Bacaan Firman Tuhan: Yesaya 7: 10-16
Ahas raja Yehuda diserahkan oleh Tuhan ke tangan raja Pekah (Efraim) dan raja Rezin (Syria) karena dia telah mendurhaka kepada Tuhan dengan menyembah Baal, menajiskan Bait Allah dan memasukkan agama kafir Damsyik ke Yehuda. Dalam strategi politik, Ahas menolak bersekutu dengan raja Pekah dan Rezin untuk melawan Asyur. Karena penolakan itu, Pekah dan Rezin menyerang Yerusalem. Dari hitung-hitungan militer, Yehuda tidak akan mungkin dapat mengalahkan dua kerajaan itu, hal ini membuat raja Ahas berencana untuk meminta bantuan kepada Asyur sebagai bangsa adikuasa ketika itu.
Dalam
kepanikan raja Ahas menghadapi perlawanan dari Pekah dan Rezin, Tuhan mengutus
Yesaya untuk menemui Ahas. Tuhan bersabda kepada raja Ahas supaya tenang dan
hanya bersandar kepada Tuhan saja, sebab kedua musuh yang sedang dihadapinya
itu hanyalah seperti “puntung kayu yang berasap” yang hampir padam bara apinya
(Yesaya 7:1-9), raja Ahas diyakinkan bahwa Tuhan, Allah Daud akan meneguhkan
takhta kerajaan Daud.
Ayat 10-13
Tuhan kemudian melanjutkan firmanNya kepada Ahas melalui Yesaya, bahwa Tuhan
akan meneguhkan keturunan Daud, dan untuk meyakinkannya dia ditawarkan untuk
meminta suatu tanda dari Tuhan, dikatakan kepadanya “Mintalah suatu pertanda
dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling
bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.” Hal ini memperlihatkan
bahwa Tuhan dapat berbuat apa saja kalau dia meminta suatu tanda, sebab kuasa
Tuhan tidak terbatas, Tuhan berkuasa mulai dari tempat yang paling bawah di
dunia orang mati dan sampai tempat paling atas. Hal ini memperlihatkan
kesungguhan Tuhan pada perjanjianNya untuk meneguhkan keturunan Daud.
Namun
raja Ahas dengan elegan dan munafik menolak dengan mengatakan “Aku tidak mau meminta, aku tidak mau
mencobai TUHAN”. Jawaban ini kelihatannya rohani, tetapi dibalik jawaban ini
adalah suatu ketidakpercayaan kepada Tuhan. Dan jawaban ini juga memperlihatkan
raja Ahas yang mengeraskan hatinya untuk mau bertobat berbalik kepada Allah.
Ahas lebih percaya kepada pikirannya sendiri dengan strategi perangnya untuk
meminta bantuan kepada raja Asyur.
Ayat 13-16 Disini
Yesaya memperlihatkan kekesalannya atas penolakan tersebut dengan mengatakan
bahwa dia hanya melelahkan para nabi utusanNya dan juga Tuhan. Maka Tuhan
sendiri yang akan bertindak untuk membuat suatu tanda yang nyata dengan
kelahiran seorang anak laki-laki dari seorang perempuan muda dan menamakannya
Imanuel yang artinya “Allah beserta kita”.
Anak
itu akan dibesarkan dengan makanan yang lezat dan bergizi yaitu “dadih dan
madu” dan anak itu akan dibesarkan dengan pengajaran yang benar untuk dapat
menolak yang buruk dan memilih yang baik. Sehingga melalui anak itu nantinya
Tuhan akan memimpin suatu bangsa yang takut akan Tuhan, suatu bangsa yang
dipelihara Tuhan dengan ajaib. Dalam Perjanjian Baru nubuatan ini tentang tanda
Immanuel secara langsung dihubungkan dengan kelahiran Yesus Kristus (Matius 1:
23-25).
Sementara itu, Tuhan akan memperlihatkan bahwa ternyata keputusan politik raja Ahas itu terbukti salah. Walaupun kedua raja yang ditakuti oleh raja Ahas itu nantinya akan kalah, namun dengan keputusan politiknya membuat Asyur sebagai “penolong” justru membuat kehancuran penderitaan yang jauh lebih dalam lagi (ayat 17).
Renungan:
1.
Raja Ahas menjadi gambaran dari orang
menolak didikan Tuhan. Tuhan mengetahui kekawatirannya dan kelemahannya dan
Tuhan bersedia memberikan jalan keluar atas masalah hidupnya, akan tetapi dia
menolak dan lebih mempercayakan hidupnya pada pengertiannya sendiri. Bahkan dia
bukan hanya menolak Tuhan tetapi dia juga menganggap rendah didikan Tuhan
(Ibrani 12:5). Apa yang kita pikirkan baik belum tentu itu baik dalam pandangan
Tuhan, maka kita selalu membutuhkan bimbingan dan pengajaran Tuhan dalam hidup
kita. Apakah kita mau mempercayakan hidup kepada Tuhan? Jika kita mau Tuhan
punya rencana yang indah dalam hidup kita.
2.
Allah yang perduli. Jika melihat dosa-dosa
Ahas yang menyembah baal, mencemarkan bait Allah dan juga yang memasukkan agama
kafir ke Yehuda tentunya dia adalah orang yang layak mendapat murka Tuhan. Namun
disini kita dapat melihat sisi lain dari Tuhan yaitu keperdulianNya menuntun
raja Ahas ke jalan yang benar untuk mempercayakan dirinya kepada Allah, tetapi
hati raja Ahas yang sudah mengeras menolak kasih Tuhan. Demikianlah keperdulian
Allah bagi keselamatan dunia ini, melihat dosa dan kejahatan manusia sudah
selayaknya Tuhan murka, tetapi yang Dia tujukkan adalah keperdulianNya bagi
kita orang berdosa (Yoh. 3:16). Dia merendahkan diriNya, mengorbankan AnakNya
yang tunggal dan menawarkan keselamatan bagi kita yang mau percaya kepadaNya. Seberapa
besar dosa kita? Tuhan tidak menjauhkan diriNya dari kita, Dia selalu ada
bersama kita menawarkan keselamatanNya. Jika kita tahu betapa perdulinya Tuhan
bagi orang berdosa, apalagi jika kita mau hidup dalam tuntunan Tuhan, kita
tentunya semakin yakin bahwa Allah senantiasa membuka jalan dalam setiap
pergumulan kehidupan kita.
3.
Apa yang dinubuatkan dalam nas ini telah
digenapi didalam Yesus Kristus. Tuhan Yesus telah datang ke dunia ini menjadi tanda
yang nyata dan menjadi bahagian dari sejarah hidup manusia. Tuhan Yesus adalah
tanda yang kelihatan dari kasih dan kebesaran Tuhan dalam dunia ini untuk
menuntun manusia dalam ketakutan dan penderitaannya akibat dosa. Didalam iman
kepada Tuhan Yesus kita akan mendapatkan ketenangan bahwa Tuhan adalah Imanuel,
yaitu Allah beserta kita. Tuhan bukanlah Allah yang jauh dari hidup kita, Dia
ada beserta kita sebagai gembala yang setia menuntun kita.
No comments:
Post a Comment