Laman

Friday, September 5, 2014

Kasih Penggenapan Hukum Taurat | Roma 13:8-14

Bacaan Firman Tuhan: Roma 13:8-14

Dalam nas ini Paulus menyatakan: “Kasih adalah kegenapan hukum Taurat” - Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat (Mat. 5:17; Roma 10:4). Sehingga kita yang telah percaya kepada Kristus bukan lagi orang-orang yang berada di bawah hukum Taurat tetapi berada di bawah kasih karunia (Rm. 6:14) dan kita juga telah mati bagi hukum Taurat (Rm. 7:4) supaya kita hidup untuk Allah (Gal. 2:19).

Keselamatan bagi kita tidak terdapat dalam hukum Taurat – melakukan hukum Taurat bukanlah jalan keselamatan. Bukan artinya hukum Taurat itu tidak berguna, namun kita telah ditebus Kristus dari kutuk hukum Taurat. Tuntutan untuk melakukan hukum Taurat itu tetap berlaku, sebab sama seperti Kristus yang adalah kegenapan hukum Taurat, maka kasih adalah kegenapan hukum Taurat. Karena pada saat kita mengasihi sesama kita, maka pada saat yang sama pula kita sedang memenuhi hukum Taurat.

Sehingga yang mau di ubah adalah sikap kita dalam memenuhi hukum Taurat, yakni melakukannya bukan karena takut akan hukuman maupun supaya mendapatkan pahala, justru kita melakukannya adalah kewajiban kita sebagai orang-orang yang telah hidup dalam keselamatan di dalam Kristus. Memenuhi hukum Taurat adalah karena kasih Allah yang telah di curahkan dalam hidup kita, yang mendorong kita melakukan hukum Taurat. Kita melakukannya bukan karena takut akan hukuman yang memikirkan keselamatan secara kedagingan, namun kita melakukannya karena kita adalah anak-anak terang (Ef. 5:8). Maka kasih yang dilakukan oleh orang percaya bukan lagi karena takut akan hukuman, tetapi kasih menjadi sikap dasar yang tertanam di dalam hidup.

Nas ini merupakan kelanjutan dari Roma 13:1-7 mengenai kepatuhan terhadap pemerintah:
Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.” (ay.7)
Maka Paulus melanjutkannya terhadap kewajiban seorang Kristen di hadapan Allah:
Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.” (ay. 8)

Bahwa kita memiliki kewajiban untuk melunasi hutang-hutang kita kepada semua orang, yakni mengasihi sesama kita. Sebab kita adalah orang-orang yang berhutang (Rm. 8:12), karena Kristus telah menebus kita dari kutukan dosa yaitu maut. Dengan mengasihi sesama kita maka kita melunasi hutang kita, hutang yang dimaksud disini sifatnya adalah kekal, sebab kita tidak pernah bisa berhenti untuk melunasi yang namanya kasih. Sebab disetiap perjalanan hidup kita akan selalu ada kesempatan dan keadaan yang baru untuk kita mengasihi orang lain.

Dari pemahaman di atas kita dapat melihat bahwa kasih adalah hukum Allah yang utama dan yang terutama (Mrk. 12:29-31) yang menjadi kewajiban orang percaya. Hukum kasih bukan untuk memasukkan ataupun membawa dampak bagi diri (eksklusif) yang egois yang mementingkan keselamatan diri sendiri, justru hukum kasih membawa dampak keluar (inklusif) yakni menyatakan kasih kepada orang lain, sebab kasih itu telah menjadi pola sikap dan dasar hidup orang percaya. Sehingga apapun yang akan dilakukan semuanya berdasar pada kasih yang telah ditanamkan dalam dirinya.

Lebih tegas lagi dapat dikatakan bahwa penolakan untuk berbuat kasih adalah wujud dari penolakan kasih Allah dalam diri seseorang. Mengapa ada orang yang sulit untuk melakukan kasih? Karena dia tidak mau menerima seruan pertobatan dari Tuhan. Ada penolakan dari dalam diri untuk mau di perbaharui oleh Tuhan. Seperti Paulus katakan, bahwa ia masih mau untuk “merawat tubuh untuk memuaskan keinginannya” bukan keinginan Tuhan.

Dan lebih sulit lagi bagi seseorang untuk melakukan kasih bila ia merasa diri orang benar dan menyembunyikan kesalahan dan dosa-dosanya. Secara psikologis orang-orang seperti ini adalah orang yang sensitif. Hanya sedikit pemicunya dapat menimbulkan amarah, kebencian, sakit hati dan dendam. Seperti orang yang menyembunyikan borok dalam dirinya, karena sedikit disinggung borok tersebut, maka akan menimbulkan reaksi yang besar.

Jika kita mau menyadari bahwa setiap orang pasti memiliki kesalahan dan dosa, maka tidak ada alasan bagi kita untuk saling membenarkan diri dalam kesalahan kita. Tuhan mengajak kita untuk meninggalkan sikap pembenaran diri dan agar kita hidup dalam kasihNya yang besar yaitu pengampunan. Jika kita telah hidup dalam sikap pertobatan, maka kita akan lebih perduli dan menerima orang lain, sehingga kasih terhadap sesama akan mampu kita lakukan. Maka kita berbuat kasih adalah karena Allah sedang dan akan terus bekerja dalam kehidupan kita untuk memulihkan hati, pikiran dan sikap kita.

Paulus mengingatkan kita “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang” bahwa Tuhan Yesus akan segera kembali dan kita tidak tahu kapan datangnya. Namun yang pasti ketika Yesus datang kita didapati adalah orang-orang yang tidak bercacat yang dipulihkan oleh darah Anak Domba yang kudus.

No comments:

Post a Comment