Bacaan Firman Tuhan: Matius 13: 1-9 + 18-23; Lukas 8: 9-15
Secara
umum kita pasti sudah mengetahui bahwa tempat terbaik untuk menanam
benih itu adalah di tanah yang baik dan subur bukan di jalan,
bebatuan maupun di semak duri. Seperti perumpamaan Tuhan Yesus
tentang seorang penabur, bahwa Firman Allah itu diumpamakan
seperti benih yang membutuhkan tanah yang baik dalam perkembangannya.
Dengan harapan bahwa benih itu nantinya akan bertumbuh dengan baik
dan menghasilkan buah yang banyak.
Hal
ini menjadi perenungan bagi kita, ketika Firman Tuhan diberitakan
haruslah kita bertanya pada diri, dimana posisi kita dalam mendengar
Firman Tuhan? Di pinggir jalan, di bebatuan, di semak duri atau di
tanah yang baik? Sebab Firman Tuhan hanya akan tumbuh dan berbuah di
tanah yang baik. Seperti halnya tanah yang baik yang sudah siap
menerima benih untuk di tanamkan padanya, demikianlah kita dalam
mendengar Firman Tuhan bahwa dari dalam diri kita ada kesiapan
menerima pertumbuhan Firman Tuhan dan yang akan menghasilkan buah.
Demikianlah
Firman Tuhan akan menghasilkan buah yang baik dari orang-orang yang
mendengar dan mengerti firman Tuhan. Kita perlu menggarisbawahi kata
“mendengar” dan “mengerti”.
Jatuh
di pinggir jalan → Mendengar tetapi tidak
mengerti
Jatuh
di tanah yang berbatu-batu → Mendengar tetapi tidak
berakar
Jatuh
di tengah semak duri → Mendengar tetapi tidak
berbuah
Jatuh
di tanah yang baik → Mendengar dan mengerti
Selama kesiapan kita mendengar
Firman Tuhan hanya sekedar menjalani rutinitas, dengan sekejap Firman
yang ditaburkan itu akan hilang. Dari dalam dirinya memang sudah
keras untuk tidak mau menerima pertumbuhan Firman Tuhan.
Selama kesiapan kita mendengar
Firman Tuhan hanya menerima tetapi tidak mau menyelidiki dan memahami
lebih dalam, maka ketika berhadapan dengan realita hidup Firman yang
ditaburkan itu pun akan mati. Sebab orang itu mendengar Firman Tuhan
hanya siap untuk membuat dia senang dan gembira tanpa mempertanyakan
apakah dia sudah menyenangkan Tuhan. Justru sebaliknya,
pendengarannya akan Firman Tuhan di pakai untuk menyelidiki kesalahan
dan dosa orang lain, sementara dia tidak menyelidiki dirinya. Dalam 2 Korintus 13:5 dikatakan: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman".
Selama kesiapan kita mendengar
Firman Tuhan hanya sampai pada mengetahui, maka Firman yang
ditaburkan itu pun akan mati terhimpit. Dia sudah mendengar, menerima
dan mengetahui apa yang seharusnya dia perbuat, tetapi dia tidak
lekas bertindak karena ternyata dia lebih mengikuti keinginan
dagingnya daripada keinginan Tuhan.
Tetapi
Firman Tuhan itu akan bertumbuh dan menghasilkan buah adalah yang
mendengar dan mengerti. Yang tidak mengerti adalah sikap
ketidaksungguhan dan penolakan dari dalam diri, yang walaupun
mendengar, mengetahui tetapi tidak membuka diri (Rm. 1:21,28,32)
untuk dikuasai oleh Firman Tuhan (bnd. Neh. 8).
Berbahagialah
orang yang tidak melihat (secara fisik) namun dapat melihat firman
Allah, daripada
orang
yang dapat melihat (secara fisik) tetapi tidak dapat melihat firman
Allah
Berbahagialah
orang yang tidak mendengar (secara fisik) namun dapat mengerti firman
Allah, daripada
orang
yang dapat mendengar (secara fisik) tetapi tidak dapat mengerti
firman Allah
Berbahagialah
matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.
Sekarang kita tidak perlu
lagi mempersoalkan sudah sampai tahap yang mana kita dalam hal
mendengar Firman Tuhan, entah itu di pinggir jalan, di bebatuan,
semak duri ataupun di tanah yang baik, sebab sekalipun sudah berbuah,
tetap harus dipelihara agar buahnya tetap. Sehingga yang penting
sekarang adalah maukah hidup saudara dipulihkan Tuhan menjadi tanah
yang baik yang siap di tumbuhi oleh Firman Tuhan? Sebab tanah yang baik untuk
ditumbuhi benih harus benar-benar dipersiapkan, dibersihkan, dirawat
dan dijagai supaya menghasilkan buah.
Jika saudara mau,
Tuhan akan pulihkan hidup saudara sampai menghasilkan buah dan akan
terus berbuah sepanjang masa.
No comments:
Post a Comment