Bacaan
Firman Tuhan: Lukas 18: 9-14
Aku
berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan
Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Orang-orang yang selalu
memikirkan perkara-perkara duniawi akan selalu ada saja tingkahnya yang aneh. Salah
satunya adalah mencari kehormatan, tetapi ternyata apa yang diperbuatnya justru
merendahkan dirinya dihadapan Tuhan dan juga sesamanya manusia. Dia menganggap
sudah terhormat jika dia menonjolkan kemampuan, kepintaran, kekayaan. Tetapi justru
sebaliknya dengan penonjolan diri Tuhan sangat membenci hal yang seperti itu
dan juga sesamanya juga tidak akan suka melihat tingkah seperti itu. Sebenarnya
semua manusia menginginkan kehormatan, sebab tidak ada orang yang mau untuk
direndahkan. Namun, ada saja orang yang sesat pikirannya tentang hal kehormatan
dan juga cara untuk menggapai kehormatan. Maka nas ini ingin mengarahkan kita
untuk memahami bagaimana kehormatan yang sesungguhnya sebagaimana yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus. Bahwa ternyata
ada juga orang yang tidak saja hanya meninggikan diri pada sesamanya manusia,
tetapi kepada Tuhan juga.
Maka, mari kita mulai dengan
pertanyaan: “Apakah kehormatan itu?”
biasanya orang akan mengatakan bahwa memiliki banyak anak, banyak harta,
perkataannya didengarkan, memiliki pangkat yang tinggi sudah dapat dibilang
orang terhormat. Namun apakah itu kehormatan? “Ya, benar!” itu adalah kehormatan. Tetapi itu bukanlah inti dari
kehormatan. Bisa diibaratkan seperti padi. Tidak semua padi itu baik, yang
dikatakan baik adalah ketika padi itu berisi beras. Padi yang berisi atau tidak
secara kasat mata tidak dapat kita bedakan, namun yang pasti bahwa orang akan
selalu melihat isi dari padi itu, bukan kulitnya. Apa yang ada di dalam itulah
yang berharga bukan kulitnya.
Sama seperti itu juga dengan
kehormatan. Jika dari luar kita akan sebut itu sebagai padi, namun jika sudah
dipegang dan digiling akan kelihatan mana yang lebih banyak beras atau kulinya.
Seperti itulah kehormatan di dunia ini, tidak akan ada nilainya jika isinya
kosong. Tetapi kehormatan yang berasal dari Tuhan akan bertahan selamanya. Maka
pertanyaannya adalah: “Bagaimanakah
seseorang itu dikatakan terhormat?” pastinya, perbuatannya harus menjadi
kesukaan Tuhan, entah apapun yang dia punya dalam dunia ini, tetap dia berbuat
yang terbaik dan takut akan Tuhan. Itulah orang yang benar-benar terhormat,
sebab tidak ada siapapun yang memiliki kehormatan itu selain Tuhan sendiri,
harus Tuhan yang memberikannya. Sebab itu mari kita lihat bagaimana jalan
menuju kehormatan:
1.
Bukan melalui
sikap tinggi hati seperti orang farisi
Tuhan Yesus membuat sebuah
perumpamaan tentang orang farisi dengan pemungut cukai, supaya melalui perilaku
kedua orang itu kita akan mengenal jalan menuju kehormatan yang sesungguhnya. Dalam
permulaan perumpamaan itu Tuhan Yesus mengatakan: “Ada dua orang pergi ke Bait
Allah untuk berdoa”. Arti dari perkataan itu, bahwa sebenarnya kedua
orang itu ingin mendapatkan kehormatan, sebab mereka sama-sama ingin mencari
jalan untuk dekat dengan Tuhan, itulah sebabnya mereka datang untuk berdoa ke
bait Allah dan sama-sama mereka ingin supaya Tuhan menerima doa mereka. Tetapi cara
dan isi doa mereka berbeda. Orang farisi itu berdoa: Ya Allah, aku mengucap syukur
kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok,
bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku
berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala
penghasilanku.
Jika pada permulaan doanya dia
memuji Tuhan, tetapi selanjutnya dia memuji diri sendiri. Seandainya dia memuji
Tuhan tidak akan mungkin dirinya meninggikan diri dan merasa benar dari orang
lain dan juga apa yang telah diperbuatnya untuk melakukan perintah Tuhan tanpa
dia sebut sebenarnya Tuhan sudah tahu.
2.
Tetapi,
melalui kerendahan hati seperti pemungut cukai.
Berbeda dengan orang farisi,
pemungut cukai ini justru berdiri jauh berdoa dan tidak berani menengadah ke
langit. Dan dalam doanya sambil memukul diri dia berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku orang
berdosa ini”. Kita dapat melihat bagaimana dia sangat perhatian atas
dosanya kepada Tuhan sehingga membawanya kepada Tuhan supaya dirinya diampuni.
Hal seperti inilah yang
diinginkan oleh Tuhan, yaitu pengenalan akan dosa. Sebab tidak seorangpun yang
layak dihadapan Tuhan tanpa mengenal dosanya dan yang mau mengaku dihadapan
Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan tentang perumpamaanNya itu “Orang
ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu
tidak”. Orang farisi itu datang kehadapan Tuhan tetapi dengan
pembenaran diri, tetapi pemungut cukai itu datang kehadapan Tuhan dengan
pembenaran oleh Tuhan.
Maka dari itu jelaslah siapa
yang mendapatkan kehormatan yang tertinggi dari Tuhan, seperti yang dikatakan
oleh Tuhan Yesus “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan
barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Kehormatan yang
tertinggi adalah merendahkan diri di hadapan Tuhan dan sesama.
Sumber: Khotbah
Pdt. Dr.Justin Sihombing (Diterjemahkan dari buku “Ibana do Pardameanta I”)
No comments:
Post a Comment