Laman

Tuesday, January 7, 2020

Yesaya 42: 1-9 Hamba Tuhan Beserta Kita


Bacaan Firman Tuhan: Yesaya 42: 1-9
Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya. Beginilah firman Allah, TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya: "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara. Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung. Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Kuberitahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu."


Nubuatan yang disampaikan oleh nabi Yesaya ini memberi penghiburan kepada umat Israel dalam penderitaannya. Beratnya penderitaan yang dialami oleh umat Israel digambarkan dalam nubuatan ini, yaitu seperti “buluh yang patah terkulai” dan seperti “sumbu yang pudar nyalanya” (ay. 3). Jika dilihat, sepertinya tidak akan mungkin buluh itu kembali seperti semula, dan sumbu pelita itu kembali bersinar terang, sepertinya tidak ada lagi harapan. Hal ini bisa kita ibaratkan seperti kata-kata yang terdengar manakala ada orang yang sedang sekarat, para medis berkata “tidak ada lagi harapan hidup, kecuali muzijat Tuhan”.

Namun, dalam nubuatan ini Tuhan berfirman bahwa buluh yang patah terkulai itu tidak akan dipatahkan dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan. Tuhan menghibur umatNya, bahwa Tuhan akan menyatakan kasih karuniaNya dengan harapan yang pasti. Tuhan dapat memulihkan buluh itu hingga menghasilkan buahnya, dan pelita itu hingga menjadi terang yang bercahaya.

Bagaimana Tuhan memulihkan umatNya yang menderita itu? Yaitu melalui “Hamba Tuhan”. Roh Tuhan ada padanya, Hamba yang didukung, dipilih, Hamba yang kepadanya diberi kuasa dan dengan setia menyatakan keadilan Tuhan, Dia tidak bimbang dan putus asa dalam pekerjaannya, dia akan menjalankan tugas penyelamatan kepada semua umat manusia, membuka mata yang buta, membebaskan yang terpenjara, menjadi terang dalam kegelapan. Nubuatan ini telah di genapi di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, sebagaimana Matius menyatakannya kepada kita di Matius 12: 17-21.

Oleh karena kasih karunia Tuhan, saat ini kita telah berkelimpahan pengharapan dari Tuhan (bnd. Roma 15:13). Di dalam Yesus Kristus Tuhan kita telah menyatakan kebaikan dan kasih Tuhan dalam hidup ini. Tuhan tidak akan mengecewakan pengharapan yang telah kita tambatkan pada Tuhan, pada saatnya, pengharapan itu akan berbuah manis dalam hidup kita.

Tuhan bekerja untuk kebaikan kita, Dia dapat melakukan hal-hal baru dalam hidup kita (ay. 9). Sekalipun kita melihat kemustahilan, tetapi Dia adalah Tuhan berkuasa yang telah menyatakan DiriNya kepada kita “ Aku ini Tuhan, yang datang untuk menyelamatkanmu”.

Di dalam Tuhan Yesus Kristus kita telah menerima hukum dan pengajaran Tuhan yang membimbing kehidupan kita, dengan kuasaNya kita dimampukan untuk tetap tegak berdiri ditengah badai kehidupan, Dia yang membuka mata kita dan yang menerangi jalan hidup kita untuk selalu dapat berjalan dalam terang kebenaran Tuhan. di dalam Tuhan kita Yesus Kristus kita telah melihat kemuliaan Tuhan nyata ada tengah-tengah kehidupan kita.



No comments:

Post a Comment