Laman

Thursday, September 22, 2016

1 Timotius 6: 6-19 | Mengumpulkan Harta Yang Benar



Bacaan Firman Tuhan: 1 Timotius 6: 6-19
“Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi”

Dalam nas ini, kita mendapat beberapa pengajaran yang mengarahkan kita utuk dapat memahami tentang penyesatan yang membuat manusia itu jauh dari kehidupan yang sebenarnya. Apakah kita sedang berjalan dalam kebenaran atau kita sedang menjalani kehidupan yang semu. Beberapa hal yang menjadi penekanan dalam nas ini antara lain:

Ibadah yang benar
Timotius perlu untuk memberikan pengajaran dan nasehat tentang kebenaran mengenai ibadah dan harta, supaya jemaat tidak disesatkan oleh ajaran yang tidak benar. Sebagaimana yang dikatakan dalam ayat 5  supaya yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. Hidup beriman bukan supaya kita mendapatkan imbalan, justru sebaliknya kita beriman sebab Allah sudah terlebih dahulu menyatakan kasihNya bagi kita. Maka adalah kesesatan jika kita diperhadapkan akan pengajaran bahwa dengan memberi ini dan itu atau berbuat begini dan begitu maka Tuhan akan melipatgandakan seratus kali lipat dari yang kita beri atau perbuat.

Maka kebenaran yang diajarkan pada kita bahwa ibadah akan membawa kita untuk melihat apa yang diperbuat oleh Tuhan bukan apa yang kita perbuat. Ibadah akan membawa kita melihat kebesaran kuasa Tuhan tentang kehidupan yaitu “rasa cukup”(ay. 6) yang tidak lain adalah “bersyukur”.

Rasa syukur akan membawa kita pada kekayaan Tuhan yang besar, yang dapat melihat tanpa selubung apa yang ada pada Tuhan dalam diri kita. Bukan artinya kita hendak mengatakan bahwa kita tidak kurang suatu apapun, tetapi kita mau mengatakan bahwa segala sesuatunya yang menjadi kebutuhan hidup kita pasti Tuhan cukupkan. Maka beribadahlah dan berimanlah secara murni dan benar bahwa Tuhan sudah terlebih dahulu berbuat yang terbaik bagi kehidupan kita.

Cinta Uang
Dikatakan pada ayat 10 “akar segala kejahatan adalah cinta uang”. Cinta uang akan membawa orang menuju nafsu yang mencelakakan. Kita dinasehatkan untuk berhati-hati untuk berhubungan dengan uang, sebab daya tariknya yang sangat memikat dapat membawa kita pada kebinasaan. Sebab uang sangat berhubungan langsung dengan keseharian hidup kita. Uang merupakan sebagai representasi kebutuhan hidup, perlu makanan dan minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, sekolah dan sebagainya. Maka dari itu kita sekolah, bekerja dan berusaha untuk mendapatkan kebutuhan selama kita kita hidup. 

Namun kita akan tersesat menuju kebinasaan ketika kita melupakan Tuhan sebagai pemilik dan pencipta segala sesuatunya. Ketika kita berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan berharap bahwa uang akan dapat menyelesaikan masalah, ketika kita berharap bahwa uang dapat membuat kita senang, ketika kita berharap bahwa uang dapat menyelamatkan kita, maka kita sudah melupakan Tuhan sebagai sumber segala sesuatu (ay. 17). Kita sedang menuju kebinasaan ketika kita beranggapan bahwa tanpa Tuhan kita dapat selamat dan senang. Sungguh celaka ketika kita merasa aman dan tentram akan harta duniawi.

Uang ataupun harta duniawi tidak lebih dari pemenuhan kebutuhan hidup dan bukan menjadi tujuan hidup. Uang harus dipahami sebagai berkat yang bersumber dari Tuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup bukan menjadi tujuan hidup manusia.

Harta duniawi hanya akan kita pakai dalam jangka waktu tertentu, apakah nanti atau esok kita tidak tahu apakah uang itu ada bersama dengan kita, sebab kita datang ke dunia ini pun tidak membawa sesuatu apapun, demikian juga ketika kita saatnya kita mati (ayat 7). Itulah sebabnya Yesus mengatakan “Walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya” (Lukas 12: 15). Maka sumber kehidupan dan sukacita kita dalam hidup ini adalah Tuhan, tiada yang lebih berharga dari iman kepada Tuhan pencipta segala sesuatu.

Harta yang sejati
Ketika manusia itu telah cinta akan uang, maka dirinya akan terjerat oleh berbagai nafsu duniawi, tinggi hati dan merasa aman dan tentram atas hartanya, sehingga ia melupakan harta yang sesungguhnya, harta yang nyata dan kekal untuk mencapai hidup yang sebenarnya. Harta yang tidak dapat dirusakkan oleh ngengat dan karat, harta yang tidak dapat dicuri darinya yaitu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Itulah sebabnya dikatakan dalam ayat 18 jika ingin kaya, maka kayalah dalam kebajikan, suka memberi dan membagi. Disitulah terdapat harta yang sejati, harta yang akan menjadi bagian kita selamanya.

No comments:

Post a Comment