Kolose
4: 1-6; Yakobus 1: 2-8
Interaksi
dengan orang lain adalah hal yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan kita
shari-hari, baik kepada keluarga, lingkungan sekitar rumah, sesama jemaat
ataupun rekan kerja. Namun tanpa kita sadari bahwa ternyata interaksi tersebut
mempunyai dampak yang besar dalam kehidupan kita terlebih kepada pemberitaan
Injil tergantung bagaimana kita untuk menempatkan diri kita dalam interaksi
kepada orang lain, bisa membawa dampak yang positif dan dapat juga membawa
dampak yang negatif. Dalam Kolose 3: 23 dikatakan: “Apapun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”.
Nasehat Paulus ini sangat jelas memberikan kepada kita pengertian akan hubungan kita dengan orang lain bahwa segala sesuatu yang kita lakukan dalam interaksi dengan orang lain itu adalah melakukan segenap hati untuk Tuhan dan bukan unuk manusia.
Nasehat Paulus ini sangat jelas memberikan kepada kita pengertian akan hubungan kita dengan orang lain bahwa segala sesuatu yang kita lakukan dalam interaksi dengan orang lain itu adalah melakukan segenap hati untuk Tuhan dan bukan unuk manusia.
Hal inilah yang akan membawa dampak yang positif untuk hidup kita
ketika ucapan, perilaku dan tindakan itu dilandaskan perbuatan untuk Tuhan.
Dalam
nats bacaan kita saat ini juga ingin lebih dalam lagi menjelaskan bahwa
interaksi kita dengan orang lain adalah merupakan sesuatu yang sangat berharga
sehingga Paulus mengatakan di ayat 5 “....pergunakanlah
waktu yang ada”. Kita memandang waktu yang diberikan oleh Allah bukan hanya
sekedar interaksi yang tanpa makna ataupun menggunakan waktu yang telah
diberikan oleh Allah malah kita gunakan mendukakan hati Allah. Bagaimana kita
dapat memperlihatkan dalam kehidupan kita sehari-hari bahwa kita adalah
pengikut Kristus yang setia, sehingga pengenalan akan Tuhan tidak hanya
pengenalan dogma namun juga pengamalannya dalam realitas hidup ini. Jika kita
memperhatikan nasehat-nasehat dalam kitab Amsal sangat jelas diberitahukan kepada
kita dengan sangat detail bagaimana etika kita dalam hal berinteraksi dengan
orang lain yang semuanya menyatakan untuk takut akan Tuhan.
Bagaimana kita membawakan hidup kita ini dengan dasar “takut akan Tuhan” sehingga respon kita dalam kehidupan sehari-hari itu adalah melakukan dengan segenap hati adalah untuk Tuhan. Inilah yang ingin ditegaskan kepada kita bagaimana Paulus ingin menasehatkan kita agar dalam hidup kita sehari-hari ada sikap yang adil dan jujur; berdoa dan mengucap syukur; mendoakan orang lain; hidup penuh hikmat; kata-kata yang penuh dengan kasih.
Bagaimana kita membawakan hidup kita ini dengan dasar “takut akan Tuhan” sehingga respon kita dalam kehidupan sehari-hari itu adalah melakukan dengan segenap hati adalah untuk Tuhan. Inilah yang ingin ditegaskan kepada kita bagaimana Paulus ingin menasehatkan kita agar dalam hidup kita sehari-hari ada sikap yang adil dan jujur; berdoa dan mengucap syukur; mendoakan orang lain; hidup penuh hikmat; kata-kata yang penuh dengan kasih.
Maka
patutlah kita dapat merenungkan perjalanan hidup kita selama ini, apakah
kehadiran diriku kepada orang lain telah menjadi garam dan terang atau malah
sebaliknya hidup yang kita jalani seperti serigala sehingga orang harus
menyingkir dari kita. Kita jadikan diri kita menjadi batu pijakan untuk menolong bukan menjadi batu sandungan untuk
menjatuhkan.
Hal
ini dikemukakan oleh Paulus agar jemaat sadar dan mengerti bahwa yang telah
mengikut Yesus itu adalah orang-orang yang menerima hidup yang baru, kita hidup
tidak seperti manusia lama yang menjalankan hidupnya dengan kesia-siaan. Namun
yang telah hidup di dalam Kristus adalah hidup yang penuh dengan pengharapan
sehingga akan menggunakan hidupnya juga dalam semangat penginjilan. Sehingga
kita hidup tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain dan
terlebih untuk Tuhan.
No comments:
Post a Comment