Laman

Wednesday, August 18, 2021

Mazmur 34: 12-18 Orang Benar di Mata Tuhan

 Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 34: 12-18

Di ayat sebelum nas ini Pemazmur menyampaikan kesaksiannya bagaimana peran Tuhan pada masa-masa sulit yang dihadapinya. Pemazmur bersaksi bahwa bukan karena kemampuannya dapat terhindar masalah, tetapi semua adalah campur tangan Tuhan yang menyelamatkannya. Pemazmur mencari Tuhan dan berseru kepada Tuhan dalam kesesakannya, dan Tuhan mendengar dan menyelamatkannya. Dalam setiap usahanya untuk melepaskan diri dari setiap masalah, dia tidak pernah untuk meninggikan diri sekalipun banyak orang yang bernyanyi-nyanyi tentang kehebatannya (1 Samuel 21: 10-15), tetapi Pemazmur selalu takut akan Tuhan karena semua kemampuannya itu adalah pertolongan Tuhan.

Dalam nas ini sebagai kelanjutan kesaksiannya, Pemazmur hendak memberitahukan dan mengajarkan kesaksiannya itu untuk diteladani dan diikuti oleh generasi selanjutnya. Bahwa pertolongan dan penyertaan Tuhan sungguh nyata bagi orang yang takut akan Tuhan. Jika hendak menikmati kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita ini maka jadilah orang yang takut akan Tuhan, sebab inilah yang menjadi kunci memperoleh kebaikan hidup dari Tuhan. Mata Tuhan selalu memperhatikan dan teliga Tuhan selalu mendengar kepada orang benar yaitu orang yang takut akan Tuhan. Maka kita tidak akan ragu pada pengharapan kita kepada Tuhan, sekalipun kita berada pada  masa-masa sulit pertolongan Tuhan pasti akan nyata, sebab mata Tuhan melihat dan dan telinga Tuhan mendengar kita karena selalu hidup dengan takut akan Tuhan.

Dalam nas ini, Pemazmur lebih luas lagi menjelaskan tentang seorang yang takut akan Tuhan itu, yakni: menjaga lidah dari yang jahat dan bibir dari ucapan yang menipu, menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, mencari perdamaian.

Menjaga ucapan

Lidah, mulut maupun bibir sangat besar perannya dalam kehidupan kita, hal ini dapat kita ketahui dari peringatan-peringatan yang tertulis dalam beberapa nas Alkitab. Beberapa nas Alkitab mengatakan bahwa hidup dan mati dikuasai oleh lidah (Ams. 13:3; Ams. 18:21), lidah adalah api yang dapat membakar (Yak. 3:6), lidah adalah pena juru tulis yang mencatat tindakan hidup kita (Mzm. 45:2).

Tuhan Yesus mengajarkan kita bahwa “yang diucapkan mulut, meluap dari hatinya” (Lukas 6:45), bahwa sumber dari segala perkataan lidah, mulut atau bibir itu berasal dari hati. Bahwa hati setiap orang yang takut akan Tuhan akan selalu diterangi oleh kebenaran firman Tuhan, sehingga yang keluar dari perbendaharaan mulutnya adalah yang baik.

Hal mendasar yang membedakan manusia dengan binatang adalah kemampuan manusia berkomunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal comunication). Bahwa manusia mampu bertindak berdasarkan pertimbangan hati nurani, standar kepantasan dan empati kepada orang lain. Manusia mampu menunda tindakannya untuk berfikir tentang dampak kepada orang lain. Namun di era media sosial saat ini, kemampuan berkomunikasi intrapesonal ini mulai memudar. Justru media sosial mendorong semua penggunannya untuk berfikir dan bertindak serba cepat, praktis dan otomatis tanpa merujuk kepada kriteria yang baku.

Layaknya di dunia nyata, dunia maya pun dapat memicu terjadinya konflik dan permusuhan. Jika di dunia nyata seseorang berbicara diantara kerumunan orang banyak mungkin hanya orang di sekitarnya dapat mendengar, namun di dunia maya, satu kata pun akan terekam dan kemungkinan akan di lihat dan dibaca orang lain. Maka masalah bisa timbul ketika kita tidak memikirkan ulang apa yang kita posting atau apa yang kita komentari. Disamping itu, media sosial juga dapat menjadi tempat pelarian untuk melampiaskan kemarahan, ketidak setujuan ataupun ketidaksenagannya, namun pada akhirnya dapat berdampak buruk bagi dirinya sendiri.

Firman Tuhan berkata di Kolose 4:6 Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Membangun diri dalam iman salah satunya adalah dalam hal berkomunikasi, mengutarakan pendapat ataupun perasaan melalui kata-kata. Tuhan Yesus lebih tegas memperingatkan kita tentang kata-kata yang keluar dari mulut kita di Matius 12: 36-37 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."

Perkataan yang sombong, yang sia-sia, yang kasar yang tidak berkenan kepada Allah juga merupakan buah dari hati kita. Sehingga apa yang kita sampaikan di media sosial juga merupakan buah dari apa yang keluar dari hati kita. Maka media sosial dapat menjadi tantangan bagi pertumbuhan iman kita ketika kita tidak bijak dalam memahami media sosial, walaupun perkataan itu disampaikan melalui media sosial, namun itu adalah buah dari hati kita.

Melakukan yang baik

Tuhan adalah sumber dari segala kebaikan, sehingga tidak ada teladan yang lebih besar lagi dari kebaikan Tuhan dalam hidup kita dan tidak ada penyataan kebaikan yang lebih besar selain dari perbuatan besar Allah yang mengutus AnakNya Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia. apa yang Tuhan rencanakan, apa yang Tuhan kerjakan semuanya adalah kebaikan bagi kita ciptaanNya, Dia tidak merancang yang jahat kepada kita. Maka yang Tuhan harapkan dari kita adalah menjadi orang-orang yang menghidupi kebaikan.

Melakukan yang baik berarti kita menghidupi teladan dari sikap Tuhan, yaitu ada pengampunan, keperdulian dan memberi diri untuk kebaikan bagi orang lain. Perbuatan baik dibutuhkan inisiatif tanpa menunggu orang berbuat baik kepada kita, sebab demikianlah kebaikan Tuhan kepada kita, Dia tidak menunggu kita bertobat baru Dia menunjukkan kasihNya, tetapi Dia menunjukkan kasihNya ketika kita masih berdosa, dengan demikian nyatalah kasih Tuhan yang besar atas hidup kita. Tuhan Yesus ajarkan di Matius 7:12  "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Mencari dan mengusahakan perdamaian

Dalam ucapan bahagia Tuhan Yesus dikatakan “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Bahwa anak-anak Allah akan melakukan apa yang dilakukan Allah, yaitu membawa damai sejahtera (syalom) ke dalam dunia ini (1 Te. 5:23; Ibr. 13: 20).

 

2 comments: