Bacaan Firman Tuhan: Matius 21: 23-32
Awalnya
para imam-imam, tua-tua Yahudi dan ahli-ahli taurat (pejabat
Sanhedrin) meminta jawab Yesus (“dengan kuasa manakah Engkau
melakukan hal-hal itu?”), namun pada akhirnya justru mereka
yang mendapatkan kecaman dari Tuhan Yesus “Meskipun kamu
melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal”.
Terlepas dari sikap mereka mau menjebak Tuhan Yesus atau sekedar ingin mendengar jawaban langsung dariNya yang mempertanyakan kuasa yang dipakai Yesus, namun mereka selaku pejabat Sanhedrin yang sangat menguasai masalah keagamaan pastinya mereka sudah dapat mengetahui kuasa Yesus dari apa yang telah diperbuatNya. Sehingga ketika Yesus bertanya kembali tentang asal baptisan Yohanes sebenarnya sudah menjawab secara tersirat atas pertanyaan mereka, karena Yohanes juga secara umum telah dianggap melakukan tugas kenabian dan bahkan Yohanes pun telah menyatakan di depan umum bahwa Yesus adalah Mesias (Yoh. 5:33, 3:26-30, 1:29-37).
Terlepas dari sikap mereka mau menjebak Tuhan Yesus atau sekedar ingin mendengar jawaban langsung dariNya yang mempertanyakan kuasa yang dipakai Yesus, namun mereka selaku pejabat Sanhedrin yang sangat menguasai masalah keagamaan pastinya mereka sudah dapat mengetahui kuasa Yesus dari apa yang telah diperbuatNya. Sehingga ketika Yesus bertanya kembali tentang asal baptisan Yohanes sebenarnya sudah menjawab secara tersirat atas pertanyaan mereka, karena Yohanes juga secara umum telah dianggap melakukan tugas kenabian dan bahkan Yohanes pun telah menyatakan di depan umum bahwa Yesus adalah Mesias (Yoh. 5:33, 3:26-30, 1:29-37).
Pertanyaan
Yesus tentang baptisan Yohanes telah memperlihatkan bagaimana sikap
mereka yang kelihatannya taat dan dekat kepada Tuhan, namun hatinya
jauh dari sikap ketaatan untuk melakukan. Hal ini semakin diperjelas
Yesus melalui perumpamaan tentang dua orang anak, yang mana mereka
sebagai pejabat Sanhedrin telah diposisikan sebagai anak
yang kelihatannya taat, namun tidak berbuat dalam ketaatannya, merasa
diri benar dan tidak memerlukan pertobatan. Sementara pemungut cukai
dan perempuan-perempuan sundal merasa membutuhkan pertobatan setelah
mendengar seruan yang disampaikan oleh Yohanes pembaptis.
Dalam
perumpamaan itu seharusnya anak yang dapat dianggap layak melakukan
perintah bapanya adalah “yang taat dan melakukan perintah bapanya”.
Namun, jika melihat perumpamaan Tuhan Yesus ini, kedua anak tersebut
sebenarnya tidak ada yang dianggap layak dihadapan bapanya:
- Anak pertama: Jawaban yang kelihatan taat tetapi tidak melakukan
- Anak kedua: Jawaban yang membantah perintah bapanya
namun
akhirnya terlihat juga siapa yang dianggap layak dihadapan bapanya,
yakni anak kedua yang semula membantah namun timbul penyesalan dan
pergi melakukan perintah bapanya. Perilaku kedua anak tersebut tidak
dapat dibenarkan sebagai seorang anak yang semestinya turut perintah
bapanya. Tetapi dapat dilihat bahwa ternyata anak yang kedua
dilayakkan hanya karena penyesalan atas sikapnya yang salah kepada
bapanya.
Demikian
halnya kita dihadapan Allah, sesungguhnya seorangpun kita tidak ada
yang benar dihadapan Allah. Hanya karena kasihNya yang menyerukan
pertobatan kita dilayakkan menjadi anak-anak Allah yang setia dan
taat. Sehingga jika diperhadapkan dengan sikap para pejabat Sanhedrin
tadi pantaslah jika Yesus mengatakan kepada mereka “Meskipun
kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal”. Yang
menganggap diri mereka orang benar tanpa perlu pertobatan dan mereka
nyaman atas praktek-praktek keagamaan yang telah mereka jalani selama
ini.
Nas
ini mengingatkan kita kembali pada ayat-ayat sebelumnya ketika Yesus
mengutuk pohon ara, ternyata Tuhan Yesus tidak menemukan buah pohon
ara diantara daun-daun pohon tersebut. Demikian halnya dengan
perumpamaan Yesus tentang dua orang anak ini, bagaimana indahnya
ucapan anak yang pertama tadi yang sepertinya penuh ketaatan, namun
tidak dilakukan. Jika melihat dari luar, pohon yang besar dengan daun
yang lebat maka ada harapan bahwa pohon tersebut akan memberikan buah
yang baik untuk dinikmati, namun ternyata tidak ada buah yang bisa
diharapkan. Ternyata pohon tersebut hanya berdaun lebat tetapi tidak
berbuah. Coba kita lihat diri kita apakah hanya tumbuh dengan daun
yang lebat saja, namun Tuhan Yesus tidak dapat menemukan buah dari
hidup kita. Layaknya seperti para pejabat Sanhedrin tadi yang dari
luar kelihatannya penuh dengan kekudusan dan memahami segala hukum
Tuhan, namun ternyata tidak didapati buah hidup mereka yang dekat dan
memahami hukum Tuhan dengan tidak menerima suara pertobatan.
Ketika
orang melihat kita yang begitu rajin beribadah, berdoa, menyanyikan
kidung pujian, maka orang lain akan memuji kita layaknya sebuah pohon
yang dipuji karena pertumbuhannya yang begitu baik kelihatan. Tetapi
yang Allah cari dari kita adalah buah ketaatan kita kepadaNya. Tuhan
menyatakan keselamatanNya bagi kita manusia bukan supaya kita
mendapatkan pujian, tetapi supaya nama Tuhan dimuliakan melalui
kehidupa kita.
Penerimaan
suara pertobatan dari Tuhan tidak lain adalah ketaatan dalam
pertobatan itu sendiri. Kita mulai memasuki jalan keselamatan dari
Tuhan ketika buah-buah ketaatan itu muncul dari hidup kita. Tuhan
Yesus mengatakan: "Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa yang tinggal di dalam Aku, dan Aku di
dalam dia, ia berbuah banyak...." (Yoh. 15:5). Untuk dapat
berbuah, maka kita harus tinggal bersama Allah, seperti pokok dan
ranting yang tidak terpisahkan. Hidup kita hanya akan berbuah jika
kita tetap dengan Allah, sebab mustahil kita berbuah jika menghadapi
dan menjalani kehidupan ini kita hanya mengandalkan perasaan, pikiran
dan keinginan kita.
Disinilah
kita diingatkan dan disadarkan, apakah kita mau mengakui dan
menghargai kuasa Allah dalam diri kita. Maukah kita agar kuasa Allah
bekerja, sehingga menghasilkan buah yang baik dalam hidup kita? Hidup
dalam pertobatan adalah selalu merendahkan diri dengan tidak
bertindak melalui keinginan perasaan dan pikiran kita, tetapi akan
bertindak dan berbuat sesuai dengan kuasa Firman Allah yang
menyelamatkan. Masakan kita sudah mendengar dan tahu perintah Tuhan
tetapi kita tidak taat untuk melakukannya? Bukankah itu bagian dari
sikap penolakan suara pertobatan dari Tuhan?
"Jikalau
kamu tahu, bahwa Ia adalah benar,
kamu harus tahu juga, bahwa setiap
orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari padaNya"
1 Yohanes 2:
28
No comments:
Post a Comment