Bacaan Firman Tuhan: Lukas
12: 49-53
Ayat 49
Dalam Alkitab, api mempunyai makna simbolis, tanda penampakan Allah (Kel. 13:2; 19:18), sarana pemurnian (Im. 13:52, Bil. 31:23), sarana pemisahan (Yer. 23:29, Yes. 33:14), sarana pemusnahan dalam pengadilan (Kej. 19:24). Dalam nas ini, jika kita mengacu pada apa yang dikatakan di ayat 52-53, maka api yang dimaksudkan adalah untuk memisahkan dan memurnikan. Tetapi, api bisa juga merujuk kepada pencurahan Roh Kudus dengan lidah-lidah api. Maka dapatlah kita pahami, bahwa api adalah kuasa dari Tuhan yang akan menyala, yaitu Injil yang akan memurnikan, seperti api yang memurnikan emas dari kotoran.
Ayat 50
Jika merujuk Markus 10:
38, maka baptisan yang harus diterima oleh Yesus adalah penderitaan dan
kematianNya. "Aku harus menerima baptisan." Penderitaan itu adalah
baptisan, bukan luapan air. Aku harus dibenamkan, bukan ditenggelamkan, di
dalamnya. Ia menyebutnya dengan suatu istilah yang menguduskan segala
penderitaan-Nya itu, sebab baptisan adalah nama yang menguduskan penderitaan
itu, sebab baptisan adalah upacara yang kudus. Kristus dalam penderitaan-Nya
mempersembahkan diri-Nya bagi kehormatan Bapa-Nya, dan menahbiskan diri-Nya
sebagai imam untuk selama-lamanya (Ibr. 7:27-28).
Ayat 51-53
Jika Yesus mengatakan
bahwa kedatanganNya bukan membawa damai tetapi pertentangan, maka kita perlu
melihat kembali ayat 49 yang di atas tadi, bahwa Injil keselamatan yang dibawa
oleh Yesus ke dalam dunia ini adalah api yang akan memisahkan dan memurnikan
manusia dari kuasa dosa. Maka tidak ada kompromi atau kata damai dengan dosa,
kuasa Injil Kristus adalah untuk memisahkan dan menguduskan setiap orang yang
mau percaya dan mengikut Yesus dari dosa. Bila seseorang mau untuk secara total
mengukut Yesus, maka harus mau dipisahkan dan dimurnikan dari dosa.
Pertentangan yang akan
terjadi dalam satu keluarga, antara ayah dan anaknya laki-laki, ibu dan anaknya
perempuan, mertua dan menantunya, ini menjadi suatu gambaran nyata dari pemisahan
itu. Bahwa setiap orang yang sungguh-sungguh mau untuk mengikut Yesus, harus
siap menerima konsekuensi untuk dikucilkan dan dibenci bahkan akan dibenci dan
dikucilkan oleh keluarga terdekatnya. Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan juga
di Lukas 18: 29-30 “setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan
rumahnya, isterinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya, akan
menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan
datang ia akan menerima hidup yang kekal.” Sebagaimana dalam tradisi Yahudi,
bahwa adat dan agama adalah satu kesatuan, sehingga ketika seseorang dalam
suatu keluarga menjadi percaya kepada Yesus, tentu hal ini akan menimbulkan
pertentangan dalam keluarga dan dianggap juga telah melanggar aturan adat.
Maka, yang dimaksud Yesus “bukan
damai tetapi pertentangan” tidaklah artinya Yesus membuat pertentangan dan
kegaduhan dalam keluarga, tetapi Yesus mau menjelaskan bahwa setiap orang yang
mau mengikuti Dia harus siap menerima konsekuensi untuk di benci dan
dikucilkan.
Renungan
1. Yesus
menghendaki supaya setiap orang yang mau mengikut Dia haruslah secara total
menyerahkan hidup dan perbuatannya untuk Tuhan, bukan setengah-setengah. Sebab itulah
yang dikerjakan oleh Yesus dalam dunia ini, sampai Dia menyerahkan nyawaNya
untuk keselamatan manusia, bahwa kasih yang terbesar telah diberikan oleh Tuhan
kepada kita. Demikian juga firmanNya adalah kuasa yang diberikan kepada kita
untuk memurnikan dan menguduskan kita dari kuasa dosa. FirmanNya adalah api
yang memurnikan kita dari kotoran-kotoran dosa dan menjaga kita tetap hidup
dalam kekudusan. Jika kita menerima firmanNya, maka tidak ada kompromi dengan
perbuatan dosa. Kita tidak bisa menduakan Tuhan dalam hidup kita, seperti yang
Tuhan Yesus katakan di Matius 5:37 “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika
tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari
si jahat.”
2. Saat ini tentu telah berbeda dengan pada masa Yesus ataupun pada masa awal-awal pekabaran Injil diberitakan di suatu daerah, bahwa untuk menjadi seorang Kristen tentu perlu keputusan yang berdampak pada konsekuensi yang begitu berat, sehingga harus dibenci oleh keluarga atau aorang-orang disekitarnya. Sekarang banyak orang Kristen adalah karena orangtuanya adalah seorang kristen, sehingga banyak orang yang mengaku kristen bukan dengan kesungguhannya untuk mengikut Yesus. Maka nas ini menggugah kita untuk mempertanyakan motivasi kita mengikut Yesus, apakah kita benar-benar mau memberikan hidup kita untuk mengikut Yesus. Kita mau memberikan diri kita untuk dibakar dengan api firmanNya untuk memisahkan kita dari dosa, untuk membakar habis perbuatan-perbuatan dosa dari diri kita. Jika kita benar-benar mau mengikut Yesus, maka tidak ada kompromi dengan dosa.
No comments:
Post a Comment