Bacaan Firman Tuhan: Imamat 25: 1-13
Di kitab Imamat 25: 1-13 Tuhan berfirman kepada Musa, ketika umat Israel nantinya telah memasuki tanah yang dijanjikan oleh Tuhan untuk mereka tempati, maka tanah pemberian Tuhan itu harus mendapat perhentian.
Tanah yang mereka
tempati, tanah yang mereka usahakan itu adalah pemberian Tuhan, tanah itu
adalah anugerah Tuhan. Maka, jangan sampai umatNya melupakan segala kebaikan
Tuhan pada mereka. Kehidupan mereka sebagai suatu bangsa yang berdaulat yang
memiliki tanah untuk di diami dan juga mendapatkan hasil dari tanah yang mereka
kelola semuanya adalah bersumber dari Tuhan. Tuhan tidak ingin umatNya menjadi
umat yang lupa diri ketika nantinya mereka menikmati segala kebaikan dari tanah
pemberian Tuhan itu.
Sehingga Tuhan
menetapkan bahwa tanah yang mereka usahakan itu harus mendapat perhentian, ini
adalah salah satu cara supaya umat Israel tidak lupa diri, bahwa tanah yang
memberi mereka kehidupan dan kebahagiaan itu berasal dari Tuhan. Mereka tidak
boleh semaunya sesuka hatinya dalam mengusahakan tanah pemberian Tuhan itu.
Maka Tuhan menetapkan:
Tahun Sabat, yaitu perhentian pada
tahun yang ke tujuh setelah melakukan pekerjaan dan mengusahakan tanah itu
selama enam tahun, tanah itu harus diistirahatkan untuk diusahakan. Apa yang
tumbuh sendiri di tanah itu selama tahun sabat adalah bagian dari orang-orang
miskin. Kemudian,
Tahun Yobel, yaitu tahun yang ke-limapuluh, menguduskan tahun itu
menjadi tahun pembebasan. Setelah tanah itu diusahakan selama 49 tahun, maka
tahun ke-50 haruslah dikuduskan dengan tidak mengusahakannya dan juga
menuainya. Tahun itu adalah tahun pembebasan, bahwa hak milik tanah harus
dikembalikan kepada pemilik awalnya. Tahun Yobel ini adalah pemulihan dan
pencegahan terhadap ketamakan orang yang serakah untuk mengumpulkan
sebanyak-banyaknya dan semakin menyengsaakan orang yang miskin. Di tahun Yobel,
sangkakala akan berbunyi sebagai tanda sukacita atas pemeliharaan Tuhan atas
seluruh umatNya.
Jika kita
melihat ke belakang, ketika Tuhan memanggil Abraham untuk menjadikannya bangsa
yang besar, dan juga menjadi berkat. Tuhan memanggil umat pilihanNya adalah
supaya berkehidupan melalui kebaikan dan berkat Tuhan di tanah yang
dijanjikanNya itu. Sehingga tanah pemberian Tuhan itu bukan untuk segelintir
orang yang tamak, tetapi harus menjadi kebaikan bagi semua umatNya.
Sehingga melalui
Tahun Sabat dan Tahun Yobel ini, Tuhan mau ingatkan bahwa Tuhan memberkati
umatNya adalah supaya menjadi berkat juga bagi orang lain. Berkat Tuhan yang
mereka terima harus dapat menjadi kebaikan bagi orang lain, jangan sampai
berkat Tuhan itu menjadi di monopoli oleh segelintir orang yang tamak, jangan
sampai berkat Tuhan diperalat menjadi alat penindasan bagi orang lain.
Kesejahteraan hidup umatNya tidak bergantung pada banyaknya yang di kumpulkan,
namun umatNya bergantung pada pemeliharaan Tuhan, segala kebaikan dalam hidup
adalah bersumber dari anugerah berkat Tuhan.
Ditengah-tengah
berkat yang kita terima dari Tuhan, sangkakala harus berbunyi, pujian dan
ucapan syukur kepada Tuhan harus kita perdengarkan. Kita hendak mengakui berkat
yang telah kita terima dari Tuhan. Bagaimana bentuk pengakuan kita atas berkat
Tuhan? Apa hanya dalam bentuk kata-kata atau nyanyian saja? Tidak, firman Tuhan
berkata “maklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya”. Bahwa
berkat yang kita terima dari Tuhan juga harus bisa menjadi berkat bagi orang
lain. Tanda syukur kita atas segala berkat dan kebaikan Tuhan adalah bahwa kita
juga harus bisa menjadi berkat bagi orang lain.
Kemudian,
melalui Tahun Sabat dan Tahun Yobel ini, kita juga melihat bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya, ada
waktunya kita untuk bekerja dan juga memetik hasil kerja kita, namun juga ada
waktunya kita untuk beristirahat dari segala pekerjaan kita, Tuhan menetapkan “perhentian” – “sabat bagi Tuhan”, tidak
hanya manusia itu yang beristirahat, tetapi juga tanah yang diusahakan itu
membutuhkan istirahat.
Tuhan
menciptakan segala sesuatu yang sungguh amat baik itu di dalamnya sudah
termasuk beristirahat. Maka ketika perhentian atau beristirahat itu diambil,
maka akan berdampak tidak baik, karena
istirahat itu sudah menjadi bahagian dari roda kehidupan. Oleh karena itu
Tuhan telah menetapkan waktu dan musim agar kehidupan itu berjalan dengan baik.
Mustahil manusia
bisa hidup dengan baik tanpa istirahat, demikian juga dengan tanah yang
diusahakan oleh manusia butuh istirahat. Kita harus memahami konteks dari nas
ini tentang tanah yang membutuhkan istirahat. Bahwa tanah itu diberikan Tuhan
untuk diusahakan bukan untuk memuaskan ketamakan manusia, dan tanah itu juga perlu
istirahat yang hanya untuk memenuhi kebutuhan kita saja, namun juga harus dapat
memenuhi kebutuhan orang lain yang membutuhkan, tanah itu harus juga kita
berikan untuk dipakai Tuhan sesuai dengan firmanNya.
Artinya, apapun
yang menjadi profesi dan pekerjaan kita, dan melalui itu kita memperoleh
kebutuhan hidup kita, ingatlah bahwa Tuhan menghendaki supaya kita tidak hanya
menuai bagi diri kita sendiri saja, tetapi orang lain juga bisa dapat turut
merasakan tuaian kita.
Sumber dari segala kebaikan hidup kita itu adalah berkat Tuhan bukan kekuatan kita. Jangan sampai kita menggantungkan hidup pada materi yang bisa kita kumpulkan di dunia ini. Kita ingat perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang kaya yang bodoh yang menggantungkan kesenangannya hidupnya pada materi yang dikumpulkannya. Tetapi ingatlah juga dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di Yohanes 6: 27 “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."
Kunjungi juga Channel Sukacitamu id:
No comments:
Post a Comment