Bacaan Firman
Tuhan: Habakuk 1: 1-4; 2:1-4
Berapa lama lagi, TUHAN, aku
berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu:
"Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
Sesungguhnya, orang yang
membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup
oleh percayanya.
Ada dua pertanyaan besar yang
muncul dalam kitab Habakuk. Pertanyaan itu menjadikan Tanya jawab antara
Habakuk dan Allah.
Pertama:
Habakuk mempertanyakan mengapa Tuhan terdiam ketika di Yehuda terjadi
penindasan, kejahatan dan kelaliman. Dimana keadilan Tuhan? Ketika orang fasik mengepung
orang benar, mengapa Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada mereka?
Jawaban
Tuhan: Orang Kasdim, bangsa yang garang, menakutkan dan ganas itu
akan dibangkitkan oleh Tuhan untuk menghukum Yehuda.
Kedua:
Habakuk kembali mempertanyakan keputusan Tuhan yang memakai bangsa yang justru
lebih jahat dari orang Yehuda
Jawaban
Tuhan: Bagi orang Babel, Tuhan juga memiliki keadilanNya yang
pada waktunya mereka juga akan mendapatkan hukuman.
Banyak orang yang
bertanya-tanya tentang kejahatan dosa yang begitu besar yang terjadi dalam
dunia ini. Ada yang bertanya: “Mengapa
Tuhan membiarkan kejahatan itu terjadi?”; “Mengapa Tuhan diam ketika orang
benar di tindas oleh orang jahat?”; “Dimanakah Tuhan ketika ada berteriak
meminta pertolongan Tuhan?”; ada pula yang bertanya dalam dirinya “Mengapa Tuhan membiarkan penderitaan ini
terjadi padaku?” bahkan pemazmur juga bertanya “Allahku, Allahku, mengapa
Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak
menolong aku. (Mazmur 22:2).
Apa yang hendak disampaikan
dalam kitab Habakuk, bahwa jika kita mempertanyakan tentang keadilan Tuhan,
maka jawabnya Tuhan itu adil, Tuhan itu mendengar, Tuhan itu ada, Tuhan itu
melihat dan mendengar. Karena pada
waktu-Nya orang fasik akan mendapatkan hukuman dan orang benar akan hidup oleh
percayanya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut
diatas sesungguhnya tidaklah sulit menjawabnya, hanya kita sulit untuk
memahaminya ketika kita memahami bahwa Tuhan berdaulat atas kehidupan ini,
sebagaimana Charles R. Swindoll menyatakan
bahwa dengan memahami kedaulatan Allah,
maka kita dapat dengan mudah mentoleransi berbagai ketidakadilan di dunia ini.
Kita bisa mendapatkan penderitaan oleh sebab kejahatan orang lain, tetapi kita
juga tidak bisa menyangkal bahwa Tuhan mengizinkan semuanya itu terjadi pada
diri kita atau diri orang lain.
Yusuf menerima penderitaan oleh
perlakuan saudara-saudaranya, untuk beberapa lama harus hidup sebagai seorang
yang tidak mendapatkan hak sebagai anak dari Yakub, demikian juga halnya di
Mesir harus menanggung akibat fitnah dari istri potifar. Namun Yusuf memahami semua
yang terjadi atas hidupnya dengan iman kepada Tuhan dengan mengatakan: “Memang
kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah
mereka-rekakannya untuk kebaikan” (Kejadian 50:20). Demikian juga
halnya sebagaimana yang dituliskan oleh Paulus “Bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia”
(Roma 8: 28).
Sekalipun itu menyakitkan,
tetapi bagi setiap orang yang hidup di dalam iman kepada kuasa kebesaran Tuhan,
maka diujungnya kita akan menerima yang terbaik. Dengan sikap percaya kepada
Tuhan, maka dibalik duka ada Tuhan yang bekerja untuk mengubah penderitaan
menjadi keselamatan. Tuhan tidak berjanji untuk melindungi kita dari kejahatan,
tetapi Tuhan menjamin keselamatan setiap orang yang percaya.
Tuhan berkuasa atas kehidupan
ini, tetapi Ia tidak memaksa manusia itu untuk melakukan apapun yang
difirmankanNya yang menjadi kebaikan bagi manusia, tetapi yang Tuhan perbuat
adalah memperlihatkan jalan kehidupan. Maka Tuhan memberikan kebebasan bagi
manusia untuk berbuat baik atau jahat, namun yang pasti Tuhan telah
memperlihatkan konsekuensi dari setiap pilihan jalan yang kita jalani.
Dengan kuasaNya Ia bekerja atas
kehidupan manusia, Ia tidak berdiam diri hanya melihat dan mendengar. Tetapi
Tuhan bekerja dengan RohNya atas kehidupan manusia untuk mencegah kita berbuat
kejahatan dan perbuatan dosa, namun tidak semua menerima kuasa Tuhan bekerja
atas dirinya. Demikian halnya dengan kita yang menjadi korban kejahatan dan
ketidakadilan, Tuhan juga tidak berdiam diri, hanya melihat dan mendengar,
tetapi Ia juga ada bersama dengan kita menanggung penderitaan. Apa yang kita
rasakan, itupulah yang dirasakan oleh Tuhan, bahkan sebelum kita menderita,
Tuhan telah terlebih dahulu menderita untuk kita.
Apapun yang menjadi pergumulan
hidup kita, berharaplah didalam iman, jawaban atas iman bukanlah secepat yang
kita inginkan dan bukan pula selama yang kita harapkan. Entah itu nanti, esok
atau kapanpun jawaban Tuhan pasti akan menjadi kenyataan. Kita yang hidup dalam
iman bukanlah tanpa kepastian, sekalipun kita berkeluh dan berlelah atas
pergumulan hidup kita. Sebab Tuhan bekerja mendatangkan dan merekakan yang
terbaik bagi hidup orang percaya kepadaNya.
Tuhan Yesus mengatakan “Datanglah
kepadaKu, semua yang letih dan lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu” (Matius 11:28). Sebenarnya semua kita yang hidup di dalam
dunia ini adalah sama-sama hidup dalam keletihan, kelesuan dan memiliki beban
yang berat. Tetapi yang mau datang kepada Yesus dengan mengimani dan berharap
kepadaNya akan mendapatkan pertolongan pada waktunya.
Sementara anda sedang berharap
dan percaya kepada Tuhan, sepertinya tidak ada yang berubah tetapi dibalik
semuanya itu Tuhan tidak berdiam diri, namun Tuhan sedang bekerja. Sebagaimana yang
Yesus katakan “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang” (Yohanes 5:17)
Meninggalkan iman, meninggalkan
Allah ataupun berbalik menyerang kejahatan dengan kejahatan tidak akan
menyelesaikan masalah. Dunia tidak akan lebih baik, diri anda tidak akan lebih
baik jika meninggalkan Tuhan, sebab segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini
ada dalam kuasaNya. Nantikanlah Tuhan bekerja, mereka-reka segala sesuatunya
menjadi kebaikan bagi kehidupan orang percaya.
Allah ada dalam krisis yang
kita alami, Allah tidak membuat penderitaan, tetapi Dia sedang memakainya
menjadi kebaikan bagi orang percaya. Dengan percaya kepada Tuhan maka kita akan
mengatakan bahwa Tuhan pengendali segala hal yang akan dinyatakan pada
waktu-Nya. Jalan-jalanNya lebih tinggi dari jalan kita (Yesaya 55:9) dan
keputusanNya tak terselidiki dan jalan-jalanNya tak terselami (Roma 11:33).
Tetapi orang-orang yang
menanti-nantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang
naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yesaya 40:31).
No comments:
Post a Comment