Bacaan Firman Tuhan: 1 Raja-raja 17:
8-16
“Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi” – 1 Raja-raja 17:14
Pada masa raja Ahab, Tuhan menyatakan firmanNya melalui Elia “Sesungguhnya
tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau Kukatakan”
(17:1). Dan hal ini terjadi lebih dari tiga tahun. Terjadilah kekeringan sebab
Tuhan telah berfirman untuk tidak mendatangkan embun dan hujan. Krisis pangan
pun terjadi, bahkan janda yang di Sarfat itu mengatakan “tidak ada roti sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan
dan sedikit minyak dalam buli-buli….aku pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi
anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati”.
Muncul pertanyaan, mengapa Tuhan begitu teganya? Namun Tuhan
melakukannya bukan tanpa alasan. Jelas Tuhan ingin memperlihatkan dan
menunjukkan diriNya kepada umat Israel. Bahwa mereka telah menempuh jalan hidup
yang salah yang membawa hidup mereka dalam penderitaan. Sebab umat Israel telah
meninggalkan Tuhan untuk menyembah dewa baal atau dewa kesuburan. Beberapa hal
yang boleh kita pelajari dari nas ini:
Kehidupan ini ada dibawah kendali Tuhan
Segala sesuatu boleh dilakukan oleh Tuhan, sebab segala
sesuatu yang ada berasal dari Dia. Bisa saja Tuhan menghentikan bencana, tetapi
juga Tuhan mengijinkan bencana itu terjadi, namun yang harus kita pahami, bahwa
Tuhan tidak pernah merancangkan yang buruk atas kehidupan manusia.
Bisa saja muncul dalam hati manusia, dimanakah Tuhan dalam
bencana yang terjadi dalam hidup manusia. Dimanakah Tuhan ketika terjadi
kemarau panjang, banjir bandang, gempa bumi, gunung berapi meletus, angin puting
beliung dan lain sebagainya.
Bencana-bencana yang terjadi dalam kehidupan ini yang pertama
harus kita ketahui, bahwa ada bencana yang terjadi karena ulah atau kejahatan
manusia itu sendiri, tetapi bisa juga bencana itu terjadi secara alami.
Kita mungkin akan bertanya mengapa Tuhan membiarkan semua ini
terjadi? Namun yang harus kita ingat bahwa Tuhan tidak pernah merancang yang
buruk, mendatangkan kesusahan ataupun penderitaan atas hidup manusia. Tetapi
Tuhan bisa saja memakai bencana yang ada itu untuk kebaikan manusia. Dalam Roma
8: 28 dikatakan “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan
bagi mereka yang mengasihi Dia”.
Kalaupun Tuhan menghentikan datangnya embun dan hujan, bukan
maksud Tuhan mendatangkan bencana ataupun kesusahan dalam hidup umat Israel,
tetapi itu dilakukanNya untuk kebaikan hidup umatNya, supaya umatNya mengenal
dan sadar siapa itu Tuhan yang telah menjadikan mereka menjadi suatu bangsa.
Tuhan memenuhi kebutuhan umat yang percaya
Dengan jelas dapat kita lihat dalam nas ini bagaimana Tuhan
mencukupkan kebutuhan hidup Elia dan janda di Sarfat itu. Namun nas ini ingin
memperlihatkan pada kita bahwa manusia itu memiliki keterbatasan hidup. Manusia
dalam hidupnya tidak cukup hanya berusaha, bekerja dan berfikir. Tetapi diatas
semua usaha yang dilakukan manusia dalam hidupnya ada Tuhan yang menciptakan
kehidupan itu sendiri. Elia pada masa itu yang harus tergantung pada Tuhan
melalui sungai Kerit, burung gagak dan juga janda di Sarfat, begitu pula janda
di Sarfat beserta anaknya yang tergantung sepenuhnya dengan mujizat dari Tuhan.
Maka kita diarahkan supaya setiap usaha, pekerjaan dan semua
yang kita rancangkan atas kehidupan ini kita serahkan kepada Tuhan untuk
disempurnakan olehNya. Supaya jangan rancangan kita yang jadi atas hidup kita,
tetapi biarlah kehendak dan rancangan Tuhan yang terjadi dalam hidup kita.
Percaya sepenuhnya kepada Tuhan
Dalam nas ini dikatakan “Janganlah takut”. Tetapi baiklah
kita mempercayakan hidup kepada firman Tuhan, jangan melihat kekurangan dan
kelemahan kita. Maka yang utama bagaimana kita mau untuk membuka hati dan
pikiran kita pempercayai sepenuhnya kekuatan dan kuasa Tuhan. Jika kita percaya
Tuhan dapat memberikan kelepasan, maka Tuhan akan melepaska kita. Sebagaimana Tuhan
Yesus mengatakan “Imanmu menyelamatkan engkau”.
No comments:
Post a Comment