Laman

Wednesday, March 22, 2017

1 Samuel 16: 1-13 | Orang yang diurapi Tuhan



Bacaan Firman Tuhan: 1 Samuel 16: 1-13
Kata Samuel kepada Isai: "Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari." Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia." Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud.

Multi talenta, bakat, kemampuan – inilah yang kita temui pada diri Daud. Seorang pemberani, bijak, pandai bermain musik, pencipta puisi dan lagu, dan pemimpin yang berkharisma. Namun Tuhan memilih Daud untuk diurapi menjadi raja bukan hanya karena bakat-bakatnya, tetapi adalah karena hikmatnya. Seperti yang dikatakan oleh Tuhan kepada Samuel untuk menggantikan Saul: “Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati”.

Tuhan melayakkan Daud untuk di urapi menjadi raja menggantikan Saul bukanlah karena segudang kemampuan dan bakat yang dimilikinya, tetapi karena kepercayaannya kepada Tuhan. Daud dalam kehidupannya ketika masih gembala untuk kawanan domba telah memperlihatkan bagaimana imannya kepada Tuhan, bahwa dia selalu menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupannya. Hal ini dapat terlihat dari mazmur-mazmur Daud:

-          Mazmur 23: Dia mempercayakan penuh kehidupannya kepada Tuhan “Sang Gembala” hidupnya.
-          Mazmur 22: Kesetiaannya kepada Tuhan. Dia mengatakan bahwa sekalipun Tuhan meninggalkannya, dia tidak akan pernah meninggalkan Tuhan.
-          Mazmur 20: Kekuatannya adalah mengandalkan nama Tuhan. Dalam menghadapi tantangan apapun, walau dia memiliki kemampuan dan bakat namun tetap menghadapinya hanya mengandalkan nama Tuhan. Seperti dia mengalahkan Goliat. 

 Maka mari kita untuk mengasah kemampuan, menggali potensi dalam diri kita, pelajari segala ilmu yang ada. Tetapi, siapa yang mengajar kita? Siapa yang menjadi guru kita? Yaitu Tuhan. Dia-lah yang akan menjadi Guru besar kita, Maha Guru yang akan membentuk kita.
Ketika kita menyadari bahwa Tuhan yang mengajar, melatih, membimbing kita, maka kita tidak akan pernah jatuh seperti Saul yang menyombongkan diri atas kemampuannya.

Maka jika ditanya, apakah Tuhan memilih Daud menjadi raja karena bakatnya? Jawabannya adalah “ia”, tetapi bakat yang dibentuk dan di ajar oleh Tuhan. Bakat yang terbentuk oleh hikmatnya, imannya kepada Tuhan.


Maka biarkan Tuhan yang membentuk kita. Situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita dan sedang kita alami akan dipakai Tuhan membentuk kita menjadi apa. Seperti Daud sebagai seorang gembala domba, Tuhan mempersiapkan karakter, bakat dan kemampuannya dalam situasinya sebagai gembala. 

Maka jangan pernah remehkan segala tantangan hidup yang kita hadapi, jangan menjadi berkecil hati, takut maupun bersungut-sungut. Dalam dunia pendidikan sering dikatakan “Experience is the best teacher” bahwa pengalaman adalah guru terbaik. 

Dalam setiap situasi dan kondisi yang kita hadapi, Tuhan Yesus akan membentuk karakter kita, Dia mengajar kita, mempersiapkan kita untuk pekerjaan besar, misi besar dari Tuhan. Kita akan ditempah di setiap keadaan untuk dapat mengerjakan misi Tuhan yang jauh lebih besar.

Hal ini dapat kita lihat dalam diri Daud. Dalam kesehariannya sebagai gembala domba, dia ditempah untuk dapat menjalankan misi yang lebih besar menjadi gembala bagi umat Israel. Dalam mengisi kesendiriannya menjaga kawanan dombanya, dia bermain musik, dan Tuhan menempah dia menjadi pemusik dan mengubah lagu dan syair untuk pujian bagi nama Tuhan. Keterampilannya dalam menjaga kawanan domba dari binatang buas, Tuhan tempah dia menjadi seorang yang perkasa dan tangkas memimpin Israel. Sehingga jika kita merenungkan apa yang dialami oleh Daud ini, kita dapat berkata bahwa apapun yang sedang kita kerjakan dan apapun yang sedang kita hadapi, bahwa Tuhan sedang menempah dan mempersiapkan kita.

Demikian halnya kondisi jemaat Efesus (Efesus 5: 8-14) bahwa jemaat diperhadapkan pada kondisi masyarakat yang marak dengan percabulan, keserakahan dan penyembahan pada dewa-dewa. Paulus mengingatkan jemaat, bahwa situasi yang seperti itu sesungguhnya harus mereka manfaatkan, untuk menunjukkan bahwa orang Kristen itu berbeda “kamu adalah anak-anak terang”. Bahwa kita tidak sama dengan mereka.

Kita adalah anak-anak terang, kita adalah anak-anak yang telah diurapi Tuhan. Sehingga kita seorang Kristen berbeda, tidak asal hidup, tidak asal bicara, tidak asal bekerja, tetapi “ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”. Bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dan lakukan harus berpusat kepada Tuhan seperti yang dilakukan oleh Daud.

Sehingga jangan salahkan situasi dan kondisi untuk mengatakan tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi kita harus manfaatkan situasi dan kondisi yang ada untuk berbuat sesuatu. Allah memiliki caraNya sendiri untuk menempah dan membentuk kita. Tuhan tetap bekerja di balik layar mempersiapkan kita.   

Menghadapi kehidupan ini, tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan, pikiran dan kemampuan. Namun biarlah Tuhan yang memimpin kehidupan kita, biarkan kuasa Tuhan bekerja dalam diri kita. Tampilah dalam hidup ini bukan sebagai orang bermodalkan kekuatan dan kemampuan, tetapi tampil sebagai orang yang diurapi Tuhan.

No comments:

Post a Comment