Laman

Thursday, November 17, 2016

Kolose 1: 11-20 | Tekun, Sabar, Bersyukur, Bersukacita



Bacaan Firman Tuhan: Kolose 1: 11-20
“Dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang.”

Melalui doa Paulus ingin mengajak kita saat ini menyadari bahwa kita memiliki Allah yang begitu mengasihi kita yaitu Yesus Kristus. Dengan kasihNya itu “Melayakkan kita untuk mendapat bagian dalam kerajaanNya sebagai orang-orang kudus”. Dia “melayakkan – melepaskan – memindahkan – menebus – mengampuni”, bahwa Allah di dalam Yesus Kristus berbuat untuk keselamatan kita. Itulah Allah yang kita imani dan yang kita kenal.

Maka dari itu, dengan pengenalan seperti itu kita diarahkan untuk dapat memahami apapun kondisi kehidupan yang sedang kita hadapi dan apapun yang akan terjadi, kita pasti akan menanggungnya dengan “Tekun, Sabar, bersyukur dan bersukacita” (ay.11-12). Bahwa sukacita seorang Kristen itu adalah sukacita di dalam setiap keadaan. Iman akan semakin kuat dan bertumbuh ketika kita mengandalkan iman atas setiap situasi hidup yang kita lalui.

“Tekun, Sabar, bersyukur dan bersukacita” harus nyata bagi kita dalam menjalani kehidupan ini. Sebab tidak ada alasan untuk tidak berbuat seperti itu karena iman kita kepada Allah yang memberi jaminan atas keselamatan kita. Maka apapun kondisi dan situasi yang kita hadapi ke-empat hal di atas akan tetap bergelora dalam kehidupan kita. Sebagaimana Mazmur 46: 3 mengatakan “Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut”.

Dalam nas kita ini, Paulus menerangkan bagi kita untuk mengenal Allah yang kita imani melalui Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang menciptakan kita dan yang menjadikan segala sesuatunya. Kita (manusia) yang diciptakan oleh Allah adalah menurut gambar dan rupaNya (Kej. 1:26), dan kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan manusia melalui Yesus Kristus memperlihatkan bagaimana Allah itu menyatakan diriNya dalam rupa manusia. Supaya melalui Yesus manusia dapat melihat bagaimana kuasa atas kehidupan ini ada dalam Yesus Kristus Tuhan kita, bahwa seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Melalui Yesus Kristus kita dapat melihat dan mengimani kuasa atas kehidupan ada padaNya, bahwa Dia adalah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati.

Maka disini Paulus mendefenisikan hubungan kita dengan Allah adalah hubungan yang organik, yaitu Kristus adalah kepala dan kita tubuhNya. Menandakan hubungan yang begitu erat yang ‘tak terpisahkan. Sebagaimana Paulus menuliskannya di Roma 8: 35 “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Tuhan, sekalipun itu maut sebab dengan kesatuan kita dengan Kristus, sebagaimana Kristus bangkit dari antara orang mati demikian juga kita akan dibangkitkanNya dari kematian.

Sehingga nas ini mengarahkan kita bahwa selama kita masih hidup dalam dunia ini, tetaplah untuk: 
“Tekun” di atas dasar iman yang telah terbangun dalam diri kita, walau apapun yang akan terjadi ‘tak akan memisahkan kita dari Tuhan. “Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi Tuhan Allahmu” (Yosua 23:11).
“Sabar” menahan diri tidak gegabah, tetap menguasai diri dalam terang Firman Tuhan, sebab akan tiba waktunya kita menerima buah dari kesabaran kita. “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota” (Amsal 16: 32)
“Bersyukur” atas apapun yang ada dalam hidup kita, sebab bersyukur akan membuat kita mampu melewati hal yang sukar, bersyukur akan membuat kita senantiasa memandang Allah dan menjauh dari ketakutan, sebagaimana Paulus mengatakan: “Mengucap syukurlah dalam segala hal” ( 1 Tes. 5: 18).
“Bersukacita” adalah sikap kita merespon atas apapun yang terjadi, sebab sukacita tidak datang dari perasaan atau pikiran kita tetapi sukacita adalah sinar dari iman yang menyinari hidup kita. “Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan: bersukacitalah” (Filipi 4:4)

 Demikianlah kita mempertahankan dan menjaga pemberiaan Allah yang berharga yaitu keselamatan dari kuasa dosa, sehingga pada saatnya kita dilayakkan dalam kerajaanNya.

No comments:

Post a Comment