Laman

Tuesday, April 14, 2020

Mazmur 42: 1-6 Mengapa engkau tertekan hai jiwaku?


Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 42: 1-6
Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?" Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan. Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!


Di tengah keadaan dunia yang sedang menghadapi pandemik virus covid-19 beberapa minggu telah kita lalui bahkan perayaan besar Jumat Agung dan Paskah harus kita laksanakan di rumah kita masing-masing. Tentu hal ini membuat kita bertanya “sampai kapan ibadah minggu seperti ini kita lakukan di rumah?”, kapankah kita kembali seperti semula beribadah, berkumpul bersama dengan saudara-saudara kita seiman di Gereja. 

Jika kita mau merenungkan keadaan ini dengan iman, maka banyak hal yang hendak diajarkan situasi ini kepada kita, tentang pentingnya kebersihan, kesehatan, kebersamaan dalam keluarga, menggugah kita untuk semakin mau berbagi dan lain sebagainya. Namun satu hal yang juga diajarkan kepada kita sesuai dengan nas firman Tuhan bagi kita saat ini adalah tentang kerinduan kita kepada Tuhan.

Apa yang dialami pemazmur dalam nas ini kurang lebihnya memiliki sedikit kemiripan dengan apa yang sedang kita rasakan juga di keadaan dunia saat ini. Pemazmur berkata Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?”. Karena situasi yang sulit yang membuat pemazmur harus jauh dari Bait Allah sehingga dia harus melewatkan hari raya besar yang seharusnya di rayakan dengan meriah bersama-sama jemaah yang besar di bait Allah. 

Karena hal itu tidak bisa terjadi, pemazmur kehausan untuk dapat bersorak-sorai dengan nyanyian syukur di rumah Allah. Dalam situasi seperti itu, ejekan dan olok-olokan dari orang-orang kafir pun menerpa mereka “di mana Allahmu?” orang kafir memiliki pandangan bahwa mereka bersama denggan allah mereka sebab mereka tetap berada dekat dengan berhala mereka, namun umat Israel harus jauh tidak bisa tinggal dekat dengan bait Allah sebagai tanda kehadiran Allah, mereka terbuang jauh dari bait Allah.

Situasi ini telah mengajar mereka untuk semakin mengenl Tuhan di masa-masa yang sulit. Walaupun situasi yang sulit itu membuat pemazmur mengalami kesedihan yang mendalam, namun situasi itu telah mengajarnya untuk semakin mengenal Tuhan jauh lebih dalam lagi. Situasi, keadaan yang sulit yang kita hadapi dalam kehidupan ini tentu bisa membuat kita terpukul, menyakitkan dan memilukan, namun jika kita menerima setiap keadaan dengan iman, maka situasi yang sulit akan mengajar kita untuk semakin mengenal Tuhan jauh lebih baik dan dalam lagi. Melalui nas kita akan melihat mengajaran seperti apa yang dapat kita terima melalui situasi yang sulit yang sedang kita hadapi:

1.      Kita memiliki Allah yang hidup
Orang kafir bisa kehilangan allahnya ketika berhalanya dihancurkan, atau mungkin menggantikan berhala yang lain menjadi allahnya yang baru. Namun kita memiliki Allah yang hidup, Allah yang tidak bisa dibatasi oleh situasi, tempat, jarak bahkan kematian sekalipun tidak dapat memisahkan kita dari Allah kita yang hidup.

Hal ini juga yang dapat kita syukuri dari kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian. Maut pun tidak bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan yang menyelamatkan kita. jika kondisi saat ini, mengharuskan kita beribadah di rumah tentu bukan artinya kita terpisah dari Tuhan karena tidak bisa beribadah di Gereja. Persekutuan kita dengan Tuhan tidak bisa dibatasi oleh situasi maupun tempat, dimanapun kita berada tidak akan menjadi penghalang bagi kita untuk berdoa dan memuliakan nama Tuhan, sebab kita memiliki Allah yang hidup.

Sekalipun kita berada pada situasi yang sulit, air mata menjadi makanan kita siang dan malam karena pahitnya penderitaan, tetapi lihatlah kita mempunyai Allah yang hidup, Allah yang melihat penderitaan kita, Allah yang mendengar doa kita. Kita mau belajar dari mazmur Daud “Tuhan adalah gembalaku.....Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Engkau beserta aku, tongkatMu dan gadaMu itulah yang menghibur aku, Engkau menyediakan hidangan bagiku di hadapan lawanku, Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah”

2.      Kerinduan bersekutu dengan Tuhan
Bagi orang yang mau membuka diri dituntun oleh Roh Kudus, situasi yang sulit akan selalu mengajarkan betapa berharganya persekutuan dengan Tuhan. Mungkin selama ini kita sudah terbiasa akan berkat Tuhan yang selalu mengalir dan melimpah dalam hidup kita sehingga kita sudah mulai melupakan bahwa itu semua adalah berkat Tuhan, kita mulai membanggakan diri, merasa itu semua adalah karena kemampuan dan kerja keras kita. Mungkin selama ini ini, kita datang ke gereja sudah menjadi rutinitas, formalitas, kebiasaan yang tidak memiliki dampak bagi pertumbuhan iman kita. 

Bagaiamana jika saluran berkat itu sedikit dikecilkan oleh Tuhan? bagaimana jika untuk sementara waktu kita tidak bisa datang kebaktian di gereja? “apa reaksi kita?”. Ketika pemazmur berada pada situasi yang sulit sehingga tidak bisa datang ke rumah Allah, dia disadarkan betapa berharganya persekutuan dengan Tuhan di baitNya yang kudus.

Saya juga melihat sisi positif apa yang terjadi dan yang kita alami di keadaan dunia saat ini, ketika mewabahnya virus covid-19 yang mengharuskan kita beribadah di rumah. Pertanyaannya, “apakah dalam diri kita sudah lahir kerinduan untuk bersekutu bersama-sama dengan saudara kita seiman di Gereja?”. Jika selama ini kita kurang memperdulikan dan tidak sungguh-sungguh untuk mau datang beribadah ke Gereja “apakah kita telah memiliki kesadaran mau bersungguh-sungguh untuk mau datang beribadah ke gereja?” Apakah kita telah membuka diri mau diajar oleh Roh Kudus memahami situasi, perumulan, penderitaan yang kita alami saat ini?

Berhentilah sejenak, jangan paksakan berjalan, lihatlah kemana arah langkahmu?
Jika engkau minum dan tetap saja kehausan, lihatlah dulu apa yang engkau minum, apakah yang kita minum itu memang berasal dari sumber air kehidupan?

3.      Orang yang beriman bergantung pada pemeliharaan Tuhan
Pemazmur ditengah kesulitannya yang begitu dalam mulanya begitu tertekan dan gelisah, sebagaimana yang kita rasakan ketika menghadapi persoalan hidup. Bisa muncul ketakutan, kekawatiran, harap-harap cemas, gelisah, cemas. Namun pemazmur dapat mengatasi kegelisahan dalam dirinya ketika pemazmur membuka diri untuk berharap pertolongan Tuhan “Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”

Seperti bayi yang baru lahir yang selalu ingin akan air susu yang murni (1 Petrus 2: 2), demikianlah hidup kita yang akan selalu membutuhkan pemeliharaan Tuhan. Jiwa yang haus hanya dapat dipuaskan oleh Tuhan, damai sejahtera adalah kasih karunia dari Tuhan sebagaimana Tuhan Yesus berfirman “barangsiapa haus baiklah ia datang kepadaku dan minum” (Yohanes 7: 37). 

Pergumulan dan penderitaan itu bisa datang silih berganti dalam kehidupan ini, namun damai sejahtera dari Tuhan kita Yesus itulah yang akan senantiasa memelihara kehidupan kita, memberikan kita ketenangan, kedamaian, dan mengimani bahwa Tuhan sedang bekerja mendatangkan kebaikan dalam diri kita. di situasi yang sulit yang kita hadapi mari kita berkata “mengapa engkau tertekan hai jiwaku, berharaplah kepada Tuhan”

Salam dari Kota Makassar,
Pdt. Porisman D.M. Lubis, S.Th
Silahkan juga menonton video renungan ini di Channel YouTube Sukacitamu id


No comments:

Post a Comment