Laman

Thursday, April 13, 2017

Markus 15: 22-41 | Kasih Yang Menyelamatkan



Bacaan Firman Tuhan: Markus 15: 22-41
Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing. Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan. Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: "Raja orang Yahudi". Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya.

Jika kita mengikuti perjalanan salib, mungkin akan ada banyak pertanyaan yang muncul dalam benak kita. Dia mati dengan hinaan dan olok-olok dan juga mati dengan siksaan yang kejam. Mengapa Yesus membiarkan semuanya itu terjadi dalam diriNya?

Namun demikian Firman Tuhan ingin menyapa kita, bahwa pertanyaan itu sejak lama sebelum Yesus disalibkan sudah dijawab. Bahwa kasih setia Tuhan adalah kekal dari mulanya. Penderitaan Yesus yang kita saksikan itu adalah pernyataan perasaan yang dialamiNya ketika manusia yang dikasihiNya jatuh kedalam berbagai penderitaan karena dosa. Maka dapatlah kita lihat melalui penderitaan Yesus adalah bentuk solidaritas Yesus atas penderitaan kita, bahwa kasihNya mengatasi segala sesuatunya.

Bisa juga akan muncul pertanyaan berikutnya, “Mengapa harus kematian jalan yang dilakukan Yesus menyelamatkan manusia, apakah tidak ada jalan lain?” Inilah yang hendak kita lihat, bahwa Firman Tuhan itu kekal dari mulanya bahwa setiap orang yang berdosa akan mati (Kej. 2:17). Karena kasihNya yang begitu besar, maka Ia memberikan diriNya menjadi tebusan banyak dosa. Karena manusia tidak lagi dapat lepas dari dosanya jika hanya mengandalkan kekuatannya.
Maka jika kita mengikuti perjalanan penderitaan Yesus dengan seksama, maka aka nada banyak adegan-adengan yang mengarahkan kita untuk memberikan penilaian tentang penyebab Yesus mati tersalib. Mungkin ada yang mengatakan itu karena Pontius Pilatus, itu karena para Imam Yahudi, itu karena Yudas Iskariot dan lain sebagainya. Namun apa yang dialami Yesus dalam penderitaanNya bukanlah karena itu semua, sebab kita dapat mengacu sebagaimana apa yang dikatakan oleh Yesus kepada Pilatus “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas” (Yoh. 19:11).

Walaupun Yesus memberikan diriNya disiksa dan mati tersalib, bukan artinya bahwa Dia tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi Allah mengijinkan semuanya itu terjadi supaya genaplah segala rencana Tuhan atas dunia ini. Maka terjawablah segala pertanyaan olok-olok yang disampaikan kepada Yesus “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!”. Namun itulah yang sebenarnya terjadi, bahwa Yesus tidak dapat melepaskan diriNya dari kasihNya yang besar kepada manusia sehingga Dia harus menanggung segala dosa manusia.


Ketika Yesus bersuara dari salibNya yang mengatakan “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Kita dapat melihat, bahwa yang disuarakan Yesus itu tidak lagi memakai kata “Bapa” tetapi “Allah”. Sebab apa yang terjadi padaNya saat itu bukan lagi perbuatan seorang bapa kepada anaknya, tetapi perbuatan Allah yang berkuasa yang menghukum seorang yang berdosa. Allah yang telah memalingkan mukaNya terhadap seorang pendosa. Suara Yesus di kayu salib itu adalah rintihan dosa manusia yang dibawa oleh Yesus di kayu salib. Sakit dan derita karena dosa itu telah dipikul Yesus.

Saat kematian Yesus itu tiba, sesuatu yang dahsyat telah terjadi. Momen titik pembaharuan kehidupan manusia sedang terjadi, yaitu tabir bait suci terbelah dua. Tabir itu adalah pemisah tempat yang kudus ke tempat yang paling kudus dalam bait suci. Siapapun tidak ada yang dapat masuk kedalamnya kecuali Imam, itupun hanya sekali dalam setahun untuk membawa korban pengampunan dosa. Tabir itu adalah seperti yang dikatakan Yesaya “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu” (Yes. 59:2). Namun saat ketika Yesus mati, tabir itu terbelah dua, itulah tabir dosa yang memisahkan manusia dengan Allah. Maka terbukalah jalan untuk memasuki kekudusan Tuhan, tidak lagi ada dosa yang menjadi pemisah manusia dengan Allah. Seperti yang Yesus katakana di kayu salib “Sudah selesai” (Yoh. 19:30). Maka berakhirlah kuasa dosa yang memisahkan kita dengan Allah.

Setelah Yesus mati, kita juga melihat muzijat lain terjadi, bahwa kepala pasukan yang melihat kematian Yesus berkata “Sungguh orang ini adalah Anak Allah”. Ini adalah suatu pengakuan banyak orang yang kemudian percaya kepada Yesus. Dan ini juga menjadi pengakuan kita akan apa yang kita saksikan tentang kematian Yesus. Bahwa dengan memperingati dan merenungkan kematian Yesus, iman kita akan semakin bertumbuh untuk lebih giat dan semangat karena kita menyaksikan perbuatan Allah yang luar biasa atas kehidupan kita.

Apa yang kita saksikan tentang penderitaan dan kematian Yesus, Dia tidak melawan, tidak berkuasa dan melawan atas apa yang diperbuat terhadap diriNya. Namun inilah yang hendak kita lihat, sesungguhnya kelemahan kitalah yang hendak diperlihatkan oleh Tuhan, bahwa tidak ada kekuatan kita melawan dosa. Kita diarahkan untuk melihat betapa hinanya, bodohnya, menderitanya kita karena dosa itu. Namun di sisi lainnya kita dapat melihat seperti itulah besarnya kasih Tuhan atas diri kita, yang mau menanggung semua penderitaan itu, bahwa hanya Yesus yang dapat menyelamatkan kita.  

No comments:

Post a Comment