Laman

Wednesday, February 26, 2014

Matius 17: 1-9; Yesus Dipermuliakan



Pengharapan saya dan juga saudara kepada Kristus juga mungkin akan sama ketika saatnya tiba kita diangkatNya memasuki tempat kemuliaanNya dan kita juga akan berkata seperti yang dikatakan oleh Petrus  “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini”. Dalam iman pengharapan kita pastilah tinggal dan melihat kemuliaan Tuhan itu menjadi sesuatu yang akan kita nanti-nantikan.
Namun demikian melalui nas ini kita di ingatkan bahwa ternyata untuk mencapai kemuliaan itu bukanlah hal yang mudah karena untuk mencapainya harus ada prinsip, pilihan yang jelas dan tentunya harus siap menghadapi resiko untuk menggapai sesuatu yang paling berharga yaitu mahkota kehidupan (Yakobus 1:12).

Peristiwa ini disebut dengan Transfigurasi Kristus yaitu peristiwa penyataan Kristus sebagai Anak Allah dengan tubuh kemulianNya, yang mana Petrus, Yakobus dan Yohanes melihat suasana yang begitu luar biasa bahwa Yesus berubah (Yun.= Metamorphoo) bahwa memperlihatkan kemuliaanNya dengan wajah bersinar seperti matahari  dan pakaianNya putih bersinar terang dan sedang bersama-sama dengan Musa dan Elia. Kita di ingatkan juga bagaimana keadaan ini menjadi suatu kesaksian yang berharga bagi pekabaran Injil yang dilakukan oleh Petrus yang menyatakan “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia.....kami adalah saksi mata kebesaranNya” (2 Petrus 1: 16-19). Dari sini kita dapat melihat bahwa Petrus telah memberikan kesaksian bahwa Yesus Kristus bukanlah kisah fiktip atau dongeng yang dikarang-karang oleh gereja, sebab Ia telah menjadi saksi mata kemuliaan Kristus baik sebelum dan sesudah kematianNya.

Kemuliaan Tuhan Yesus itu diperindah lagi ketika Ia bersekutu dengan Musa dan Elia yang adalah orang yang diberkati dan dipakai oleh Allah sebagai penyampai firmanNya semasa hidupnya. Musa dan Elia adalah tokoh yang sangat istimewa dengan mujizat-mujizat Tuhan yang diperlihatkan melalui mereka, kesetiaan dan pengorbanan mereka kepada Tuhan dan akhir kehidupan mereka di dunia yang sangat unik bahwa Musa mati dan dikuburkan oleh Allah tanpa ada yang tahu dimana kuburan Musa (Keluaran 34) dan Elia diangkat dengan kereta berapi dan kuda berapi(2 Raja. 2). Dalam Lukas 4: 24-27 Tuhan Yesus telah memakai Elia sebagai contoh penolakan nabi oleh bangsanya dan Tuhan Yesus menyebut Musa sebagai nabi yang telah menuliskan tentang diriNya (Yoh. 5: 39,46,47). Dari peristiwa Tranfigurasi Kristus ini memperlihatkan kepada kita bahwa Yesus itu bukan siapa-siapa selain dari daripada yang telah dibuatkan oleh para nabi-nabi bahwa Ia harus menderita untuk memasuki kemuliaanNya dan Tuhan Yesus secara langsung telah menjelaskan tentang Dia yang telah ditulis tentang Dia dalam kitab Musa dan kitab nabi-nabi (Lukas 24: 26-27).

Jika kemesraan di dunia dapat berlalu seperti syair lagu yang mengatakan “...kemesraan ini janganlah cepat berlalu..” tetapi kemesraan dengan Tuhan sesungguhnya tidak akan pernah berlalu sampai selama-lamanya, yang dapat berlalu hanyalah penderitaan dalam dunia karena kita akan memasuki kebahagian hidup bersama-sama dengan Allah dalam kemuliaanNya. Namun untuk merasakan hidup dalam kemuliaan bersama Tuhan bukanlah semudah permintaan Petrus “Biarlah kudirikan disini kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia”. Sebab semangatnya selalu saja diikuti akan kelemahannya memahami maksud dan rencana Tuhan seperti kejadian sebelumnya ketika Petrus menegor Yesus dengan mengatakan “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu, hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau” (Mat. 16:21-22) yaitu ketika menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia akan menanggung banyak penderitaan dan akan dibunuh dan akan bangkit pada hari ketiga.

Dapatlah dikatakan bahwa kemuliaan Tuhan Yesus itu akan tercapai ketika semua telah tergenapi. Bahwa tidak ada hadiah tanpa mencapai garis akhir, untuk mencapai hadiah tersebut maka kita akan terus tetap berjuang sampai garis akhir apapun rintangan dan cobaan harus mampu dilalui untuk mendapatkan hadiah itu. Kita sebagai pengikut Kristus memiliki tujuan hidup untuk menggapai garis ahkhir itu sehingga jangan biarkan jiwa kita terlena akan kenikmatan dunia yang membuat kita tidak berusaha mencapainya.

Untuk mencapai kesuksesan tidak ada yang mudah, dalam dunia pendidikan selalu ditekankan “bahwa tidak ada yang bodoh tetapi yang malas ada”. Selama Tuhan memberikan waktu mari kita mengejar kebahagiaan yang sesungguhnya, sebab kebahagiaan kita bukan seperti yang ditawarkan dunia ini, tetapi kebahagiaan yang kekal yang tidak akan pernah hilang selamanya. 

Perminaan Petrus hanya dijawab dengan “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia”. Bagaimana pun kebahagiaan kita melihat kemuliaan Allah Tuhan hanya menjawab bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah dan hanya Dia-lah yang patut untuk didengarkan. Hanya Yesus-lah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup dan tiada yang lain. Apapun kata dunia biarlah Firman Tuhan yang jadi dalam hidup kita dan jika walaupun kata hati kita berkata lain ajarlah kata hatimu agar mau mendengar Perintah Tuhan Yesus. Amin 

No comments:

Post a Comment