Laman

Friday, December 27, 2019

Mazmur 77:6-16 Tuhan Mengubah Keburukan Menjadi Kebaikan


Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 77: 6-16
Aku memikir-mikir hari-hari zaman purbakala, tahun-tahun zaman dahulu aku ingat. Aku sebut-sebut pada waktu malam dalam hatiku, aku merenung, dan rohku mencari-cari: "Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi? Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun?  Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?" Sela Maka kataku: "Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah." Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu. Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami? Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa. Dengan lengan-Mu Engkau telah menebus umat-Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela

Apakah kita pernah mengalami seperti yang dirasakan oleh pemazmur ini? Hati dan pikiran yang sangat lelah menjalani kehidupan berat yang kita jalani, kita meratapi penderitaan kita, mengingat-ingat semua yang terjadi, kita merasa kasihan melihat diri kita sendiri, “betapa malangnya nasibku”; “betapa sialnya aku”; “betapa bodohnya aku”. Namun setelah itu, dari hati kita yang lemah itu tiba-tiba keluar suatu kekuatan, dorongan yang mengajak kita untuk bangkit dan berhenti meratapi diri.

Kurang lebihnya seperti itulah yang sedang dialami oleh pemazmur, sekilas kita melihat bagaimana pemazmur meratapi dirinya dengan berbagai pertanyaan tentang kasih dan kemurahan Tuhan dalam hidupnya, “apakah selamanya Tuhan menolak?”; “apakah Tuhan tidak bermurah hati”; “apakah tidak ada lagi kasih setia Tuhan?”; “apakah Tuhan sudah menutup rahmatNya?” dalam penderitaannya, dia telah berdoa mencari Tuhan dan mengingat Tuhan, tetapi yang terjadi adalah dia semakin lemah, seakan ratapannya akan penderitaannya menjadi “candu” untuk semakin menikmati ke-galau-annya.

Sejenak pemazmur merenung (“Sela”- ay. 10-11), dan tiba-tiba pemazmur tersentak dan tersadar “inilah yang menikam hatiku” yang membuat aku semakin larut dalam deritaku bahwa aku salah menilai Tuhan, Tuhan tidak pernah berubah.

Pemazmur bangkit dari ke-galau-annya, yang dia lakukan bukan lagi meratapi diri, tetapi aku mau mengingat perbuatan Tuhan adalah ajaib dan kudus. Siapa kita manusia sehingga dengan mudahnya menghakimi perbuatan Tuhan yang kudus dan ajaib itu? Inilah yang menghancurkan hidup kita ketika keraguan kepada keajaiban Tuhan berkuasa dalam diri kita. Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah bangkit dan berpengharapan sepenuhnya pada perbuatan dan kekudusan jalan-jalan Tuhan. Yang Tuhan perbuat bagi umatNya adalah kebaikan, namun kita tidak bisa memahami bagaimana kebaikan Tuhan itu bekerja karena perbuatanNya adalah ajaib, Dia adalah Allah yang berdaulat atas hidup ini.

Dan lihatlah! Kebaikan Tuhan sudah terjadi, suatu keajaiban dan perbuatan kudus Tuhan diluar pengetahuan manusia. Dia telah menyatakan kebaikan, pengampunan, kasih karunia, kemurah hatian dan belas kasihan kepada umatNya. Suatu perbuatan ajaib yang menjadi keselamatan kita di dalam nama Yesus Kristus.

Tuhan Yesus yang telah mengubah kegelapan menjadi terang, air menjadi anggur, yang buta menjadi dapat melihat, yang lumpuh berjalan, mengubah sekeranjang roti menjadi ribuan roti, Dia yang meredakan angin badai, dan kita orang-orang yang berdosa telah diangkatNya menjadi anak-anak yang dikasihiNya. Tuhan Yesus telah mengubah keburukan itu menjadi kebaikan.

Untuk selamanyakah Tuhan menolak? Sekali-kali tidak! (Rm. 11:1). Tidak, TUHAN tidak akan membuang umat-Nya ( 94:14). 
Akankah Ia tidak kembali bermurah hati lagi? Ya, Ia akan kembali bermurah hati. Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya (Rat. 3:32). 
Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya? Tidak, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya. Sama seperti kasih setia-Nya dari selama-lamanya, demikian pula kasih setia-Nya itu pun sampai selama-lamanya103:17). 
Telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun? Tidak. Allah tidak mungkin berdusta (Ibr. 6:18). 
Sudah lupakah Allah menaruh kasihan? Tidak, Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya, dan nama-Nya sendiri yang telah dinyatakan-Nya adalah penyayang dan pengasih (Kel. 34:6). 
Ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya? Tidak. Rahmat-Nya selalu baru tiap pagi (Rat. 3:23), dan oleh sebab itu, Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim? (Hos. 11:8-9). 
  



No comments:

Post a Comment