Laman

Wednesday, July 8, 2020

Lukas 6: 39-42 Yesus Sang Guru Hikmat

Bacaan Firman Tuhan: Lukas 6: 39-42

Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Mari kita belajar bagaimana memperoleh hikmat Tuhan melalui perumpamaan Tuhan Yesus sebagaimana yang tertulis di Lukas 6: 39-42:

      1.     "Dapatkah orang buta menuntun orang buta?

Dosa telah membuat kita semua buta, karena kebutaan itu semua kita akan terperosok ke dalam lubang maupun jurang kematian. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?”. Tidak ada dari antara kita yang dapat menuntun orang lain, sebab diri kita sendiri pun tidak bisa kita tuntun apalagi orang lain.

Ini adalah perumpamaan Tuhan Yesus, bahwa sebenarnya tidak ada jalan bagi kita manusia dapat selamat dan menemukan jalan yang benar, tidak ada yang dapat memberikan kepada kita tuntunan yang benar menuju kepada keselamatan selain dari Tuhan Yesus yang datang dari sorga. Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan “Akulah jalan kebenaran dan hidup”.

Yesus adalah hikmat sorgawi yang telah dinyatakan kepada kita, kunci kebahagiaan hidup yang sejati hanyalah ada pada Yesus, hanya Yesus yang dapat menuntun kita kepada sukacita, kebahagiaan dan hidup yang sejati, di luar Tuhan Yesus adalah kebinasaan.

Orang yang memberi diri menerima hikmat Tuhan akan mengulurkan tangannya dan hatinya pada tuntunan Tuhan, bukan hawa nafsu dan kenikmatan dunia yang sifatnya adalah semu. Yang membuat hidup kita tenang dan damai adalah Tuhan Yesus.

  2.     Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya

Walaupun Yesus adalah Anak Allah, namun hal itu bukanlah alasan bahwa Yesus membedakan diriNya dengan orang-orang di zamanNya. Namun kita dapat pelajari, bahwa sejak dari masa kanak-kanak pun Yesus sama seperti anak-anak lainnya yang hidup dalam pengajaran orangtuaNya. Sama seperti anak laki-laki Yahudi lainnya, Yesus pun belajar dimulai dari orangtuaNya yang menuntunNya pada adat dan tadisi agama Yahudi. Bahkan sampai mati, Dia belajar menjadi taat. Kita belajar banyak tentang ketaatan dari Tuhan Yesus di semua perjalanan kehidupanNya, mulai dari masa kecil sampai mati di kayu salib.

Ketika kita menerima Yesus menjadi hikmat yang menuntun kita pada jalan kebenaran dan hidup, tentunya kita juga akan mengikuti teladanNya, sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan di Yohanes 13: 15 “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”

Jika kita memang benar-benar murid yang setia yang mau di ajar oleh Tuhan Yesus, maka jangan berharap lebih dari yang diterima oleh Tuhan Yesus sebagai “Sang Guru”. Jangan berharap untuk mendapatkan upah ketaatan kita dengan mendapatkan kenikmatan duniawi, tetapi jadilah sama seperti “Sang Guru”, yang kemuliaanNya terpancar dari ketaatanNya bahkan taat sampai mati. Rasul Paulus menuliskan di 1 Korintus 1: 18 Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.

Ketika kita mau untuk hidup dalam hikmat Tuhan, maka kita akan semakin taat meneladani Tuhan Yesus, melakukan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, meneladani ketaatan kepada BapaNya, kerendahan hatiNya, belas kasihanNya, kasihNya. Seperti itulah orang-orang yang dituntun oleh hikmat Tuhan, ukuran upah ketaatan kita kepada Tuhan tidak akan dapat diukur dan di nilai oleh hikmat dunia. Jangan berbicara tentang upah untuk taat kepada Tuhan, sebab hanya meniru teladan Tuhan Yesus saja, kita sudah mendapatkan lebih dari apa yang dapat dipikirkan dan diharapkan oleh dunia ini.

  3. Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat?

Ini juga adalah kelanjutan dari perumpamaan yang tadi, bahwa seorang murid tidak lebih dari pada gurunya. “Sang Guru” pemberi hikmat itu adalah Tuhan satu-satunya, dan kita adalah murid-muridNya. Maka jangan menjadi “guru” bagi orang lain, tetapi tetaplah menjadi murid yang setia dan taat mau untuk diajar.

Kita semua sama-sama memiliki selumbar dan balok di dalam mata kita yang membuat kita buta, bagaimana mungkin orang buta menuntun orang buta, jika kita memaksakan diri untuk mengeluarkan selumbar di mata orang lain, itu namanya orang munafik. Sebab hanya Tuhan yang dapat mengeluarkan selumbar yang ada di mata orang lain dan balok yang ada di mata kita.

Orang yang menghidupi hikmat Tuhan itu akan selalu merindukan tuntunan Tuhan supaya hidupnya selalu diperbaharui oleh Tuhan, seperti rusa yang merindukan sungai seperti domba yang merindukan padang rumput yang segar. Dia akan menjauhkan diri dari kemunafikan, merasa diri lebih baik, lebih hebat dari orang lain. “Bagaimana kita dapat menjadi pintar jika kita sok pintar”; bagaimana kita menjadi orang yang berpengetahuan jika kita sok tahu segalanya”. Biarlah hidup kita selalu seperti bejana yang siap dibentuk, serahkanlah hidup kita kepada Tuhan “Sang Guru Hikmat”.  


Kita menerima hikmat Tuhan dengan:

Memiliki hati yang mau di tuntun

Meniru ketaatan Tuhan Yesus

Memberikan diri untuk siap di bentuk


No comments:

Post a Comment