Laman

Friday, September 26, 2014

Yesaya 5:1-7 | Dalam Anugerah Tuhan Menghasilkan Buah Yang Manis



Bacaan Firman Tuhan: Yesaya 5:1-7
Nubuatan yang disampaikan oleh Yesaya ini berbentuk nyanyian yang isinya mengandung kiasan. Menggambarkan kekecewaan Tuhan seperti seorang (“kekasihku” yang kemungkinan adalah teman Yesaya) yang dikatakan mengusahakan kebun anggur di lereng bukit yang subur, dia mencangkul dan membuang semua batu dan menanami dengan pohon anggur pilihan. Namun akhirnya didapati buah dari pokok anggur itu asam. Betapa kecewanya pemilik anggur itu, segala cara yang terbaik untuk harapan buah yang terbaik harus menerima kenyataan menuai buah yang asam.

Tindakan pemilik kebun anggur itu atas kekecewaannya adalah dengan menebang pagar duri kebun, sehingga kebun itu akan diinjak-injak dan ditumbuhi semak-semak. Bahkan kebun itu pun akan dilanda kekeringan, sebab Tuhan perintahkan awan-awan tidak menurunkan hujan diatasnya.

Kasih, kemurahan dan pemeliharaan Tuhan atas hidup umat Israel justru didapati buah yang sangat mengecewakan dan mendukakan hati Tuhan. Bagaimana tidak, jika yang didapati atas umatNya adalah kejahatan, kelaliman, keonaran. Dosa umat Israel ini adalah buah yang asam dan akan mendatangkan hukuman Allah bagi umatNya. Bahkan lebih parah lagi, ketika umatNya sendiri menantang Allah untuk menyatakan hukumanNya “Baiklah Allah lekas-lekas dan cepat-cepat melakukan tindakanNya, supaya kita lihat...” (ay. 18-19). Dapat dilihat bagaimana sikap umat Israel yang sudah sangat keterlaluan yang tidak hanya melakukan dosa dihadapan Allah, namun juga sudah berani menantang Allah untuk secepatnya mendatangkan hukumanNya.

Betapa besar kasih Allah bagi kita, bahkan AnakNya yang tunggal menjadi korban pengampunan dosa, sehingga dengan kasihNya itu kita melihat dan memasuki jalan keselamatan dari Allah (Yoh.3:16). Tuhan memanggil kita orang yang berdosa untuk menerima keselamatanNya, namun adakah kita menghargai dan mensyukuri panggilanNya itu? Sehingga kita telah di angkat menjadi anak-anak Allah sebagai bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus kepunyaan Allah sendiri (1 Ptr. 2:9). Dalam nasehat Paulus di Efesus 4:1 dikatakan “Supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil, berpadanan dengan panggilan itu”.

Jika Tuhan memanggil kita dengan kasihNya yang besar, maka kitapun pasti akan menyatakan kasih dalam hidup kita bukan sebaliknya melakukan perbuatan diluar kasih.
Jika panggilan hidup dari Allah adalah kudus, apakah kita akan menjadikan hidup kita tidak kudus?
Kita mengangkat tangan untuk berdoa, apakah kita akan mengangkat tangan yang sama untuk menindas orang lain?
Apakah lidah yang kita gunakan untuk memuji Tuhan, akan kita pakai juga untuk memfitnah dan berbohong?
Apakah kita mengakui Allah dengan perkataan, namun menyangkalNya dengan perbuatan?

Kita diingatkan kembali untuk merenungkan kasih Allah yang besar yang telah dinyatakan atas hidup kita dengan segala berkat rohani maupun jasmani. Tuhan menciptakan kita dari kebaikanNya dan memberikan kebaikanNya, bahkan disaat kita tidak baik Tuhan hadir dalam hidup kita untuk menyatakan kebaikanNya. Tuhan menyatakan anugerahNya yang terbesar melalui Yesus Kristus agar untuk selamanya kebaikanNya beserta hidup kita. Kasih Allah yang besar telah menjadikan, memberi, memelihara hidup kita dari kebaikanNya dengan harapan bahwa kebaikan Tuhan nyata atas hidup kita.

Dengan apakah kita akan menghargai dan menghormati kasih Allah yang besar atas hidup kita? Apakah justru sebaliknya kita merespon dengan menyalibkan Yesus sekali lagi sengan perilaku hidp kita yang tidak baik? Sehingga orang yang tidak percaya kepada Kristus akan berkata “Seperti itukah Yesus mengajar mereka hidup?” pengasihan Tuhan atas hidup kita adalah agar nama Tuhan dimuliakan atas hidup kita bukan menjadi hinaan bagi nama Tuhan atas hidup kita.

Kita adalah kawan sekerja Allah (2 Kor. 6: 1), bukan dalam arti kesamaan derajat, namun Tuhan menganugerahkan kepada kita kemampuan untuk menyatakan kemuliaanNya dalam kehidupan kita (bnd. 2 Kor. 3:5). Maka apa yang kita lakukan dan perbuat tidak pernah lari dari pekerjaan yang Tuhan kehendaki dan lakukan. Sehingga kedekatan dengan Tuhan tidak pernah terputus. Berada pada hadirat Tuhan yang kudus tidak saja hanya dalam doa, ibadat maupun kidung pujian, tetapi setiap saat kita berada pada kekudusan Allah sebab kita akan selalu berbuat dan bertindak sebagai kawan sekerja Allah. Tuhan Yesus mengatakan “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu....Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya...ia berbuah banyak...diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15: 4-5). Menghasilkan buah yang manis dan baik dalam hidup kita tidak akan mungkin terjadi tanpa tinggal dalam firman Tuhan setiap saat seperti pohon dan ranting yang ‘tak terpisahkan.

Dalam hal berbuat dan bertindak kita bukan lagi untuk diri sendiri, namun adalah penyataan karya keselamatan Tuhan. Maka orientasi hidup kita dalam Kristus bukan sedang menyelamatkan hidup kedagingan kita yang akan lenyap ini, namun segala bentuk kehidupan kita adalah penyataan iman kita bahwa kebaikan Tuhan telah dinyatakan dalam hidup kita. Biarlah kehidupan kita menjadi buah yang manis dihadapan Allah.

No comments:

Post a Comment