Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 41: 37-42
Yusuf mendapatkan kesempatan untuk menafsirkan mimpi Firaun saat dirinya masih dalam penjara, yang mana Firaun bermimpi tentang tujuh lembu gemuk dimakan oleh tujuh lembu yang kurus dan mimpi kedua adalah tentang tangkai gandum dengan tujuh bulir yang berisi dimakan oleh tangkai gandum dengan tujuh bulir yang kurus. Yusuf menceritakan bahwa kedua mimpi itu adalah sama, bahwa Allah hendak memberitahukan kepada Firaun apa yang akan terjadi dan tindakan apa yang harus dilakukan oleh Firaun. Firaun bermimpi sampai dua kali berarti Tuhan akan segera melakukannya. Arti dari isi mimpinya itu adalah bahwa Tuhan akan mendatangkan tujuh tahun masa kelimpahan dan setelahnya akan terjadi tujuh tahun masa kelaparan. Maka, yang dapat dilakukan oleh Firaun adalah dengan mengangkat seorang yang berakal budi dan bijaksana yang memiliki kuasa atas tanah Mesir untuk mengumpulkan persediaan selama tujuh tahun masa kelimpahan, sehingga saat masa kelaparan tiba, tanah Mesir tidak akan binasa karena kelaparan.
Penjelasan mimpi dan usul saran dari Yusuf dipandang baik
oleh Firaun dan pegawainya. Dengan kemampuan Yusuf menafsirkan mimpi Firaun,
Firaun menganggap bahwa tidak ada lagi yang penuh dengan Roh Allah selain Yusuf
sampai bisa mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Allah, sehingga Firaun
mengangkat Yusuf dengan kuasa yang sangat besar, yaitu hanya satu tingkat
dibawah Firaun, kelebihan Firaun hanyalah Takhta yang ada padanya, tetapi
cincin materai diberikan kepada Yusuf untuk memerintah rakyat Mesir.
Pesan firman Tuhan yang bisa kita pelajari dari nas ini:
1. Roh kudus adalah karunia Allah bagi orang
percaya
Kita lihat ayat 38 "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?" dari perkataan ini sangat jelas memperlihatkan kepada kita bahwa tidak semua manusia dapat menerima Roh Allah. Roh Allah bekerja dalam diri Yusuf adalah karena Yusuf selalu memiliki relasi yang baik dengan Allah. sikap dan perbuatannya yang selalu memperlihatkan sebagai seorang yang mengenal Allah walau dalam situasi yang sulit dan penuh dengan godaan. Hal ini bisa terlihat ketika Yusuf masih berada di rumah Potifar.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Tuhan Yesus menjanjikan akan memberi Roh Kudus untuk menyertai murid-muridNya dan pada hari pentakosta, orang percaya dicurahkan Roh Kudus. Bahwa melalui iman percaya kita kepada Tuhan Yesus, sama seperti Yusuf yang dipenuhi Roh Allah, kita semua orang percaya telah memperoleh Roh Kudus tinggal dalam diri kita masing-masing. Sebagaimana yang tertulis di 1 Korintus 3:16 “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”. Sebagai orang percaya, kita harus menyadari bahwa dalam diri kita ada sebuah karunia Tuhan yang sangat berharga yang tidak semua manusia memilikinya, yaitu Roh Kudus yang dicurahkan untuk menyertai kita.
2. Mensyukuri karya Roh Kudus
Dari nas ini kita belajar betapa besarnya
kuasa dari Roh Allah (Roh Kudus) yang dicurahkan oleh Tuhan kepada setiap orang
percaya. Jika kita belajar dari kisah Yusuf ini, kita tidak akan sangat
mensyukuri pemberian Tuhan yang sangat luar biasa itu. Roh Allah yang ada dalam
diri Yusuf telah membuatnya menjadi orang yang berakal budi dan bijaksana,
sehingga dia bisa menafsirkan mimpi Firaun dan memberi solusi tentang apa yang
harus dilakukan oleh Firaun. Apalagi setelah Yusuf mendapatkan kepercayaan
Firaun untuk bisa mengelola tujuh tahun kelimpahan dan tujuh tahun kelaparan,
tentu ini adalah pekerjaan yang sangat berat. Tentu semuanya ini tidak akan
bisa dikerjakan jikalau bukan karena Roh Allah yang bekerja dalam dirinya.
Seperti Roh Allah yang bekerja dalam diri
Yusuf, demikianlah kita percaya bahwa Allah juga bekerja dalam diri kita
melalui Roh Kudus. Sehingga kita diberi Tuhan hikmat untuk dapat membaca dan
memahami segala keadaan yang kita hadapi dengan baik dan juga solusi yang harus
kita lakukan dalam setiap hal yang kita hadapi. Keberadaan diri kita secara
utuh baik tubuh, akal pikiran, hati dan perasaan dapat dipakai oleh Tuhan untuk
menopang keterbatasan kita.
No comments:
Post a Comment