Sabar adalah kepercayaan akan kepastian Yakobus 5: 7-11; Bacaan: Mazmur 126:1-6
Bagaimanapun liku-liku aliran sungai, namun tetap bermuara ke
laut. Bagaimana pun tingkah perilaku manusia apakah itu karena kesombongannya,
keangkuhannya, kejahatannya, ketamakannya, kebaikannya, kesalehannya,
kemunafikannya tetap saja manusia akan meninggal dan masuk dalam penghakiman
Tuhan. Hanya penghakiman Tuhanlah yang adil.
Dalam pembahasan nas Firman Tuhan saat ini Yakobus menyebut
yang berbahagia itu adalah mereka yang bertekun,
karena mereka yang bertekunlah yang akan mendapatkan keselamatan dari
penghakiman Tuhan. Sesulit apapun perjalanan kehidupan yang kita lalui namun
jika kita senantiasa bertekun dalam Firman Tuhan, maka kita akan mendapatkan
upah pada waktunya.
Yakobus mengarahkan kita mengenai konsep bertekun itu dengan bersabar. Mereka yang bersabar
adalah
yang mempercayai adanya kepastian, percaya akan kepastian bahwa badai
pasti berlalu bahwa musim akan berganti. Allah adalah adil yang memberikan
kepada kita kebahagian yang sesungguhnya. Namun bagi mereka yang tidak sabar
akan mengusahakan jalan pintas yang menganggap keselamatannya adalah usahanya
sendiri sehingga tidak lagi mau bertekun di dalam Firman Tuhan. Yakobus memberikan
contoh kepada kita bagaimana ketekunan para nabi dan juga Ayub dalam
pergumulannya dan juga kesabaran seorang petani menantikan tuaian.
Dalam hal bersabar begitu banyak contoh-contoh dalam
kehidupan kita, karena tidak sabar harus melakukan beberapa kegiatan dalam satu
waktu. Ada yang makan sambil membaca, ada yang berkendaraan sambil menelepon
terlebih lagi budaya antri yang masih rendah dalam kehidupan kita. Pengendalian
diri adalah sesuatu yang mutlak harus kita lakukan untuk meraih kesuksesan.
Ada banyak orang yang mencari jalan pintas karena tidak sabar
akan pertolongan Tuhan. Ada banyak orang yang tidak sabar lagi menanti jawaban
doa karena sakit yang dideritanya, akhirnya mencari jalan yang tidak
dikehendaki Tuhan dengan pergi ke dukun. Maka ketika kesabarannya hilang, maka
saat itu juga dia sudah tidak lagi percaya kepada Tuhan yang dapat memberikan
pertolongan kepadanya. Tuhan Yesus jelas mengatakan “Apa gunanya seorang memperoleh
seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”
(Lukas 9:25).
Maka berhati-hatilah akan kenikmatan dunia karena kenikmatan dunia tidak akan membawa kita kepada kata “cukup”, karena kebahagiaan hidup yang sesungguhnya adalah bagaimana kita menikmati setiap perjalanan hidup kita dengan rasa syukur. Seperti syair lagu yang mengatakan “syukuri apa yang ada...”. Maka jangan pertaruhkan keselamatan yang kekal hanya untuk menyelamatkan hidup yang sementara.
Maka berhati-hatilah akan kenikmatan dunia karena kenikmatan dunia tidak akan membawa kita kepada kata “cukup”, karena kebahagiaan hidup yang sesungguhnya adalah bagaimana kita menikmati setiap perjalanan hidup kita dengan rasa syukur. Seperti syair lagu yang mengatakan “syukuri apa yang ada...”. Maka jangan pertaruhkan keselamatan yang kekal hanya untuk menyelamatkan hidup yang sementara.
No comments:
Post a Comment