Laman

Tuesday, July 9, 2019

Markus 12:13-27 Ketaatan Yang Tidak Terbatas


Bacaan Firman Tuhan: Markus 12: 13-27
Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heranmendengar Dia.
Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!"


Setelah kita membaca nas ini, kita dapat melihat orang Farisi dan orang Saduki yang mau menjerat Yesus melalui pertanyaan yang menurut mereka itu dapat menghentikan Tuhan Yesus untuk melayani.

ORANG FARISI
Orang farisi melihat bahwa Yesus telah menjadi suatu masalah yang dapat mengganggu posisi mereka sebagai pemimpin umat. Maka segala cara mereka lakukan agar dapat menyingkirkan Yesus. Maka orang-orang Farisi mengajak orang Herodian (pendukung Herodes) untuk mengajukan suatu pertanyaan, dengan harapan bahwa pertanyaan tersebut dapat menjatuhkan Yesus, yakni “Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Pertanyaan ini merupakan isu yang sangat penting bagi orang Yahudi yang sedang dijajah oleh bangsa Romawi.

Bagi orang Yahudi menjadi suatu keterpaksaan untuk memberikan pajak kepada Kaisar, sebab ada ketegangan antara dasar-dasar keagamaan dengan kewajiban mereka sebagai orang jajahan. Bahwa harta milik orang Israel adalah milik Allah, sehingga dengan membayar pajak berarti memberikan milik Allah kepada penjajah.
Melalui pertanyaan tersebut, mereka berharap bahwa Yesus akan terjebak. Bilamana Yesus mengatakan untuk tidak membayar pajak, maka Yesus akan dituduhkan menghasut rakyat untuk melakukan perlawanan kepada penjajah Romawi, dan bilamana Yesus mengatakan harus membayar pajak, maka Yesus akan dianggap tidak memiliki keberpihakan kepada bangsaNya.

Yesus mengetahui kejahatan hati mereka untuk mencobaiNya. Namun jawaban Yesus membuat mereka heran dan pergi meninggalkan Yesus. Dengan memperlihatkan uang koin yang digunakan untuk membayar pajak yang bertuliskan nama dan gambar kaisar, Yesus mengatakan "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Disini Yesus telah membuat perbedaan untuk meluruskan pemahaman tentang ketaatan, bahwa kita tidak bisa samakan ketaatan kepada kaisar dengan ketaatan kepada Tuhan, sebab segala sesuatunya berada di bawah kuasa Allah yang dapat membinasakan tubuh maupun jiwa (Mat. 10:28; Kis.5:29; Mazmur 24). 

Tuhan Yesus tidak memberikan suatu pertentangan tetapi memberikan perbedaan. Dalam hal membayar pajak, maka ada batasan ketaatan yang diperlihatkan, yakni sekeping uang koin sudah cukup. Namun apakah ketaatan kepada Tuhan dapat dibatasi oleh sekeping uang koin? Untuk taat kepada Tuhan tidak dapat dibatasi dengan apapun juga yang ada di dunia, seperti yang Tuhan Yesus katakan “KerajaanKu bukan dari dunia ini” (Yoh. 18:36). Yang mau disampaikan Yesus bahwa kaisar memiliki batasan kuasa, namun kuasa Tuhan tidak dapat dibatasi oleh apapun yang ada.

Ketaatan kepada pemerintah justru adalah karena ketaatan kepada Tuhan. Maka ketika suatu pemerintahan tidak berjalan dengan prinsip keselamatan yang dikerjakan Allah di dalam Yesus Kristus, otomatis akan ada suatu pertentangan. Jika negara melakukan larangan terhadap perintah Allah, maka negara telah menjadi penentang Allah. Pengakuan dan ketaatan kita kepada pemerintah adalah wujud iman kita kepada Tuhan, bahwa negara tempat kita hidup ini adalah rahmat Allah untuk menyatakan keselamatanNya. Kita mentaati negara sebab negara atau pemerintah adalah perpanjangan tangan Tuhan bagi keselamatanNya. Maka ketaatan dan keberadaan kita adalah sebagai warga negara yang tunduk dan yang melakukan rencana keselamatan Allah bagi dunia ini. 

Tetapi bagaimana kepada Tuhan? Apa yang dari Tuhan dan apa yang diberikan kepada Tuhan? Sudahkah yang patut kita berikan kepada Tuhan? Dalam kehidupan ini kita mungkin memiliki batas-batas tertentu untuk suatu kewajiban, tetapi kepada Tuhan kita tidak dapat membatasi kewajiban dan tanggungjawab. Sebab kehidupan beserta segala sesuatu yang ada dalam hidup ini adalah berasal dari Tuhan, maka kita juga harus memberikannya kepada Tuhan. 

Sehingga apa yang layak kita berikan kepada Tuhan adalah mempersembahkan seluruh kehidupan kita ini untuk taat kepada Tuhan saja. Baik itu waktu, pekerjaan, keluarga, harta milik, semuanya tanpa terkecuali dalam hidup ini diberikan kepada Tuhan hanya untuk kemuliaan namaNya saja. 

Jika Tuhan yang memberikan kehidupan bagi kita, maka kita menyerahkan semua dalam kedaulatan Tuhan. Bukan seenak atau sesuka kita memakai dan menikmati kehidupan yang diberikan oleh Tuhan. Rasul Paulus menuliskan “Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran” (Roma 6:13). Apapun yang boleh kita perbuat dan lakukan dalam hidup ini harus diawali dan dimulai untuk kemuliaan Tuhan, dan bukan menjadi sebaliknya seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “Perintah Tuhan kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia” (Mrk. 7:8). Jangan justru kita memakai apa yang Tuhan berikan menjadi alat untuk melawan Dia.

ORANG SADUKI
Berbeda dengan Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, orang Saduki menyerang Tuhan Yesus adalah untuk menghentikan pengajaran Yesus yang berbeda dengan pengajaran yang mereka miliki. Untuk mengacaukan ajaran Yesus mereka mencoba untuk membuat sebuah pertanyaan yang menurut pemikiran mereka pertanyaan ini dapat untuk menyangkal tentang kebangkitan.

Seorang perempuan yang diambil menjadi istri oleh tujuh orang laki-laki bersaudara. Mereka bergantian menjadi suami dari perempuan itu karena laki-laki yang pertama sampai dengan yang terakhir meninggal tanpa meninggalkan keturunan. Pertanyaan yang mereka ajukan adalah Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."

Jawaban Yesus sangat sederhana, “kamu sesat”. Ini adalah pertanyaan yang sesat, pertanyaan-pertanyaan semacam ini juga mungkin pernah kita temui, ada yang bertanya “nanti di sorga seperti apakah wajah kita, apakah seperti kita waktu anak-anak, dewasa atau tua?”; “apakah orang yang cacat fisiknya di dunia juga cacat fisiknya di sorga?”, dan ada berbagai pertanyaan yang sangat aneh-aneh.

Yang terjadi pada mereka, walaupun mereka membaca tentang kitab suci, namun mereka membaca bukan dengan iman tetapi hanya dengan pikiran semata. Jawaban Yesus disini jelas, siapakah Tuhan itu? Dia adalah Allah orang hidup. Sebagaimana Tuhan Yesus katakan di Yohanes 11: 25 “Barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”.

Kita tidak bisa menyamakan tentang apa yang ada di dunia ini dengan apa yang akan terjadi di dalam kerajaan sorga. Kesenangan hidup di dalam kerajaan sorga bukanlah seperti kesenagan hidup dalam dunia ini. Pikiran kita sangat terbatas untuk memahami kuasa Allah yang tak terbatas itu, yang dapat kita lakukan adalah mengimaninya.

Dari dua pertanyaan itu, kita mendapatkan pelajaran yang sangat berharga supaya kita semakin taat kepada Tuhan dalam hidup kita,

    1.      Ketaatan kita kepada Tuhan tidak bisa kita samakan seperti ketaatan kita dalam dunia ini. Contohnya, jika kita kita tidak mau kena denda, atau air, listrik tidak ada maka kita harus taat membayar pajak, air dan listrik. Bukan demikian ketaatan kepada Tuhan, menjadi orang beriman tidak sebatas pergi ke gereja tiba hari minggu atau memberi persembahan ataupun ucapan syukur. Tetapi Tuhan berkata kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap jiwamu, akal dan budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Artinya ketaatan kita kepada Tuhan itu tidak terbatas, disemua segi kehidupan kita haruslah menjadi jalan untuk menaati dan memuliakan Tuhan.

    2.      Kita mengimani Tuhan yang tidak ada bandingnya, Dia adalah Allah yang melampaui akal dan pikiran manusia. Jangan sampai kita menolak Tuhan oleh karena pertimpangan hati dan pikiran kita, itulah sebabnya dikatakan “sebab bagi Allah tiada yang mustahil”. Walaupun terkadang doa kita berbeda dengan kenyataan yang kita terima, itu bukanlah alasan bagi kita untuk kecewa kepada Tuhan atau kita akhirnya menolak Tuhan. Tetapi tetaplah kita taat kepada Tuhan dengan mengimani bahwa Tuhan merancangkan yang terbaik dalam kehidupan kita.

Janganlah kiranya hati dan pikiran membatasi kita untuk taat kepada Tuhan dalam hidup ini, yang mengatur dan mengarahkan hidup kita adalah Tuhan bukan manusia.     


No comments:

Post a Comment