Mazmur 95 merupakan mazmur
puji-pujian dan juga undangan untuk beribadah kepada Tuhan. Mazmur ini masuk
juga kedalam kumpulan mazmur 90-106 yang memberikan penekanan pada ibadah umat
Allah untuk menyampaikan pujian syukur dalam bait Allah. Mazmur 95 ini menjadi
panggilan beribadah dan persiapan untuk memasuki bait Allah yang memberikan
suatu pengajaran agar tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan nenek
moyang mereka.
Seruan ibadah yang disampaikan dalam mazmur ini sungguh sangat
jelas menerangkan alasan mengapa umat harus bersorak-sorai dan menyembah sujud
kepada Allah karena keselamatan hanya pada Dia yang menciptakan segala sesuatu
dan menggembalakan umat kepunyaanNya dengan segala perlindunganNya. Dapatlah dikatakan
bahwa sesungguhnya jalan keselamatan itu hanya pada Allah.
Bagaimana respon kita akan
jalan keselamatan yang telah diperlihatkan Allah pada kita?
Dalam Mazmur ini diingatkan pada
kita bagaimana sikap ataupun respon nenek moyang umat Israel ketika dipadang
gurun terhadap keselamatan dan perlindungan Tuhan pada mereka. Allah telah
memperlihatkan kasihnya dengan segala perbuatannya yang ajaib namun tetap saja
umat itu mengeraskan hatinya sehingga tidak dapat melihat dan mengenal jalan
keselamatan Tuhan.
Jika kita kembali melihat apa
yang terjadi di Masa dan di Meriba (Kel. 17:1-7) bahwa umat Israel telah mencobai
Tuhan dengan mengatakan “Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?”. Sungguh
Allah sangat murka terhadap tindakan umat Allah yang tidak memiliki iman yang
teguh. Sungut-sungut dan kekawatiran adalah bentuk ketidak percayaan kepada
Tuhan, sementara mereka telah begitu jauh dalam perjalanannya Tuhan selalu
memperlihatkan kuasaNya namun tetap saja tidak memiliki iman yang teguh kepada
Tuhan.
Sehingga ibadah yang mereka
lakukan itu adalah suatu anugerah Allah, sebab Tuhan memberikan kesempatan bagi
umatNya bersukacita untuk merasakan keselamatan dari Tuhan dan apa yang telah
terjadi pada nenek moyang mereka akan menjadi pelajaran dan peringatan bahwa
iman yang teguh kepada Allah akan menyelamatkan mereka.
Apa respon kita akan keselamatan
dari Allah? Jawabannya adalah “Janganlah keraskan hatimu”. Dalam surat Ibrani 3-4
yang juga mengulas mengenai mazmur 95:7-11 memberikan pengertian supaya “Waspada”
supaya jangan ada dari kita yang tidak percaya sehingga kita ketinggalan untuk
memasuki perhentianNya, sebab kepada kita juga telah diberitakan kabar kesukaan
sama seperti mereka, namun firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka
karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman yang mendengarkannya. Sehingga dalam
surat Ibrani ditegaskan kata “Pada hari ini” dalam arti bahwa kata “Hari ini”
yaitu selama ada waktu atau selama masih diberi kesempatan, sebab kita tidak
tahu kapan hari-hari hidup kita berakhir, namun yang pasti, selama Tuhan
memberikan kesempatan kepada kita untuk mendengar dan melihat jalan keselamatan
Tuhan baiklah kita tidak mengeraskan hati akan FirmanNya namun sebaliknya
semakin meneguhkan iman percaya kita. Itulah sebabnya dalam surat Ibrani
ditekankan “Waspada” (Yun= phobeo)
yang berarti “takut” bahwa kita menerima keselamatan Tuhan melalui FirmanNya
dengan rasa takut yang membawa sikap dan tindakan untuk mendapatkannya dengan
kesungguhan dari apa yang kita miliki agar tidak kehilangan kesempatan mendapatkan
satu-satunya yang paling berharga.
Kita dapat belajar dari umat
Israel dalam menanggapi karya keselamatan Allah, mereka tidak mampu merespon
dan menghayati perbuatan Allah secara holistic ataupun menyeluruh, namun mereka
hanya melihat perbuatan Allah hanya dari satu sisi saja yaitu melihat
kondisi/situasi tanpa iman pada Allah bahwa mereka hidup dibawah kuasa janji
keselamatan Tuhan. Sungut-sungut dan kekawatiran menjadi bahagian hidup yang
tidak melihat hidup dengan iman.
Kepada kita telah dianugerahkan
iman di dalam Yesus Kristus untuk memperoleh keselamatan dari Allah yang
memampukan kita melihat realitas kehidupan ini akan janji keselamatan dari
Tuhan. Dalam surat Roma 8: 32-39 dinyatakan akan keyakinan Iman kepada Kristus “Siapakah
yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan atau bahaya atau pedang?”
Namun semuanya itu tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada
dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Dalam realitas kehidupan kita, baiklah kita
jeli mendengar suara Tuhan dengan tetap mengandalkan iman.
Baiklah kita mensyukuri Anugerah
Allah yang masih memberikan kita waktu kesempatan menyanyikan syukur pujian
atas kebesaranNya dan tidak mensia-siakan FirmanNya. Baiklah kita mendengarkan
seruanNya dengan Iman yang teguh karena itu adalah seruan keselamatan kita. Buka
hati untuk suara Tuhan dan menjalani hidup berdasar pada seruan FirmanNya. Biarlah
hidup yang kita jalani menjadi pujian syukur kepada Allah dan meninggalkan
ibadah yang hanya rutinitas yang tidak berdampak, namun ibadah menjadi daya
dorong yang kuat untuk melakukan Firman Tuhan.
Kita sikapi hidup dengan iman kepada
Tuhan Yesus dan bukan dengan kekuatan manusia apalagi dengan sungut-sungut dan
kekawatiran. Keselamatan kita adalah di dalam Nama Tuhan yang menciptakan
langit dan bumi. Amin
No comments:
Post a Comment