Tuhan pencipta segala sesuatu.
Harta yang sejati
Ketika manusia itu telah cinta
akan uang, maka dirinya akan terjerat oleh berbagai nafsu duniawi, tinggi hati
dan merasa aman dan tentram atas hartanya, sehingga ia melupakan harta yang
sesungguhnya, harta yang nyata dan kekal untuk mencapai hidup yang sebenarnya. Harta
yang tidak dapat dirusakkan oleh ngengat dan karat, harta yang tidak dapat
dicuri darinya yaitu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Itulah sebabnya dikatakan
dalam ayat 18 jika ingin kaya, maka kayalah dalam kebajikan, suka memberi dan
membagi. Disitulah terdapat harta yang sejati, harta yang akan menjadi bagian
kita selamanya.
No comments:
Post a Comment