Laman

Wednesday, January 29, 2014

Apa Yang Tuhan Tuntut Dari UmatNya? (Mikha 6:1-8)

Bacaan Firman Tuhan: Mikha 6:1-8
Melalui nabi Mikha Tuhan mempertanyakan perbuatan umatNya yang hidup dalam kejahatan. Bahkan mereka mencoba untuk melakukan pendekatan kepada Allah seperti yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain kepada dewa-dewanya dengan mempersembahkan korban.

Apa yang Tuhan tuntut dari umatNya? Apakah korban bakaran lembu dan dan domba jantan; puluhan ribu curahan minyak?; atau mempersembahkan anak sulung? (ay. 6-7). Sama sekali Tuhan tidak menginginkan kesetiaan umat karena pertukaran. Sebab sebanyak apapun persembahan itu tidak akan berarti bagi Tuhan sebab perbuatan mereka tidak sejalan dengan kasih setiaNya, sebab kasihNya bukan untuk diperjualbelikan.
Dalam nas kita ini, nabi Mikha memperlihatkan bagi kita bagaimana kesetiaan Tuhan dan juga ketidaksetiaan umatNya. Adakah hal yang telah diperbuat Tuhan sehingga umatNya harus melakukan kejahatan? Namun sebaliknya Tuhanlah yang telah menuntun, menyelamatkan dan membebaskan umatNya. Tuhan tidak menuntut umatNya dengan hal-hal yang aneh-aneh selain dari berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati dihadapan Allah.

Tuhan juga ingin berperkara kepada kita umatNya pada jaman sekarang! Berkat dan Kasih karuniaNya telah diberikan kepada kita, namun mengapa kita masih saja memperlihatkan ketidaksetiaan kita kepada Tuhan? 

Seakan-akan Tuhan menuntut harta dan kekayaan yang kita miliki untuk dipersembahkan kepadaNya  sehingga hal itu menurut kita telah menyenangkan hati Tuhan, padahal yang dituntut Tuhan dari kita tidak lain adalah melakukan hal yang baik yang telah diberitahukan kepada kita yaitu berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah ahti dihadapan Allah. 

Tuhan telah memberitahukan kepada kita akan apa yang baik, bahkan tidak ada teladan yang jauh lebih besar daripada kebaikan Allah sendiri melalui Yesus Kristus yang mau menyatakan diriNya diantara manusia dan juga teladan kebaikan hati, kasih dan pengajaranNya terlebih besar lagi perbuatan Tuhan menyerahkan diriNya untuk mengampuni manusia. “Kebaikan” dalam bahasa Yunani disebut Chrestos, yang artinya “berguna, baik, bermanfaat”. Kata ini bunyinya sangat mirip dengan kata Christos, sebutan bahasa Yunani untuk Kristus. Kemiripan ini sungguh pas sekali. Menjadi baik adalah menjadi serupa dengan Kristus. Memiliki hati yang baik dan mengampuni dengan bebas seperti pengampunan Kristus.

Mari kita melihat bagaimana kebaikan yang telah diberitahukan dan diperbuat oleh Allah kepada kita:
Manusia telah hidup dalam kekacaubalauan ketika dia tidak lagi mengikuti aturan dan perintah Allah dan yang dia lakukan hanyalah apa yang adil menurut dirinya dan apa yang adil menurut bisikan iblis. Perbuatan dosapun telah menjadi bahagian kehidupan manusia ketika manusia itu tidak lagi tunduk pada aturan dan perintah Allah, tetapi dia telah membuat sendiri aturan bagi dirinya sendiri akan apa yang terbaik bagi dirinya. Kita dapat melihat bagaimana Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, kisah menara Babel, kebencian hati Saul terhadap Daud. Ketika kita mengikuti keadilan menurut keinginan, perasaan, kehendak dan aturan manusia maka kita akan semakin jauh tersesat karena tidak ada yang lebih adil dari perbuatan dan perintah-perintah Tuhan. Maka berlaku adil adalah berlaku sesuai dengan aturan perintah Tuhan. Kita dituntut untuk berlaku adil dan bukan mengadili. Kita tidak memiliki dasar untuk mengadili kecuali kita memiliki aturan dan kebenaran diri kita sendiri.

Apakah adil bagi dunia ini jika mengasihi dan mendoakan musuh? Apakah adil jika pipi kiri kita ditampar maka kita juga akan memberikan pipi kanan? Apakah adil jika manusia yang berdosa tetapi Tuhan yang menerima hukuman? Paulus menyatakan kepada kita: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (1 Kor. 1:18). 

Berlaku adil sesungguhnya adalah mencitai kesetiaan pada aturan dan perintah Allah. Ketika kita memiliki cinta maka ada sikap yang senantiasa untuk melakukan dan menginginkan dengan penuh sukacita dan kegirangan. Perintah Tuhan bukanlah paksaan ataupun beban untuk dilakukan tetapi menjadi kesukaan kita. Teladan kesetiaan perintah dan rencana BapaNya telah diperlihatkan Kristus kepada kita untuk kita tiru mulai dari Yesus memberikan diriNya dibaptis oleh Yohanes sampai Yesus setia di kayu salib.

Allah juga mengajar kita melalui Kristus bagaimana kita untuk dapat merendahkan hati dihadapan Allah karena Allah sangat mengasihani orang yang rendah hati ( 1 Ptr. 5:5-7). Rendah hati di hadapan Allah adalah mengakui kuasa dan kekuatanNya ditengah-tengah kehidupan kita, yang memengang kendali atasa kehidupan ini adalah Tuhan. Terkadang manusia mau hidup sombong dihadapan Allah ketika dia meragukan kuasa Tuhan karena terkadang kita merasa lebih hebat dari Allah melakukan hal-hal diluar kuasa Tuhan.

Tuhan Yesus telah memperlihatkan kepada kita bagaimana hidup dihadapan Allah. Tuhan tidak menuntut kita untuk melakukan diluar kemampuan kita, Tuhan hanya menginginkan kita agar hidup sebagai manusia yang sesungguhnya sesuai dengan rencanaNya. Hidup dalam keadilan, kesetiaan dan rendah hati dihadapan Allah. “Pikullah kuk yang Kupasang dan berjalanlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapatkan ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan” (Mat. 11:29-30).


No comments:

Post a Comment