[I]
DASA TITAH
dalam bentuk yang sederhana, yang
digunakan
kepala rumah tangga untuk mengajar keluarganya[1]
kepala rumah tangga untuk mengajar keluarganya[1]
Titah Pertama
[1] Jangan ada padamu allah yang
lain.[2]
[2] Apa artinya itu?[3]
Jawab: Kita harus takut,[4]
kasih dan percaya pada Allah, di atas segalaya.
Titah Kedua
[3] Jangan menyebut nama tuhan, Allahmu, dengan sia-sia.[5]
[4] Apa artinya itu?
Jawab: Kita harus takut dan kasih
kepada Allah, sehingga[6]
kita tidak menggunakan nama-Nya untuk mengutuk, bersumpah,[7]
menjalankan ilmu gaib, berbohong, atau menipu, tetapi dalam setiap waktu perlu
menyebut nama-Nya, berdoa pada-Nya, memuji-Nya dan mengucap syukur pada-Nya.
Titah Ketiga
[5] Ingatlah dan kuduskanlah hari
Sabat.[8]
[6] Apa artinya itu?
Jawab: Kita harus takut dan kasih
kepada Allah, sehingga kita tidak memandang rendah khotbah dan firman-Nya,
tetapi menguduskannya dan senang mendengar dan mempelajarinya.
Titah
Keempat
[7] Hormatilah ayah dan ibumu.[9]
[8] Apa artinya itu?
Jawab: Kita harus takut dan kasih
kepada Allah, sehingga kita tidak merendahkan orangtua kita dan merasa lebih
tinggi dibanding mereka, ataupun menimbulkan kemarahan mereka, tetapi
menghormati, melayani, menuruti, mengasihi, dan menghargai mereka.
Titah Kelima
[9] Jangan membunuh.
[10] Apa artinya itu?
Jawab: Kita harus takut dan kasih
kepada Allah, sehingga kita tidak membahayakan hidup sesama kita, dan merugikan
mereka, tetapi menolong dan bersahabat dengan mereka dalam setiap kebutuhan
hidup mereka.
Titah Keenam
[11] Jangan berzinah.
[12] Apa artinya itu?
Jawab: Kita harus takut dan kasih
kepada Allah, sebab itu kita harus berhati suci dan murni dalam kata dan
perbuatan, setiap orang harus menghormati istri atau suaminya.
Titah Ketujuh
[13] Jangan mencuri.
[14] Apa artinya itu?
Jawab: Kita harus takut dan kasih
kepada Allah, sebab itu kita tidak boleh mengambil uang atau harta sesama kita,
atau menjadikannya milik kita dengan cara yang tidak jujur dan tipu daya,
tetapi harus membantu mereka memajukan dan
melindungi usaha dan harta mereka.
Titah
Kedelapan
[15] Jangan mengucapkan saksi dusta
terhadap sesamamu.
[16] Apa artinya itu?
Jawab: Kita harus takut dan kasih
kepada Allah, sebab itu jangan kita mengucapkan dusta tentang sesama kita, dan
mengkhianati, memfitnah, atau mengumpatnya, tetapi kita harus membela mereka,
berbicara baik tentang mereka dan menyatakan hal-hal yang baik atas segala
sesuatu yang diperbuatnya.
Titah
Kesembilan
[17] Jangan engkau mengingini rumah sesamamu.
[18] Apa artinya itu?
Jawab: Kita harus takut serta kasih
kepada Allah, sebab itu jangan berupaya dengan tipu daya untuk memperoleh milik
sesama kita atau harta warisan serta rumahnya, dan untuk mendapatkan hal-hal
itu di bawah dalih hak yang sah, tetapi kita harus melayani dan menolong mereka sehingga mereka dapat memelihara apa yang
menjadi milik mereka.
Titah
Kesepuluh
[19] Jangan menginginkan isteri
sesamamu, atau pembantunya laki-laki, atau pembantunya perempuan,
atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.
[20] Apa artinya itu?
Jawab: Kita harus takut dan kasih
kepada Allah, sebab itu jangan membawa lari, menjauhkan, atau memikat hati
istri, pembantu-pembantu, ataupun ternak sesama kita,
melainkan menasihati mereka supaya tetap
tinggal dan patuh pada tugas dari majikannya.
[Kesimpulan]
[21] Apa yang dinyatakan Allah
tentang semua perintah-Nya ini?
Jawab: Dia berkata, ”Aku, Tuhan dan
Allahmu adalah Allah pencemburu, yang membalaskan dosa bapak kepada anaknya
hingga keturunan yang ketiga dan keempat dari mereka yang membenci Aku, tetapi
aku mengasihi beribu-ribu orang yang mencintai Aku dan yang melaksanakan
perintah-perintah-Ku.”
[22] Apa artinya itu?
Jawab: Allah mengancam akan
menghukum segala orang yang melanggar perintah-perintah ini. Oleh karena itu,
kita harus takut akan murka-Nya dan tidak melanggar perintah-perintah ini.
Sebaliknya, Ia menjanjikan anugerah dan segala berkat bagi semua orang yang
memeliharanya. Sebab itu kita harus kasih dan percaya akan Dia, dan dengan
ikhlas gembira melaksanakan perintah-perintah-Nya.
[1] Judul Latin: Katekismus Kecil untuk Digunakan oleh Anak-anak di Sekolah.
Bagaimana, dalam bentuk yang paling sederhana, kepala-kepala sekolah
mengajarkan Dasatitah kepada murid-murid mereka.
[2] Edisi Nuremberg tahun 1531 dan 1558
berbunyi: ”Akulah Tuhan Allahmu, seru Tuhan kita. Tidak boleh ada Allah lain,
kecuali Aku.” Dalam beberapa edisi sejak abad ke-16 ”Akulah Tuhan Allahmu”
dicetak terpisah sebagai pendahuluan kepada seluruh Dasatitah. Dasatitah
diambil dari Keluaran 20:2-17 dan Ulangan 5:6-21.
Dalam Katekismus Kecil milik
gereja-gereja Lutheran di Sumatera Utara, Titah Pertama ini berbunyi: ”Akulah
Tuhan Allahmu, seru Tuhan kita. Tidak boleh ada Allah lain, kecuali Aku” (Bnd. Katekismus Kecil, terbitan LKS, tanpa
tahun).
[3] Dalam bahasa Inggris: ”What does this mean?” = Apa artinya ini? Dalam
bahasa Jerman: ”Was ist das?” = Apa artinya itu? Kita memilih yang terakhir.
[4] Takut sebagai anak dan hamba, lihat
Apologi, XII, 38.
[5] Edisi Nuremberg tahun 1531 dan 1558 menambahkan: ”sebab Tuhan tidak akan
memandang benar orang yang menyebut nama-Nya dengan sia-sia.”
Dalam Katekismus Kecil yang
digunakan oleh gereja-gereja Lutheran Sumatera Utara, Titah Kedua ini adalah
Titah Ketiga, berbunyi: ”Jangan menyebut nama Tuhan Allah dengan seenaknya
karena Allah akan menghukum orang yang menyalahgunakan nama-Nya.” Sedangkan
Titah Kedua di sana berbunyi: ”Jangan perbuat bagimu patung yang menyerupai
apa pun, yang ada di langit, atau yang ada di bumi, atau yang ada di dalam air
untuk disembah atau bertakwa kepadanya.” Demikianlah selanjutnya terjadi
perbedaan nomor titah-titah secara berjenjang, walau dengan muatan yang sama
sampai kepada Titah Kesembilan dan Kesepuluh, yang dalam Katekismus Kecil di
Sumatera Utara disatukan.
[6] Terjemahan kata Jerman ”dass” lihat M. Reu dalam Kirchliche Zeitschrift, L (1926), hlm.
626-689.
[8] Luther menggunakan kata Jerman ”Feiertag”, yang artinya hari istirahat,
dan inilah arti Sabat yang asli dalam bahasa Ibrani, istilah yang diambil oleh
terjemahan Latin. Pelaksanaan Sabat dalam keyahudian tidak disertakan di sini,
juga pelaksanaan hari Minggu oleh para pendukung hari Sabat; bnd. Konfesi Augsburg, XXVIII, 57-60;
Katekismus Besar, Kesepuluh Firman, 79-82.
Titah Keempat dalam Katekismus Kecil
gereja-gereja Lutheran Sumatera Utara berbunyi: ”Ingat dan sucikanlah hari yang
dikuduskan itu. Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam enam hari; tetapi pada
hari yang ketujuh ialah Sabat [sic]
bagi Allah Tuhanmu. Engkau tidak boleh bekerja pada hari itu, juga anakmu laki-laki atau perempuan,
pembantumu laki-laki atau perempuan, ternakmu atau orang lain yang berada di tempat
kediamanmu. Sebab Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya di dalam
enam hari. Kemudian Ia beristirahat pada hari yang ketujuh. Itulah sebabnya
Allah memberkati itu dan menguduskannya.”
[9] Di dalam Katekismus Kecil gereja-gereja Sumatera Utara, Titah Keempat ini
(di sana sebagai Titah Kelima) berbunyi: ”Hormatilah orangtuamu agar engkau
berbahagia dan lanjut umurmu di bumi yang diberikan Allah kepadamu.”
No comments:
Post a Comment