Bacaan Firman Tuhan:
Bilangan 11: 4-6, 10-16, 24-29
Bagi kita di Indonesia, di era
kebebasan untuk berpendapat sudah tidak asing lagi yang namanya provokasi. Bahkan pemerintah sering
mengingatkan supaya rakyat tidak mudah terpancing provokasi yang dapat
mengganggu kestabilan keamanan dan sosial masyarakat.
Di era kebebasan saat ini
kita bebas menyuarakan pendapat atas sesuatu yang menurut kita tidak tepat,
tetapi aka nada saja oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan
keadaan yang terjadi di masyarakat untuk kepentingannya sendiri membangkitkan
atau memancing kemarahan dan kerusuhan di masyarakat.
Hal ini juga bisa kita lihat di
tengah-tengah kehidupan umat Israel, bahwa ada beberapa oknum yang kemasukan
nafsu rakus yang dalam nas ini disebut “orang-orang
bajingan” yang memprovokasi orang Israel yang mengakibatkan terjadinya
kegaduhan dan umat Israel pun menangis dan berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging?”.
Akhirnya umat Israel telah
diprovokasi dengan membanding-bandingkan keadaan umat Israel saat itu di Padang
gurun dengan keterbatasan makanan dengan ketika mereka masih di Mesir yang
memakan makanan “dengan tidak bayar apa-apa” mereka dapat makan mentimun,
semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih.
Mengapa umat Israel mudah
terprovokasi? Jelas ada yang salah dalam pemahaman umat Israel. Mereka
sebenarnya belum memahami status mereka sebagai umat Allah yang telah
dibebaskan dari perbudakan. Sebenarnya umat Israel harus bersyukur telah
menerima kemerdekaannya yang sedang berjalan menuju kehidupan yang jauh lebih
baik seperti di Mesir. Tetapi yang terjadi mereka tidak mengetahui mana yang
menjadi kebutuhan dan mana yang menjadi keinginan. Yang mereka tangisi itu
adalah keinginan mereka bukan kebutuhan.
Melihat apa yang terjadi pada umat
Israel Tuhan sangat murka. Tuhan memahami apa yang terjadi atas umat Israel
yang tidak memahami status keberadaan mereka sebagai umat Allah. Maka Tuhan
berfirman kepada Musa untuk mengumpulkan 70 orang tua-tua Israel. Sebab Musa
sudah mengeluh melihat tingkah umat dan merasa tidak mampu menghadapinya.
Ke-70 tua-tua Israel itu dicurahkan
Roh Tuhan yang berasal dari Musa. Dalam arti ke-70 tua-tua itu akan menerima
Roh Tuhan sebagaimana yang diterima oleh Musa. Dengan demikian, menghadapi
kegaduhan itu Musa tidak sendiri lagi. Mereka semua diutus untuk bernubuat
menyatakan kebenaran Firman Tuhan untuk memberikan pemahaman yang jelas akan
rencana Tuhan yang indah bagi umatNya.
***
Dalam dunia ini kita juga
sebenarnya sedang mendapatkan provokasi yang begitu besar dengan segala
keindahan dan kenikmatan yang diperlihatkan. Sampai-sampai kita tidak lagi
menyadari mana keinginan dan kebutuhan.
Kita hendak diarahkan mencapai
keinginan-keinginan yang sebenarnya belumlah kita butuhkan bahkan kita
diarahkan untuk menikmati “keinginan yang
dibalut dengan kebutuhan”. Satu handphone untuk kebutuhan sudah cukup,
namun saat ini banyak orang harus memiliki lebih dari satu. Contoh lainnya,
jika hanya sekedar memenuhi kebutuhan dapur, pergi ke pasar tradisional mungkin
sudah cukup, namun untuk saat ini rasanya belum cukup karena tetap saja harus
pergi ke supermarket maupun ke Mall. Maka akhirnya kita akan tergiur untuk
membeli sesuatu yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang menjadi kebutuhan kita.
Kita diarahkan untuk melupakan skala prioritas untuk mengutamakan mana
kebutuhan mendesak dan mana kebutuhan yang tidak begitu perlu untuk saat ini.
Dunia sedang memacu kita untuk mengeluarkan
dan memperlihatkan sifat kedagingan kita. Pada dasarnya keinginan tidak akan
pernah mengatakan cukup, pasti akan selalu kurang. Maka kita akan diarahkan
untuk terus haus untuk memenuhi kebutuhan fisik atau sifat keduniawian kita.
Hal seperti ini akan mengarahkan
hidup kita hanya memperhatikan dan focus untuk berusaha memenuhi kebutuhan
fisik, sampai akhirnya kita mengesampingkan kebutuhan utama kita yaitu
kebutuhan rohani. Tuhan ingin mengajar umat Israel, bahwa yang mereka butuhkan
bukanlah daging, tetapi kebutuhan rohani, sebab dengan terpenuhinya kebutuhan
rohani disitulah mereka akan menerima kehidupan.
Yang membuat kita hidup dan bersukacita
dalam kehidupan ini bukanlah keinginan-keinginan duniawi. Kita hanya akan hidup
dan berbahagia dalam hidup ini jika telah dipenuhi dan dicukupkan oleh Firman
Tuhan.
Hidup kita ini tidak akan berguna
sama sekali, sekalipun kita dipenuhi oleh keinginan-keinginan duniawi, jika
firman Tuhan tidak hidup dalam diri kita. Dalam Markus 9: 38-50 Tuhan Yesus
dengan tegas menggambarkan tidak bergunanya hidup kita ini jika firman Tuhan
kita hidupi. Dikatakan disitu:
Jika tanganmu menyesatkan engkau,
penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung
dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang
tak terpadamkan;
Jika kakimu menyesatkan engkau,
penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari
pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;
Jika matamu menyesatkan engkau,
cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan
bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka
Garam memang baik, tetapi jika
garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya?
Apalah artinya hidup kita ini tanpa
dikuasai firman Tuhan? Berhati-hatilah untuk tidak disesatkan oleh dunia ini,
mari kita utamakan untuk mencari kerajaan Allah dan kebenaranNya. Jika kita
mengikuti keinginan-keinginan duniawi, yakinlah tidak akan pernah ada kata
cukup
No comments:
Post a Comment