Laman

Monday, July 25, 2022

Yakobus 3: 13-18 HIKMAT YANG DARI ATAS

 Bacaan Firman Tuhan: Yakobus 3: 13-18 Hikmat yang dari atas

Sedikit berbeda dengan surat-surat kiriman yang lainnya dalam Perjanjian Baru, surat Yakobus lebih kepada pengajaran hikmat. Walaupun di awal surat Yakobus ini menyapa orang Israel yang ada diperantauan, namun penekanan pengajaran dalam surat Yakobus  ini bukan membahas masalah yang khusus dalam suatu jemaat seperti yang sering ditemui di surat-surat Paulus. Sehingga ketika kita membaca kitab Yakobus kita sedang membaca pengajaran hikmat yang dialamatkan kepada semua pengikut Yesus, yaitu tentang bagaimana kita menjalani kehidupan berdasarkan hikmat dari Tuhan. Pengajaran hikmat Yakobus dalam surat ini dipengaruhi oleh dua sumber utama, yaitu pengajaran Tuhan Yesus (khususnya khotbah di bukit – Matius 5-7) dan pengajaran hikmat dari kitab Amsal (khusunya Amsal 1-9).

Secara khusus dalam nas ini, Yakobus memberikan pengajaran tentang pertentangan antara hikmat yang benar dan yang salah, atau lebih tepatnya apakah kita hidup berdasarkan hikmat dari Tuhan dan hikmat dari dunia ini.

Hikmat dari dunia berasal dari nafsu dunia dan dari setan-setan, yaitu iri hati, mementingkan diri sendiri, memegahkan diri sendiri (kesombongan) dan berdusta melawan kebenaran (kemunafikan).

Hikmat dari Tuhan (hikmat yang datang dari atas) adalah kebalikan hikmat dunia, murni, pendamai, peramah, penurut (mau untuk mengalah), berbelas kasihan, menghasilkan buah-buah yang baik (dengan tulus dan ikhlas), tidak memihak (terus terang) dan tidak munafik (jujur).

Dalam Alkitab, kita dapat belajar dari contoh-contoh tentang iri hati yang membawa kepada perbuatan-perbuatan dosa lainnya. Misalnya: Kain yang membunuh Habel karena iri hati sebab Tuhan menerima korban persembahan Habel (Kejadian 4:1-16), Rahel yang iri hati kepada Lea karena Tuhan membuka kandungan Lea, sementara Rahel mandul (Kejadian 29: 31-10:8), Saul yang iri hati kepada Daud, sebab Saul merasa tersaingi dan Daud lebih disanjung oleh rakyat, kemudian juga bagaiamana proses penangkapan dan penyaliban Yesus tidak lepas dari perasaan dengki imam-imam Yahudi (Matius 27:18).   

Hikmat dari dunia yang dimaksudkan oleh Yakobus dalam nas ini adalah sebagaimana juga yang tertulis di Amsal 6: 16-19 yaitu tentang tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi Tuhan. Disini, Yakobus hendak menjelaskan bahwa iri hati, kesombongan dan kemunafikan memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Pada saat kita iri hati (cemburu) maka di sisi lainnya kita sedang menyombongkan diri dan di sisi lainnya kita mau mencari jalan keluar dengan kemunafikan, sebab tidak akan ada orang yang mau mengaku bahwa dirinya iri hati kepada orang lain, justru yang ada adalah menyombongkan diri sendiri dan mengangkat diri sendiri lebih hebat dengan kepura-puraan (munafik). Yakobus menyebutkan bahwa sikap seperti ini akan melahirkan berbagai macam perbuatan jahat (ay. 16).

Iri hati mulai muncul saat melihat dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, misalnya dengan kemampuan yang dimiliki, jabatan yang didapatkan, pakaian, mobil yang dimiliki dan lain sebagainya. Selanjutnya semakin sering melihat orang lain, maka kita semakin merasa kasihan pada diri sendiri. Akhirnya mulailah muncul kesombongan bercampur dengan kebencian bahwa kita merasa layak seperti orang itu bahkan melebihinya, tetapi pada sisi lainnya kita tidak memiliki kemampuan.

            Maka apakah yang harus kita lakukan untuk menjauhkan sikap iri hati? Yaitu hidup yang selalu dipenuhi dengan rasa syukur kepada Tuhan. Apapun yang Tuhan berikan kepada kita adalah pemberian yang terbaik dari Tuhan tanpa perlu membandingkan dengan orang lain. Sebagaimana tertulis dalam Galatia 6: 4-5 supaya bermegah atas keadaannya sendiri tanpa melihat keadaan orang lain, karena setiap orang memiliki tanggungan sendiri untuk dipikulnya. Dari sini kita belajar bahwa setiap orang memiliki alasan-alasan tersendiri untuk bersyukur kepada Tuhan, dan setiap orang juga memiliki tanggungan masing-masing untuk dipergumulkan dan diperjuangkan dalam hidupnya. Sehingga tidak perlu iri hati dengan pencapaian orang lain dan tidak perlu juga memaksakan diri untuk menjadi orang yang lebih dari orang lain, sebab sikap seperti ini adalah hikmat dari nafsu dunia.

            Tuhan menjadikan kita manusia dengan memberikan akal dan pikiran adalah supaya tidak dikuasai keinginan hawa nafsu duniawi. Akal dan pikiran yang Tuhan berikan kepada kita adalah supaya kita dapat mengerti dan menghidupi hikmat Tuhan. Akal dan pikiran yang diberikan kepada kita bukan untuk saling menjatuhkan, membenci, menipu, merendahkan dan mementingkan diri sendiri, tetapi supaya kita sapat saling mengasihi.   

1 comment: