Laman

Thursday, September 29, 2016

Habakuk 1:1-4,2:1-4 | Sampai Kapan Ku bersedih Tuhan?



Bacaan Firman Tuhan: Habakuk 1: 1-4; 2:1-4
Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.

Ada dua pertanyaan besar yang muncul dalam kitab Habakuk. Pertanyaan itu menjadikan Tanya jawab antara Habakuk dan Allah. 

Pertama: Habakuk mempertanyakan mengapa Tuhan terdiam ketika di Yehuda terjadi penindasan, kejahatan dan kelaliman. Dimana keadilan Tuhan? Ketika orang fasik mengepung orang benar, mengapa Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada mereka?
Jawaban Tuhan: Orang Kasdim, bangsa yang garang, menakutkan dan ganas itu akan dibangkitkan oleh Tuhan untuk menghukum Yehuda.

Kedua: Habakuk kembali mempertanyakan keputusan Tuhan yang memakai bangsa yang justru lebih jahat dari orang Yehuda
Jawaban Tuhan: Bagi orang Babel, Tuhan juga memiliki keadilanNya yang pada waktunya mereka juga akan mendapatkan hukuman.

Banyak orang yang bertanya-tanya tentang kejahatan dosa yang begitu besar yang terjadi dalam dunia ini. Ada yang bertanya: “Mengapa Tuhan membiarkan kejahatan itu terjadi?”; “Mengapa Tuhan diam ketika orang benar di tindas oleh orang jahat?”; “Dimanakah Tuhan ketika ada berteriak meminta pertolongan Tuhan?”; ada pula yang bertanya dalam dirinya “Mengapa Tuhan membiarkan penderitaan ini terjadi padaku?” bahkan pemazmur juga bertanya “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. (Mazmur 22:2).
Apa yang hendak disampaikan dalam kitab Habakuk, bahwa jika kita mempertanyakan tentang keadilan Tuhan, maka jawabnya Tuhan itu adil, Tuhan itu mendengar, Tuhan itu ada, Tuhan itu melihat dan mendengar. Karena pada waktu-Nya orang fasik akan mendapatkan hukuman dan orang benar akan hidup oleh percayanya.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas sesungguhnya tidaklah sulit menjawabnya, hanya kita sulit untuk memahaminya ketika kita memahami bahwa Tuhan berdaulat atas kehidupan ini, sebagaimana Charles R. Swindoll menyatakan bahwa dengan memahami kedaulatan Allah, maka kita dapat dengan mudah mentoleransi berbagai ketidakadilan di dunia ini. Kita bisa mendapatkan penderitaan oleh sebab kejahatan orang lain, tetapi kita juga tidak bisa menyangkal bahwa Tuhan mengizinkan semuanya itu terjadi pada diri kita atau diri orang lain.

Yusuf menerima penderitaan oleh perlakuan saudara-saudaranya, untuk beberapa lama harus hidup sebagai seorang yang tidak mendapatkan hak sebagai anak dari Yakub, demikian juga halnya di Mesir harus menanggung akibat fitnah dari istri potifar. Namun Yusuf memahami semua yang terjadi atas hidupnya dengan iman kepada Tuhan dengan mengatakan: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan” (Kejadian 50:20). Demikian juga halnya sebagaimana yang dituliskan oleh Paulus “Bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Roma 8: 28).

Sekalipun itu menyakitkan, tetapi bagi setiap orang yang hidup di dalam iman kepada kuasa kebesaran Tuhan, maka diujungnya kita akan menerima yang terbaik. Dengan sikap percaya kepada Tuhan, maka dibalik duka ada Tuhan yang bekerja untuk mengubah penderitaan menjadi keselamatan. Tuhan tidak berjanji untuk melindungi kita dari kejahatan, tetapi Tuhan menjamin keselamatan setiap orang yang percaya.

Tuhan berkuasa atas kehidupan ini, tetapi Ia tidak memaksa manusia itu untuk melakukan apapun yang difirmankanNya yang menjadi kebaikan bagi manusia, tetapi yang Tuhan perbuat adalah memperlihatkan jalan kehidupan. Maka Tuhan memberikan kebebasan bagi manusia untuk berbuat baik atau jahat, namun yang pasti Tuhan telah memperlihatkan konsekuensi dari setiap pilihan jalan yang kita jalani.

Dengan kuasaNya Ia bekerja atas kehidupan manusia, Ia tidak berdiam diri hanya melihat dan mendengar. Tetapi Tuhan bekerja dengan RohNya atas kehidupan manusia untuk mencegah kita berbuat kejahatan dan perbuatan dosa, namun tidak semua menerima kuasa Tuhan bekerja atas dirinya. Demikian halnya dengan kita yang menjadi korban kejahatan dan ketidakadilan, Tuhan juga tidak berdiam diri, hanya melihat dan mendengar, tetapi Ia juga ada bersama dengan kita menanggung penderitaan. Apa yang kita rasakan, itupulah yang dirasakan oleh Tuhan, bahkan sebelum kita menderita, Tuhan telah terlebih dahulu menderita untuk kita. 

Apapun yang menjadi pergumulan hidup kita, berharaplah didalam iman, jawaban atas iman bukanlah secepat yang kita inginkan dan bukan pula selama yang kita harapkan. Entah itu nanti, esok atau kapanpun jawaban Tuhan pasti akan menjadi kenyataan. Kita yang hidup dalam iman bukanlah tanpa kepastian, sekalipun kita berkeluh dan berlelah atas pergumulan hidup kita. Sebab Tuhan bekerja mendatangkan dan merekakan yang terbaik bagi hidup orang percaya kepadaNya. 

Tuhan Yesus mengatakan “Datanglah kepadaKu, semua yang letih dan lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Sebenarnya semua kita yang hidup di dalam dunia ini adalah sama-sama hidup dalam keletihan, kelesuan dan memiliki beban yang berat. Tetapi yang mau datang kepada Yesus dengan mengimani dan berharap kepadaNya akan mendapatkan pertolongan pada waktunya. 

Sementara anda sedang berharap dan percaya kepada Tuhan, sepertinya tidak ada yang berubah tetapi dibalik semuanya itu Tuhan tidak berdiam diri, namun Tuhan sedang bekerja. Sebagaimana yang Yesus katakan “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang” (Yohanes 5:17)
Meninggalkan iman, meninggalkan Allah ataupun berbalik menyerang kejahatan dengan kejahatan tidak akan menyelesaikan masalah. Dunia tidak akan lebih baik, diri anda tidak akan lebih baik jika meninggalkan Tuhan, sebab segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini ada dalam kuasaNya. Nantikanlah Tuhan bekerja, mereka-reka segala sesuatunya menjadi kebaikan bagi kehidupan orang percaya.

Allah ada dalam krisis yang kita alami, Allah tidak membuat penderitaan, tetapi Dia sedang memakainya menjadi kebaikan bagi orang percaya. Dengan percaya kepada Tuhan maka kita akan mengatakan bahwa Tuhan pengendali segala hal yang akan dinyatakan pada waktu-Nya. Jalan-jalanNya lebih tinggi dari jalan kita (Yesaya 55:9) dan keputusanNya tak terselidiki dan jalan-jalanNya tak terselami (Roma 11:33).

Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yesaya 40:31).



No comments:

Post a Comment