Bacaan Firman
Tuhan: Amos 6: 1a + 4-7
“Celaka atas orang-orang yang
merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tentram di gunung Samaria”
Israel yang sedang mengalami
kemajuan baik di dalam wilayah kekuasaan, ekonomi yang baik dan juga stabilitas
politik aman memperlihatkan pada kita dalam nas ini bagaimana perilaku
sebahagiaan orang kaya yang menikmati kekayaannya. Dikatakan:
-
Tempat tidur dari gading
-
Duduk berjuntai di ranjang
-
Makanannya anak-anak domba dan lembu
-
Berpesta dengan nyanyian dan anggur
-
Memakai parfum dari minyak yang paling baik
Namun dalam kemeriahan pesta
pora yang mereka pertunjukkan terdapat dosa yang begitu besar. Sindiran yang
begitu keras ditujukan pada mereka:
-
Selayaknya mereka bernyanyi sebagaimana Daud
bernyanyi untuk memuliakan Allah, tetapi mereka bernyanyi atas kesombongan
harta mereka
-
Meminum anggur dari bokor (yang menurut Keluaran
27: 3 dan 38: 3 “bokor” adalah bahagian dari perkakas dalam ibadah)
-
Mereka berurap minyak yang paling baik,
sementara minyak yang paling baik diperuntukkan untuk mengurapi manusia maupun
benda-benda untuk dikuduskan (Keluaran 30:25-30).
Murka Tuhan atas dosa mereka
bukan karena mereka kaya, tetapi karena harta dan pesta pora mereka adalah dari
jalan yang tidak benar, yaitu dari hasil ketidakjujuran dan kecurangan dengan
mencekik orang lemah dan miskin.
Mereka telah menempuh jalan
yang membawa diri mereka pada celaka yaitu murka Tuhan. Perbuatan mereka yang
membawa mereka pada celaka adalah sikap mereka yang telah merasa aman dan
tentram sebagaimana dikatakan dalam ayat 1.
1.
Merasa aman
dan tentram atas kekayaan
Sikap yang diperlihatkan dengan pesta poranya
seakan tiada yang kurang suatu apapun, seakan kekayaannya dapat membuatnya
bahagia, bahwa hartanya dapat menyelamatkannya. Merasa tidak perlu lagi Tuhan,
sebab kekayaannya sudah cukup membuatnya senang dan bahagia, maka jika pun
mereka mengikuti ibadah semuanya hanyalah formalitas belaka.
Sikap seperti inilah yang harus kita waspadai
dan hindari ketika berhadapan dengan harta kekayaan, merasa aman dan tentram
atas harta duniawi. Supaya jangan kita memiliki sikap ketidak pada masa
kesusahan kita ingat Tuhan, namun ketika kita telah memiliki harta kita
melupakan Tuhan bahkan waktu untuk ibadah pun sudah tidak lagi ada.
Kita harus menyadari bahwa sebanyak apapun harta
duniawi yang ada pada kita, dengan sekejap dapat saja lenyap. Kita juga harus
mengingat bahwa pada akhirnya semua yang ada di dunia ini akan kita tinggalkan
ketika kita sudah mati.
Maka apapun yang ada pada kita, bukan itu sumber
kebahagiaan dan keselamatan kita, sebab tidak ada yang lebih berharga selain
iman kita kepada Tuhan yang menjadi sumber sukacita dan kehidupan.
2.
Merasa aman
dan tentram atas dosa
Ketika kita membiarkan diri dikuasai perbuatan
dosa maka jika pembiaran itu terus berlanjut, maka yang terjadi adalah
kebiasaan. Dosa menjadi kebiasaan yang menjadi bahagiaan kehidupan kita. Maka akhirnya
suara hati yang berguna untuk menekan kita untuk tidak berbuat dosa akan mati,
semuanya akan kelihat sama. Tidak lagi ‘jantungan’
untuk berbuat dosa, tidak lagi ragu dan takut berbuat dosa, kalaupun takut
bukan karena takut kepada Tuhan, tetapi takut karena di dapati oleh polisi.
Maka kita juga harus mengingat bahwa perbuatan dosa tidak
akan pernah membawa kita pada kesenangan. Kalaupun kita mau mencari harta
kekayaan, carilah dari berkat Tuhan yang melimpah bukan dari perbuatan dosa.
No comments:
Post a Comment