Laman

Tuesday, September 16, 2014

Membuka Diri Mengampuni dan Diampuni


Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 50: 15-21
Jika mengikutii kisah Yusuf dan saudara-saudaranya sejak timbulnya kecemburuan dan kebencian dan kebencian saudara-saudara Yusuf hingga Yusuf menjadi penguasa di Mesir dan sampai perjumpaan kembali mereka yang bersaudara. Memberikan kita pelajaran yang berharga:

      1. Kebencian dan sakit hati tidak berdampak bagi kebaikan
      2. Allah tetap menyertai orang yang selalu menyerahkan hidup kepadaNya
      3. Pengampunan membawa pada kebaikan hidup

Jika menyimak perjalanan hidup Yusuf pastinya kita akan kagum, bagaimana penderitaan dan kesusahan yang di alaminya mulai dari saudara-saudaranya sampai dengan perjuangannya mempertahankan iman ditengah-tengah hidup yang penuh cobaan di Mesir.
Pada akhirnya dapat kita saksikan bahwa perbuatan jahat saudara-saudaranya yang membawa hidupnya pada penderitaan tidak dibalaskannya.

Menyimak kisah Yusuf dan saudara-saudaranya harus juga kita refleksikannya dalam kehidupan kita. Ada banyak orang yang mengatakan bahwa untuk memaafkan bukanlah semudah teori-teori ataupun khotbah-khotbah. Namun apapun alasan yang boleh kita sampaikan, kisah dari Yusuf ini juga ingin mengingatkan kita bahwa pengampunan bukanlah seperti hukum ataupun aturan yang harus atau tidak, mau atau tidak mau untuk dilakukan, namun mengampuni adalah pola dasar sikap dan tindakan orang yang percaya kepada Tuhan. Sebab kita hidup dalam iman kepada Kristus adalah karena pengampunan dari kasih Allah yang besar.

Ragam kondisi situasi kehidupan yang akan kita lalui dalam hidup ini, suka atau tidak suka kita akan diperhadapkan pada situasi untuk mengampuni tanpa memperhitungkan besar kecilnya kesusahan yang ditimbulkan bagi kita. Dalam Matius 18:22 Tuhan Yesus mengajarkan bagi kita untuk mengampuni “Tujuh puluh kali tujuh laki”, yang mau dikatakan ingin menghitung-hitung berapa yang telah diampuni dan berapa yang belum diampuni, namun pengampunan itu tidak ada batasnya..

Tidak hanya mengampuni, kita juga harus siap untuk diampuni. Jika kita mu untuk memaafkan maka kita juga harus mau untuk dimaafkan. Kebaikan yang terjadi antara Yusuf dan saudara-saudaranya karena memang terjalinnya sikap Yusuf yang mau memaafkan dan saudara-saudaranya yang mau mengakui kesalahan.

Ada saja kelemahan kita dan kelemahan orang lain yang dapat merusak hubungan satu dengan yang lain. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajarkan kita berdoa: “Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami”. Bagaimana kita mau untuk membuka diri untuk saling mengampuni dan saling mengaku kesalahan. Sehingga jangan kita untuk menahan diri untuk melakukan kebaikan.

Ketika kita mau mengampuni dan mau untuk mengaku kesalahan, kita sedang membuang beban dari diri kita. Semakin kita menutup diri untuk mengampuni dan mengakui kesalahan semakin kita menambah beban dalam diri kita. Supaya kita jangan terbelenggu oleh amarah, kebencian, sakit hati, iri hati, rasa bersalah, sebab sikap-sikap seperti ini tidak akan membawa dampak positif apa-apa dalam hidup kita selain menambah beban bagi diri kita. Mari kita saling membuka diri untuk kebaikan bersama. Kita dapat belajar betapa indahnya saling mengampuni, sebab kita sedang hidup dalam rancangan Tuhan yang indah menuju keselamatan dari Tuhan kita Yesus Kristus.

Doa:
Tuhan kuatkan aku agar tetap teguh dalam iman kepadaMu, supaya aku jangan berbuat seturut kehendakku. Mampukan aku memahami kekurangan orang lain dan juga kekurangan diriku. Amin

No comments:

Post a Comment