Bacaan Firman Tuhan: Yakobus 3: 13-18 Hikmat yang dari atas
Sedikit berbeda dengan surat-surat kiriman yang lainnya dalam Perjanjian Baru, surat Yakobus lebih kepada pengajaran hikmat. Walaupun di awal surat Yakobus ini menyapa orang Israel yang ada diperantauan, namun penekanan pengajaran dalam surat Yakobus ini bukan membahas masalah yang khusus dalam suatu jemaat seperti yang sering ditemui di surat-surat Paulus. Sehingga ketika kita membaca kitab Yakobus kita sedang membaca pengajaran hikmat yang dialamatkan kepada semua pengikut Yesus, yaitu tentang bagaimana kita menjalani kehidupan berdasarkan hikmat dari Tuhan. Pengajaran hikmat Yakobus dalam surat ini dipengaruhi oleh dua sumber utama, yaitu pengajaran Tuhan Yesus (khususnya khotbah di bukit – Matius 5-7) dan pengajaran hikmat dari kitab Amsal (khusunya Amsal 1-9).
Secara
khusus dalam nas ini, Yakobus memberikan pengajaran tentang pertentangan antara
hikmat yang benar dan yang salah, atau lebih tepatnya apakah kita hidup
berdasarkan hikmat dari Tuhan dan hikmat dari dunia ini.
Hikmat
dari dunia berasal dari nafsu dunia dan dari setan-setan, yaitu
iri hati, mementingkan diri sendiri, memegahkan diri sendiri (kesombongan) dan
berdusta melawan kebenaran (kemunafikan).
Hikmat
dari Tuhan (hikmat yang datang dari atas) adalah kebalikan hikmat
dunia, murni, pendamai, peramah, penurut (mau untuk mengalah), berbelas
kasihan, menghasilkan buah-buah yang baik (dengan tulus dan ikhlas), tidak
memihak (terus terang) dan tidak munafik (jujur).
Dalam
Alkitab, kita dapat belajar dari contoh-contoh tentang iri hati yang membawa
kepada perbuatan-perbuatan dosa lainnya. Misalnya: Kain yang membunuh Habel
karena iri hati sebab Tuhan menerima korban persembahan Habel (Kejadian
4:1-16), Rahel yang iri hati kepada Lea karena Tuhan membuka kandungan Lea,
sementara Rahel mandul (Kejadian 29: 31-10:8), Saul yang iri hati kepada Daud,
sebab Saul merasa tersaingi dan Daud lebih disanjung oleh rakyat, kemudian juga
bagaiamana proses penangkapan dan penyaliban Yesus tidak lepas dari perasaan
dengki imam-imam Yahudi (Matius 27:18).
Hikmat
dari dunia yang dimaksudkan oleh Yakobus dalam nas ini adalah sebagaimana juga
yang tertulis di Amsal 6: 16-19 yaitu tentang tujuh perkara yang menjadi
kekejian bagi Tuhan. Disini, Yakobus hendak menjelaskan bahwa iri hati,
kesombongan dan kemunafikan memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Pada saat
kita iri hati (cemburu) maka di sisi lainnya kita sedang menyombongkan diri dan
di sisi lainnya kita mau mencari jalan keluar dengan kemunafikan, sebab tidak
akan ada orang yang mau mengaku bahwa dirinya iri hati kepada orang lain,
justru yang ada adalah menyombongkan diri sendiri dan mengangkat diri sendiri
lebih hebat dengan kepura-puraan (munafik). Yakobus menyebutkan bahwa sikap
seperti ini akan melahirkan berbagai macam perbuatan jahat (ay. 16).
Iri
hati mulai muncul saat melihat dan membandingkan diri sendiri dengan orang
lain, misalnya dengan kemampuan yang dimiliki, jabatan yang didapatkan,
pakaian, mobil yang dimiliki dan lain sebagainya. Selanjutnya semakin sering
melihat orang lain, maka kita semakin merasa kasihan pada diri sendiri. Akhirnya
mulailah muncul kesombongan bercampur dengan kebencian bahwa kita merasa layak
seperti orang itu bahkan melebihinya, tetapi pada sisi lainnya kita tidak
memiliki kemampuan.
Maka apakah yang harus kita
lakukan untuk menjauhkan sikap iri hati? Yaitu hidup yang selalu dipenuhi
dengan rasa syukur kepada Tuhan. Apapun yang Tuhan berikan kepada kita adalah
pemberian yang terbaik dari Tuhan tanpa perlu membandingkan dengan orang lain. Sebagaimana
tertulis dalam Galatia 6: 4-5 supaya
bermegah atas keadaannya sendiri tanpa melihat keadaan orang lain, karena
setiap orang memiliki tanggungan sendiri untuk dipikulnya. Dari sini kita
belajar bahwa setiap orang memiliki alasan-alasan tersendiri untuk bersyukur
kepada Tuhan, dan setiap orang juga memiliki tanggungan masing-masing untuk dipergumulkan
dan diperjuangkan dalam hidupnya. Sehingga tidak perlu iri hati dengan
pencapaian orang lain dan tidak perlu juga memaksakan diri untuk menjadi orang
yang lebih dari orang lain, sebab sikap seperti ini adalah hikmat dari nafsu
dunia.
Tuhan menjadikan kita manusia dengan memberikan akal dan pikiran adalah supaya tidak dikuasai keinginan hawa nafsu duniawi. Akal dan pikiran yang Tuhan berikan kepada kita adalah supaya kita dapat mengerti dan menghidupi hikmat Tuhan. Akal dan pikiran yang diberikan kepada kita bukan untuk saling menjatuhkan, membenci, menipu, merendahkan dan mementingkan diri sendiri, tetapi supaya kita sapat saling mengasihi.
Amin
ReplyDelete