Bacaan Firman Tuhan: 1 Korintus 4: 1-5
“Jangan
Menghakimi”
Rasul Paulus memberikan teguran-teguran dan sekaligus memberikan pengajaran tentang persoalan-persoalan yang terjadi di jemaat Korintus, dan salah satunya adalah tentang perpecahan yang terjadi di jemaat Korintus. Setelah paulus pergi dari Korintus, datang pengajar-pengajar lain ke Korintus (Apolos dan Petrus) untuk memberitakan Injil. Namun jemaat di Korintus akhirnya terpecah karena mereka mengagung-angungkan pengajar yang mereka sukai, akhirnya memunculkan adanya golongan Paulus, golongan Apolos dan golongan Petrus. Mereka saling menganggap diri mereka lebih baik dari yang lain karena pemimpin rohani yang mereka agungkan lebih baik dari pemimpin rohani yang lain.
Paulus melihat persoalan ini adalah suatu kesombongan yang
saling membanggakan diri lebih baik dari yang lain. Paulus mengingatkan jemaat
bahwa semua kita mempunyai kasih karunia yang sama di dalam Kristus, adakah
kasih karunia Kristus itu berbeda-beda kepada setiap orang, sehingga dia bisa
mengangkat dirinya lebih dari yang lain? Rasul Paulus memberikan contoh tentang
dirinya sendiri, dia dipanggil Allah menjadi seorang rasul, namun Paulus tidak
pernah mengangkat dirinya merasa lebih tinggi dari yang lainnya, justru yang
diperlihatkannya adalah dirinya sebagai hamba yang sangat rendah, dihina, dimaki,
difirnah, dipikuli, direndahkan, dipenjarakan, namun Paulus tetap sabar
menghadapinya, karena dia tahu siapa dirinya adalah hamba/pelayan Kristus (ay.
6-21). Sehingga perpecahan yang terjadi di jemaat Korintus karena
golongan-golongan dari salah satu pemimpin rohani yang mereka ciptakan sendiri
adalah kesombongan yang tidak layak ada dalam tubuh Kristus, sebab siapapun
pemimpin rohaninya semuanya adalah hamba/pelayan Kristus.
Maka secara khusus dari teks bacaan kita minggu ini, mengajak
kita menggumuli tema “jangan menghakimi”. Kita akan melihat dasar-dasar mengapa
kita tidak selayaknya menghakimi, karena menghakimi adalah salah satu tanda
dari kesombongan.
1. Hamba
Kristus yang dapat dipercaya
Paulus menasehatkan supaya jemaat di korintus tidak
menyebut mereka sebagai pemimpin golongan, tetapi sebagai hamba/pelayan yang
diurapi. Kata “hamba” dalam bahasa Yunani yang dipakai Paulus disini adalah “huperetes” yang berarti bawahan. Kata
ini dipakai untuk orang-orang yang duduk dibangku paling bawah dalam sebuah
kapal yang bertugas untuk mendayung. Sehingga Paulus hendak mengatakan bahwa
dirinya dan pelayan lainnya tidak layak untuk ditinggikan dan dihormati untuk
duduk di atas, justru tempat mereka adalah di bawah dan mengerjakan
pekerjaannya tanpa perlu untuk diketahui dan dilihat orang (penumpang di perahu
itu tahu kalau kapal itu berjalan karena ada orang yang mendayungnya, tetapi
mereka tidak tahu siapa orang yang mendayungkannya).
Demikianlah ketulusan hati yang harus dimiliki oleh
setiap orang percaya, apapun yang kita kerjakan, lakukan tidak perlu memperoleh
sebuah pengakuan maupun menyombongkan diri dengan apa yang telah kita capai.
Tetapi kita melakukan segala sesuatu yang terbaik adalah karena panggilan Tuhan
dalam hidup kita dan kita melakukannya sebagai seorang yang dapat dipercaya.
Kepercayaan yang telah Tuhan berikan kepada kita harus kita tujukkan kepada
Tuhan bahwa kita dapat dipercaya. Artinya kita melakukan segala sesuatu adalah
untuk Tuhan (Kolose 3:23). Apa yang ada pada kita bukan untuk disombongkan
dengan menganggap seakan itu adalah karena kehebatan dan kemampuan kita, tetapi
kita harus katakan bahwa apa yang ada pada kita adalah berasal dari Tuhan yang
dipercayakan kepada kita.
2. Jangan
menghakimi karena Tuhanlah yang berhak menghakimi
Dari sini ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:
-
Paulus menasehatkan supaya kita tidak mendahului
keputusan Tuhan dengan menghakimi orang lain. Dengan menghakimi sesama kita
manusia itu artinya kita telah mendahului keputusan Tuhan sebagai hakim
tertinggi. Itulah sebabnya Paulus katakan dalam nas ini “janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu
sebelum Tuhan datang”. Artinya, sebelum Tuhan datang sebagai hakim untuk
mengadili kita, kita masih diberi kesempatan untuk berubah dari perbuatan kita
yang salah. Sehingga kita tidak bisa memvonis seseorang dengan penghakiman
kita, padahal Tuhan masih memberi kesempatan untuk bertobat. Itulah sebabnya
sering kita menjumpai perkataan demikian, “dulu
dia adalah seorang yang jahat, tetapi sekarang dia tidak seperti dulu lagi,
sekarang dia sangat baik”. Betapa cerobohnya kita menghakimi seseorang,
jika dikemudian hari dia tidak seperti yang kita tuduhkan itu.
-
Paulus tidak takut dan tidak malu sekalipun ada orang
yang menghakiminya dan memfitnahnya, karena penghakiman tertinggi adalah
penghakiman Tuhan. Yang menyatakan kita benar atau salah bukanlah manusia,
tetapi Tuhan. Sehingga kita harus dapat bijak menyikapi penghakiman maupun
fitnahan yang dituduhkan kepada kita, jika memang penghakiman manusia itu
tidaklah benar, jangan justru kita gusar dan tidak tenang dalam hidup, sehingga
kita hanya menyusahkan diri sendiri. Tetapi serahkan semuanya kepada Tuhan Sang
Hakim Agung.
-
Paulus juga tidak mau menghakimi diri sendiri (3b).
Jangankan menghakimi orang lain, menghakimi diri sendiri pun Paulus tidak mau. Ada
banyak orang yang jatuh dalam pergumulan yang berat karena menghakimi diri
sendiri. Memvonis diri sebagai orang bodoh, tidak bisa apa-apa, tidak berbakat,
akhirnya dia hanya meratapi diri sendiri, hidup dengan penyesalan.
-
Yang berhak untuk menghakimi adalah Tuhan dan
penghakimannya adalah adil. Kita bukanlah manusia yang sempurna yang persis
mengetahui tentang seseorang, kita tidak memiliki cukup alat bukti yang
meyakinkan untuk menghakimi seseorang, tetapi bagi Tuhan tidak ada yang
tersembunyi, Dia mengetahui semua apa yang ada di dalam hati setiap orang, dan
melihat setiap perbuatan kita. dihadapan penghakimannya kita tidak bisa
berdalih. Mungkin dihadapan manusia kita bisa menutup-nutupi kesalahan dan dosa
kita, tetapi dihadapan Tuhan semuanya terang benderang.
No comments:
Post a Comment